Guyuran hujan deras yang membasahi bumi telah membuat senja kehilangan jingganya, sisa-sisa butir hujan masih menenggelamkan langit dalam gelap. Sore yang dingin dan seorang laki-laki paruh baya berjalan di tengah derasnya hujan dengan payung hitam melindungi tubuhnya. Dia berjalan gontai sambil sesekali mengusap wajahnya dari cipratan air hujan yang terbawa angin.
“Bu, maaf numpang tanya," dia menyapa seorang perempuan pedagang kaki lima yang sedang duduk termenung sambil menatapi hujan yang belum juga reda.
“ya..?”
“Ini jalan Jendral A.Yani, kan?” lanjutnya kemudian
“Iya betul, Bapak mau mencari siapa?” tanya perempuan itu.
“Saya mencari
rumah kawan lama saya, namanya Rahma, Ibu tau rumahnya?” laki-laki
paruh baya itu bertanya dengan penuh antusias
“Rahma....., maaf pak... seingat saya di sini tidak ada yang namanya Rahma,” perempuan itu menjelaskan.
Laki-laki paruh baya yang berjalan dalam derasnya hujan terus berusaha menemukan alamat yang dia cari, matanya terpaku pada segerombolan pedagang durian, aroma durian melambungkannya pada kenangan masa lalu, saat dia dan Rahma menjadi dua orang yang saling mencintai.
Januari berpuluh tahun yang lalu, Dia dan Rahma berjalan berdua di bawah lindungan payung hitam, di tengah derasnya air hujan dan aroma durian yang dijual orang disepanjang jalan. Mereka berpelukan saling melindungi dan entah siapa yang memulai dalam deras hujan bibir mereka bersentuhan mesra.
Rahma....gadis itu tersipu malu, ketika tiba-tiba sebuah mobil melintas dengan cepat dan cipratan genangan air menyentuh wajah mereka, merekapun mengakhiri ciuman pertama itu.
Sejak hari itu, Rahma telah menjadi perempuan istimewa di hatinya. Apapun yang dilakukannya selalu bermuara untuk kebahagiaan Rahma. Tidur dan bangunya, bahagia dan gelisahnya adalah Rahma.
Cinta yang tumbuh dan mengisi di setiap relung hatinya, mengalir deras di dalam pembuluh darahnya, mendesak hebat dalam jantungnya, ternyata tak dapat dimilikinya.
Suatu hari Rahma datang kepadanya dengan isakan.
“Haekal.. aku tidak ingin berpisah denganmu,” ucapan Rahma membingungkannya
“Ada apa Rahma, siapa yang akan berpisah ?” Haekal bertanya kebingungan
“Kita,...kita akan berpisah Haekal!”
“Tapi, kenapa?” Haekal berusaha tetap tenang, walau ada kecemasan di hatinya.
“Papa dan Mama melarang aku bertemu denganmu lagi”
“Apa salahku?”
“Aku juga tidak mengerti Kal, kata mereka aku terlalu muda untuk jatuh cinta.”
“Tapi aku juga tidak ingin berpisah dengan kamu Rahma. Aku betul-betul sayang sama kamu," Haekal memeluk erat Rahma, kekasihnya. Dia betul-betul takut kehilangan. Malam berlalu dengan linangan air mata mereka berdua, sampai akhirnya
orang tua Rahma menemukan mereka dan memaksa Rahma pulang.
Rahma memang masih muda bila dibandingkan dengan usianya, Rahma baru kelas 3 SMP, sementara dia telah menjadi karyawan di sebuah perusahaan. Tapi baginya Rahma bukanlah seorang bocah manja yang menuntut perhatian dan minta dihadiahi macam-macam barang, Rahma berbeda dari anak-anak seusianya. Dia gadis yang memiliki pemikiran matang dan dewasa.
Sejak
hari itu, Haekal tidak lagi bisa menemui Rahma, Papa dan Mamanya telah
memindahkannya ke luar kota. Bukan tidak ada usaha Haekal mencari Rahma,
tetapi Rahma seperti di telan bumi, tak ada seorangpun yang tau dimana keberadaanya.
Setelah pencariannya yang gagal, dan usaha kerasnya melupakan, akhirnya Haekal memutuskan menerima perempuan yang diperkenalkan keluarganya sebagai istri. Demi ketenangan rumah tangganya, Haekal meminta dipindahtugaskan ke kota lain. Sejak itu dia tidak pernah pulang menjenguk kampung halamannya.
Hidup Haekal cukup bahagia dengan istrinya, mereka dikarunia seorang anak perempuan bernama Vita, tetapi tiga tahun yang lalu istrinya meninggal karena sakit ginjal yang dideritanya. Akhirnya Haekal hanya hidup berdua dengan anak tunggalnya..
“pa...” Vita gadis tunggalnya telah bergayut manja di sampingnya
“Ada apa sayang....? biasanya kalau begini pasti ada yang penting” Dia menggoda anak gadis kesayangannya itu
“Pa, kata Pandu, dia mau melamar Vita” begitu hati-hati Vita menyampaikan hal ini.
Haekal terdiam....tiba-tiba dia begitu ketakutan, mengapa miliknya satu-satunya ini harus pergi juga. Siapa yang akan menemani hari-harinya nanti?..... tetapi bukankah memang Vita sudah dewasa, Vita berhak atas kebahagiaanya.....
Lama Haekal tercenung, terjebak dalam kebimbangannya sampai kemudian terdengar lagi suara Vita
“Papa tidak keberatan kan?”
“ eh......... eh..... tentu tidak... tentu tidak..” gelagapan Haekal menjawab
Pernikahan Vita akhirnya berlangsung, karena Pandu bekerja di luar kota, Vitapun akhirnya meninggalkannya. Dan Haekal benar-benar sendiri.
Laki-laki separo baya itu, tiba-tiba teringat akan kampung halamannya, teringat akan cinta yang tertinggal di sana, teringat akan Rahma. Dia betul betul merindukannya.
Sore ini di tengah derasnya hujan, Haekal, laki-laki separuh baya itu, kembali berjalan di tengah guyuran hujan, di antara seksinya aroma durian, dengan payung hitam yang sama. berusaha menemukan cintanya lagi.
Hujan belum juga reda. Dia berjalan ke arah salah satu pedagang durian untuk sekadar berteduh dan beristirahat, seorang wanita telah berada di situ sedang
menawar durian, Haekal memperhatikan perempuan itu dengan seksama,
darahnya berdesir....jantungnya berdegup dengan kencang....Dia mengenali perempuan itu.. sangat mengenalnya........
“Rahma.....” disebutnya juga akhirnya nama itu
Perempuan itu menoleh, dipandanginya Haekal dengan takjub, lama dia terdiam seakan tidak percaya dengan pemandangan yang ada dihadapannya
“Kamu ..... kamu.......Haekal kan?” Hanya kata itu yang meluncur dari bibirnya, yang terucap dengan getaran penuh ketakjuban.
“Ya.. aku Haekal... apa kabar Rahma?”
Tak ada lagi kata-kata yang keluar dari bibir Rahma hanya sebutir bening mengembang di matanya bercerita banyak tentang perasaan apa yang saat ini tengah menderanya, hingga akhirnya, setelah Dia mampu meredakan gelombang besar yang melanda hatinya...
“Kamu
kemana saja Kal, aku sudah sangat lelah menunggumu, aku kira kamu tidak
akan pernah muncul lagi...aku kira kamu telah melupakan aku.....” dan
isakan itupun pecah berubah menjadi tangis yang memilukan. Rahma menghambur dalam pelukan Haekal, laki-laki yang tidak pernah hilang dari hatinya..laki-laki yang selalu ada dalam do’a do’anya.... Sayup-sayup suara Acil Bimbo mengalun lembut dengan lagu payung hitamnya..........
Hujan Merata di Kota Manis kasihku
Jalan di depanku menyambut hampa
Musim Durian Bertahun lalu di sini
Dalam Gelap Hujan Mesra Kau Pinta
Januari 2012
love
Januari 2012
love
