Mendung yang menggelayut di langit mulai meluruhkan gerimisnya yang tipis, tapi akankah gerimis ini akan berganti menjadi hujan yang deras mengguyur? Atau akan menguak gelap hingga lembayung senja perlihatkan senyumannya yang cantik?, Entahlah…..
Kehadiranmu dalam hidupku, telah membangun sebuah menara cinta yang begitu kokoh dan tinggi di dasar hatiku, kemudian kau melambungkanku ke puncaknya yang tertinggi, aku bahagia
berada di atas sana, memandangi setiap burung yang melintas, berarak
menebar harapan akan masa depan. Lalu mengapa hari ini kau ingin
merobohkan menara itu?, pada saat aku begitu bahagia berada di
puncaknya? Aku hanyalah pemilik rasa yang begitu takut akan luka. Tetapi
hari ini kau hadirkan sembilu dalam hatiku.
Atas nama rasa, ku katakan padamu, aku tak ingin
kehilanganmu. Aku tak ingin meluruhkan semua mimpi indah yang ku miliki,
tentang kita. Lalu apa yang harus kukatakan kepadamu?
Haruskah ku teteskan air mata, agar kau tau betapa dalam rasa yang aku
miliki terhadapmu?
Tak akan sirna dalam alam sadarku, ketika kau
sentuh lembut dinding-dinding hatiku, menyenandungkan kisah tentang
nyayian alam yang menawarkan kesejukan pagi, lalu mengapa hari ini kau
katakana kata perpisahan ini?
“Reina, aku betul-betul minta maaf, aku tak ingin
menyakitimu…tapi…. Aku harus melakukan ini…” Inilah penjelasan paling
tak logis yang pernah mampir dalam gendang telingaku. Bila kau tak ingin
menyakitiku, mengapa kau lakukan semua ini?. Kau yang dulu memulainya,
tapi mengapa harus diakhiri?
“Reina, aku memang salah……. Seharusnya aku tidak pernah memulai semuanya ini?’
Ya….itulah yang kau lakukan kepadaku, Kau ketuk
lembut pintu hatiku, kuijinkan kau masuk, kau biarkan aku menebar
harapan, berharap akan menuai bahagia itu terus bersamamu, lalu hari kau
mohon diri, pamit untuk meninggalkanku.
“Dia tunanganku, aku telah terikat janji dengannya…, aku tak mungkin meninggalkannya..” itulah penjelasanmu.
Mengapa hari ini kau akui itu di hadapanku, dan
mengapa dulu kau melupakan Dia untukku? Apakah aku memang pantas untuk
kau sakiti….? Bukankah kau yang selalu mengatakan kepadaku, aku adalah
perempuan yang telah membuat hari-harimu penuh dengan harapan…
Walau sakit, walau perih, walau luka, aku tak akan
teteskan air mataku di hadapanmu. Bukan karena cintaku telah pupus,
bukan pula karena kau tak lagi berarti untukku, tapi karena aku memang
harus terus melangkah, aku tak akan biarkan hidupku terpuruk, aku harus
sanggup menghadapinya, maka disinilah aku sendiri sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah doa yang penuh harapan untuk hari esok yang bahagia, dan aku yakin di depan sana Tuhan telah menyiapkan laki-laki terbaik untukku.. Semoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar