Minggu, 09 Desember 2012

Awas Dikerjai Istri yang Sedang Ngidam


Pernah menghadapi istri yang ngidam dan permintaannya aneh-aneh? Apa yang anda lakukan? Memperturutkan segala keinginan istri anda demi sang jabang bayi?
GOCHAAA!! Anda kena!!!
Ada yang protes?, saya yakin pasti banyak. Ibu hamil yang memang mengalami ngidam yang aneh-aneh, pasti tidak sependapat dengan saya, karena memang mereka pada umumnya mengaku heran dengan keinginan-keinginan aneh yang tidak terkendali itu, termasuk Ibu saya sendiri, lalu mengapa saya mengawali tulisan ini dengan pernyataan seperti di atas?
Ngidam memang fenomena aneh, tiba-tiba saja ada keinginan-keinginan atau perbuatan-perbuatan yang tidak biasa dilakukan, pada waktu hamil muda justru disukai. Misalnya, tengah malam ingin makan rujak, minta dicarikan buah durian padahal sedang tidak musim, ingin mengusap kepala botak seorang artis, dan permintaan-permintaan lainnya yang kadang-kadang tidak masuk akal. Lalu apa yang terjadi ketika permintaan itu tidak terpenuhi?, menurut cerita Ibu saya, Beliau sangat sedih dan semalaman menangis.
Apa sebenarnya yang terjadi pada wanita yang mengalami ngidam ini?, menurut apa yang pernah saya baca, pada saat hamil, wanita mengalami ketidakseimbangan hormonal, Dia menjadi sangat sensitif, mudah marah, mudah tersinggung, takut tidak cantik, takut dihianati dan lain-lainnya. Lalu apa hubungannya dengan ngidam?
Karena secara budaya, kondisi ngidam ini sudah diterima sebagai sebuah kebenaran, maka demi memenuhi hasrat mendapat perhatian, menghilangkan kekhawatiran dihianati, memastikan sang suami memang mencintai, maka disadari atau tidak, muncullah keinginan-keinginan aneh itu, yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sang suami adalah laki-laki setia yang penuh cinta dan perhatian.
Adakah yang salah dengan semua keadaan ini?
Sebetulnya tidak ada yang salah, wajar bila suami menunjukkan cintanya dengan memenuhi keinginan sang istri, wajar pula Jika suami yang sedang berbahagia ini dikerjai oleh istri-istrinya, Lho !?!?
Memberi perhatian kepada istri, seharusnya sudah menjadi sesuatu yang alamiah, yang dilakukan setiap saat, tidak harus menunggu istri hamil baru pontang-panting memenuhi semua keinginannya, Jika demikian maka sadar ataupun tidak maka istri akan menuntut perhatian lebih pada saat mengalami kehamilan karena hal itu sulit diperoleh pada saat-saat yang lain (tidak hamil)
Menurut pengamatan dan pengalaman saya sebagai perempuan yang pernah pula mengalamai hamil muda, Bila suami selalu memberi perhatian kepada istri, menunjukkan kasih sayangnya setiap saat, dan tidak harus menunggu istri hamil dulu baru memberi perhatian yang berlebihan, maka ngidam yang aneh-aneh itu tidak akan terjadi.
Jadi, bagi para suami, berikanlah perhatian dan kasih sayang yang menjadi hak istri anda, setiap saat, maka kerepotan karena ngidam tidak akan anda alami, silakan buktikan!!!
 

4 Tahun Didiagnosa Maag, Padahal Hernia Umbikalis

4 Tahun Didiagnosa Sakit Maag, Padahal Hernia Umbikalis



Membaca pesan dari dr Posma di wall facebooknya Komunikasi yang baik, perlu dilakukan oleh semua dokter. Karena itu carilah dokter yang bisa mendengar keluahan anda 5 menit, perksa 4 menit dan tulis resep 1 menit. Kalau si dokter hanya pegang2 langsung tulis resep, berarti siap2 terjadi kesalahan” saya teringat pengalaman saya beberapa tahun yang lalu…
Anak pertama saya Zauza Nida, waktu itu usianya 9 tahun, sejak beberapa tahun sebelumnya telah dinyatakan mengalami gejala sakit maag karena sering mengalami muntah-muntah. Setiap kali dia mengalami muntah-muntah dia selalu mendapatkan obat anti mual dan obat-obat lain yang menurut dokter yang menanganinya untuk mengatasi gejala maagnya. Hingga suatu hari dia menunjukkan ada benjolan kecil di dekat pusarnya.
Pada saat saya menyentuh benjolan yang berada di perut anak saya itu, dia kesakitan, tapi keesokkan harinya ketika saya akan periksakan ke dokter tiba-tiba benjolan itu hilang dan saya batal memeriksakannya ke dokter.
Dua minggu kemudian, benjolan itu muncul lagi, saya akhirnya membawanya ke dokter umum. Saya memperhatikan bagaimana dokter tersebut memeriksa dengan seksama mulai dari posisi berbaring, duduk, setengah duduk, sampai akhirnya dokter itu menyatakan ada jaringan di lapisan dalam dan dokter memberikan rujukan untuk ke dokter bedah di RSUD.
Berbekal rujukan itu saya segera membawa anak saya ke RSUD, saya mungkin datang terlalu pagi, cukup lama saya menunggu dokter memasuki ruangannya, kira-kira pukul sepuluh dokter pun memeriksa anak saya.
Dokter, sambil tetap duduk di balik mejanya, memanggil Nida untuk mendekatinya, untung Nida bukan anak yang penakut, Dia hampiri dokter tersebut dan memperlihatkan benjolan yang ada di dekat pusarnya.
Dokter sempat bertanya kepada saya mengenai suhu tubuh dan kemungkinan ada cairan yang pernah keluar dari pusarnya, kedua pertanyaan dokter itu saya jawab dengan kata TIDAK.
Pemeriksaan usai. Tanpa memeriksa tensi, apalagi pemeriksaan lainnya, dokter hanya melihat-lihat benjolan itu sambil tetap duduk di kursinya dan Nida berdiri disampingnya kemudian menulis resep dan menyerahkannya pada saya, saya pun meninggalkan ruangan dokter menuju apotik. Sebelum sampai di apotik saya iseng-iseng membaca resep yang dibuat dokter dan terbaca di sana Amocsilyn dan Paracetamol. Saya sangat kaget dengan resep itu, saya tahu paraset itu penurun panas, anak saya suhu tubuhnya normal, lalu untuk apa amocsilyn?. Saya sudah katakan tadi kepada dokter, tidak pernah ada cairan dari pusarnya yang mengindikasi adanya infeksi. Akhirnya saya urung ke apotik.
Keesokan harinya saya putuskan untuk membawa anak saya langsung ke RSCM, tanpa terlebih dulu mencoba berobat ke RSU Provinsi. Saya takut benjolan itu jaringan yang berbahaya, dan saya tidak ingin terlambat.
Di RSCM, dalam satu rangkaian pemeriksaan yang hanya dilakukan satu hari saja, dokter berhasil menentukan dengan tepat apa yang dialami oleh anak saya. Hernia Umbikalis. Kemudian setelah menjalani pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, beberapa hari kemudian dilakukanlah tindakan operasi.. Syukurlah akhirnya benjolan itu hilang dan apa yang dulu dianggap gejala sakit maag pun hilang.
Seandainya saya tidak memeriksa dulu resep yang dibuat oleh dokter di RSUD itu, berapa lama lagi anak saya harus dinyatakan sakit maag, dan harus mengkonsumsi obat-obat maag, juga berapa lama lagi  merasakan sakit karena benjolan itu?.
Pengalaman yang saya ceritakan di atas, menunjukkan bahwa masih ada dokter-dokter yang tidak bekerja secara professional, untuk itu saran dokter Posma pada waalnya itu perlu kita perhatikan. Berikan jawaban dengan jelas .setiap pertanyaan yang diajukan dokter karena itu akan membantu dokter menentukan penyakit apa yang kita derita.
Perhatikan cara dokter memeriksa, apakah sepenuh hati atau asal-asalan? Jika dokter memeriksa terlihat hanya sekedarnya, hati-hati dengan diagnosa yang dibuatnya.
Tanyakan kepada dokter fungsi setiap obat yang diberikannya, barangkali ada antibiotic yang harus dihabiskan. Atau penahan rasa sakit yang harus dihentikan kalau sudah tidak sakit lagi.

*Hernia Umbikalis adalah masuknya usus kedalam rongga di dekat pusar.

 Televisi Berwarna Pertama di Rumah Kami



13460236611256734225
Di tahun 1977, di sekitar tempat tinggal kami, belum semua keluarga memiliki televisi berwarna untuk bisa menikmati siaran gambar hidup dengan warna itu, aku harus menumpang di rumah tetangga. Menonton televisi di rumah tetangga lebih banyak tidak enaknya karena seringkali tengah asyik menonton aku sudah di suruh pulang oleh abak, tentu saja aku tidak boleh nonton lama-lama karena siaran televisi hanya ada malam hari, mulai pukul 17.00 s.d. pukul 24.00 WIB.
Acara televisi pada waktu itu yang sangat terkenal adalah film MANIX, seorang detektif yang memiliki asisten catik berkulit hitam bernama Pegi. Film MANIX diputar setiap hari kamis setelah berita malam pukul 21.00 WIB, jadi sekitar pukul 22.00 WIB.
Pernah suatu malam, tanpa sempat meminta izin kepada orang rumah, aku yang saat itu masih duduk di kelas 1 SMP diajak oleh kakak kelas yang kebetulan tetangga rumah, nonton serial MANIX di dekat pasar yang jaraknya sekitar 600 meter dari rumah. Pilihan nonton televisi di tempat itu karena gambar televisi di rumah itu bintik-bintiknya agak sedikit sedangkan di tempat lain gambarnya kurang jelas.
Aku sebetulnya tidak terlalu menikmati tontonan itu, mataku justru lebih banyak tertuju pada jam dinding yang berada tepat di atas televisi sayangnya aku sungkan untuk mengajak yang lainnya pulang karena mereka betul-betul tengah menikmati keseruan detektif MANIX. Film berakhir pukul 23.00 malam.
Dengan rasa cemas aku pulang, Sesampainya di rumah, aku tidak melihat Abak maupun kakak sepupu laki-lakiku yang kebetulan tinggal bersama kami, menurut ibu, mereka berdua sedang mencariku. Aku sangat takut karena aku yakin Abak pasti marah besar. Aku hanya menunggu dengan pasrah, Aku tak berani mengeluarkan sepatah katapun sampai akhirya abak pulang dari pencariannya. Betul saja, Abak sangat marah atas perbuatanku yang pergi tanpa bilang-bilang dan pulang larut malam. Tapi untunglah abak bukan orang tua yang ringan tangan, Abak hanya menanyaiku lalu menasehatiku dengan panjang lebar. Aku hanya terdiam dengan rasa bersalah.
Sejak kejadian itu aku tidak boleh lagi pergi nonton televisi di rumah orang. Aku memang sangat sedih dengan keputusan abak ini, aku tidak lagi bisa bercerita kepada teman-temanku tentang jagoanku yang hanya hadir satu minggu satu kali itu karena kami memang tidak memiliki televisi di rumah.
Sebulan setelah peristiwa itu, abak tiba-tiba menjual motor Yamaha kesayangannya, saat itu di rumah memang ada dua motor, yang satu lagi yang biasa digunakan oleh kakak sepupuku. Kami semua tidak ada yang diberi tahu mengapa abak menjual motornya.
Beberapa hari setelah penjualan motor itu, Abak pergi sendirian ke kota kabupaten, saat itu aku masih belum berani bertanya kepada abak tentang tujuannya ke kota, aku takut abak masih marah kepadaku. Aku memang sedih karena biasanya abak paling suka mengajakku bila bepergian.
Sore menjelang magrib, Abak baru pulang, abak pulang diantar kendaraan dengan logo sebuah toko elektronik, aku masih tercengang dan belum paham mengapa abak bisa diantar oleh mobil itu, sampai akhirnya sebuah dus besar diturunkan dari mobil dan digotong memasuki rumah kami.
Orang-orang yang menurunkan dus itu langsung membukanya dan terlihatlah sebuah televisi 21 inc dengan 4 kaki. Ada 8 pilihan chanel pada televisi itu. Tapi karena stasion televisi yang ada hanya ada satu yaitu TVRI maka ke 8 chanal tersebut siarannya sama.
Sejak saat itu, aku tidak lagi harus menonton televisi di rumah tetangga karena televisi yang dibeli abak adalah televisi berwarna.
Abakku memang sangat istimewa, abak selalu tahu apa yang diinginkan anak-anaknya tanpa harus menunggu kami merengek memintanya, bila menurut beliau itu baik, maka abak akan memenuhinya. tapi kami anak-anaknya juga sangat tahu apa bila Abak sudah berkata tidak, maka rengekan sekeras apapun tak akan mengubah pendiriannya.
13460237322084057173
Hingga saat ini kami masih bisa menikmati siaran televisi melalui televisi jadul yang masih nangkring di ruang tengah rumah ibu yang jarak dari rumahku tidak terlalu jauh, walaupun warnanya sudah tidak tajam lagi.

Reuni itu Memang Mengasyikan



           Anda mungkin salah seorang pelaku kegiatan ini, Reuni. Berasal dari kata Re= kembali dan uni = kelompok. Reuni berarti berkumpul kembalinya anggota suatu komunitas yang di waktu sebelumnya pernah melakukan kegiatan bersama. Misalnya pernah satu kelas, satu sekolah, satu angkatan di sebuah Diklat, satu korp dan lain sebagainya
Penyelenggaraan Reuni sekarang ini semakin marak, karena tersedianya berbagai alat komunikasi canggih yang bisa menghubungkan setiap orang walaupun berada pada jarak yang berjauhan. Berbeda dengan penyelenggaraan reuni pada masa lalu, Jarak yang berjauhan menjadi kendala terutama berkaitan dengan teknik mengumpulkan teman.
Facebook adalah salah satu jejaring yang paling banyak digunakan untuk menemukan teman lama, disamping tweeter dan jejaring social lainnya. Melalui jejaring social, teman menjadi mudah untuk ditemukan kembali. Bila anda rindu teman lama dan berharap mendapat undangan reuni, buatlah akun salah satu jejaring social tersebut, gunakan nama asli dan foto asli pada profil anda, tunggu beberapa hari, maka anda akan terhubung lagi dengan teman-teman lama anda. Itu yang saya lakukan sehingga saya bisa bertemu lagi dengan teman-teman SMA saya dan akhirnya bisa bereuni bersama mereka.
Reuni itu sangat asik, ketika berkumpul bersama teman-teman di masa lalu, apalagi teman sekolah SMP atau SMA, kita bisa kembali menjadi sosok diri kita di usia itu. Ketika reuni, kita akan terbebas dari sikap-sikap yang mengikat dan cenderung mengungkung. Bila anda seorang pejabat yang selalu harus menjaga image diri di depan bawahan, pada saat reuni itu tidak perlu anda lakukan. Apapun diri anda saat ini, anda bisa kembali menikmati kehidupan remaja anda yang penuh keceriaan pada saat reuni. Tak ada masa lalu yang harus anda sembunyikan karena semua teman anda pasti tahu masa lalu anda.
Ajakan reuni kadang-kadang juga ditanggapi negative oleh sebagain masyarakat (baca teman kita). Ada yang mengatakan reuni itu pekerjaan sia-sia, tak ada manfaatnya sama sekali, ngapain cuman hura-hura doang, alah itu mah cuman buat orang sukses, dan lebih parah lagi ketika ada yang mencurigai reuni dilakukan hanya untuk menggalang kekuatan masa (politik). Pandangan buruk seperti ini memang sangat wajar, karena memang ada pelaku-pelaku reuni memanfaatkan kegiatan ini untuk kepentingan pribadi.
Masalah lain yang sering timbul adalah konflik rumah tangga, bagi mereka yang telah memiliki pasangan hidup tentunya. Penyelenggaraan reuni kadang-kadang membuat sebuah kesepakatan tidak boleh membawa keluarga (suami/istri) dengan dalih membuat suasana kaku. Menurut saya ini alasan konyol. Reuni yang selalu bermotto menjalin silaturahmi justru menghalangi semakin meluasnya silaturahmi itu.
Tidak perlu takut melibatkan suami/istri dalam reuni. Jika penyelenggara menyiapkan acara secara matang kekakuan itu tidak akan terjadi apalagi bila sebelum berangkat kita sudah memberikan gambaran karakter teman-teman yang akan ditemuinya nanti. Jika komunitas anda memang menyayangi anda maka mereka juga pasti ingin akrab dengan keluarga anda.
Saya dan teman-teman SMA pernah melakukan reuni yang melibatkan keluarga. Hasilnya? Anak saya sekarang berteman dengan anak teman-teman SMA saya yang waktu itu ikut hadir. Suami saya juga mengenal baik teman-teman saya. Bukankah reuni itu bertujuan mempererat silaturahmi?. Reuni telah berhasil menjadikan kami sebuah keluarga besar. Coba perhatikan foto reuni saya dan teman-teman SMA dengan melibatkan keluarga ini, asik kan?
Diperjalanan menuju lokasi
Keakraban anak-anak
Berbeda dengan yang dialami oleh rekan saya. Akibat reuni justru keluarganya dalam masalah. Anda pasti bisa menduga apa penyebabnya. Ya, CLBK!!. Sebetulnya teman saya ini tidak benar-benar CBLK, hanya saja dalam percakapan-percakapan akrab pada saat reuni, ada saja yang mengungkit-ungkit keakrabannya di masa lalu dengan sang mantan, sayangnya ini terdengar oleh orang rumah. Apa yang hanya terdengar sepintas, tanpa melihat yang sebenarnya, bisa berakibat lebih buruk dibandingkan bila melihat secara langsung.
Reuni itu asik, asalkan dilaksanakan dengan niat baik, tulus, dan menjadikannya arena untuk memperluas persaudaraan.
Selain apa yang telah saya paparkan di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat reuni:
1. Jangan memberi kesempatan terjadinya CLBK, bila salah satu atau kedua teman anda memiliki pasangan hidup, dengan cara sengaja memberi ruang dan waktu kepada mereka untuk menghidupkan kembali romantisme masa lalu.
2. Bila anda saat ini memiliki kedudukan yang cukup baik (sukses), Jangan merasa berhak mendominasi kegiatan atau acara, tanpa memperhatikan pendapat kawan-kawan anda. Ingat mereka kawan anda, bukan bawahan anda.
3. Bila dalam komunitas, kebetulan saat ini ada yang menjadi anak buah anda, perlakukan dia seperti anda memperlakukan teman-teman anda yang lain.
4. Libatkan keluarga, agar tidak kaku, susun acara yang dapat mencairkan kekakuan itu, misalnya dengan melakukan permainan-permainan yang melibatkan seluruh yang hadir.
5. Bila anda saat ini dalam posisi yang kurang beruntung (belum sukses), jangan minder. Mereka semua kawan anda. Penuh undangan mereka untuk bertemu anda. Siapa tahu pertemuan itu memberi jalan atau kelapangan untuk anda.
Selamat Bereuni bersama sahabat-sahabat tercinta anda…!!

Pernikahan Kita Tinggal Dua Hari Lagi




Mulanya biasa saja, seperti perkenalan-perkenalan lain yang pernah kualami, menyebutkan nama kemudian berbasa-basi, bertanya mengenai hal-hal umum, setelah itu, bila kebetulan ada kesempatan lain untuk bertemu, cukup dengan kata “Hallo.., apa kabar, kamu yang pernah ketemu di..di....dst dst...”. atau bahkan hanya memandang ragu-ragu sambil berbisik kepada seseorang “Perasaan familiar deh, siapa dia?" 

 “Halloo, kamu Fe kan ? Ferlita yang tinggal di daerah Rawa mangun dan kuliah di fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia? punya Hobby membaca buku-buku fiksi dan sekali-sekali menulis di majalah kampus..?” cowok ini terus nyerocos dalam bis kota yang kami tumpangi. Di antara suara cempreng anak kecil pengamen yang bernyanyi sambil memukul-mukul kaleng bekas sof drink, juga teriakan kondektor yang dengan semangatnya memanggil-manggil penumpang “Mangun....mangun....mangun.....!!!”, Bau keringat yang bercampur aroma berbagai merek parfum tidak lagi menggangguku, sudah biasa, aku berusaha keras mengingatnya tapi hasilnya nol besar. Pertemuan ini tanpa rencana dan tanpa janji sebelumnya. 

Sementara aku hanya bisa bengong, berusaha mengenalinya lagi, dan berpikir keras di mana aku pernah bertemu dengannya sebelum ini?. “ he eh....iya, betul..betul...”, hanya itu jawaban yang keluar dari mulutku, Gila ...siapa cowok ini? Begitu detil dia tau tentang aku..jangan-jangan dia berniat memperdaya aku dengan sebelumnya menguntit dan mencari tau, supaya aku percaya dan membuka diri lalu...hiiih......serem!!

 “Bagaimana perkembangan aktifitas tulis menulisnya? Sudah merambah penerbitan umum belum?” tanyanya kemudian. 
 “Sudah mencoba, tapi belum goal...”jawabku sekedarnya. 

 Sejak pertemuan di bis kota itu, banyak pertemuan-pertemuan lain yang terjadi, lama-lama aku pun menjadi akrab dengannya. Dia adalah Deris, aku bertemu pertama kali dengannya ketika diajak kakakku menghadiri reuni bersama teman-teman SMPnya. 

 Mulanya biasa saja tapi kemudian pertemuan demi pertemuan itu telah menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku. Kisah cintaku dengan Deris berjalan sangat mulus, nyaris tanpa pertengkaran, kalaupun ada perdebatan, itu hanya perdebatan kecil sebagai bumbu penyedap hubungan itu saja. 

Deris dan aku selalu berusaha menjaga keutuhan serta kesucian nilai-nilai indah yang kami namai cinta itu. Pernah suatu ketika aku, Deris, libur bareng dengan salah seorang teman sekantornya yang juga membawa kekasihnya. Kami menginap di sebuah losmen yang memiliki 2 kamar, aku tidur bersama kekasih teman Deris itu,Wiwin namanya, sedangkan Deris tidur sekamar dengan temannya. 

 Tengah malam aku terjaga, adalah kebiasaanku apabila menginap di luar rumah pasti tidurku tak nyenyak, alangkah kagetnya aku, Wiwin yang tadi tidur sekamar denganku, tidak lagi kulihat, jam di Hpku menunjukkan sudah pukul 02 dini hari. Kemana dia?, kucoba menajamkan pendengaranku, sambil terus clingak clinguk ke seluruh ruangan, Wiwin tetap tidak kutemukan. Aku khawatir terjadi sesuatu dengannya. 

 Akhirnya aku putuskan untuk melihatnya di luar kamar, kubuka pintu kamar perlahan, aku tak ingin suara deritannya mengagetkan semua orang, lho...?! yang aku temukan justru Deris yang tertidur nyenyak di sofa. 
 “Der...Deris...” kusentuh tubuhnya perlahan, tidak tega sebetulnya membangunkannya dari tidur nyenyaknya. 
 “Eh.....kamu Fe, ada apa? Jam berapa ini?” Deris menjawab sambil menguap dan mengucek –ngucek matanya, mukanya lecek, tapi itu tetap indah dimataku.
 “jam 2 lewat” “oh..., kenapa bangun..ada apa?”
 “Wiwin menghilang, Aku takut sendirian...tapi kamu kenapa tidur di luar?” 
 “Enggak kenapa-napa, udah balik lagi sana ke kamar, gak usah takut, aku ada di sini kok” “tapi… Bagaimana dengan Wiwin? Dia kemana?” tanyaku lugu, atau malah nampak Oon di mata Deris 
 “Ada.!, udah jangan banyak tanya, tidur lagi ke sana..” Deris membimbingku, atau tepatnya mendorongku ke depan pintu kamar. Dan dia kembali meneruskan tidurnya. Itulah Deris, Dia tidak memanfaatkan keadaan, Dia memilih tidur di luar, karena temannya meminta Dia dan wiwin tukaran kamar. Semua berjalan sesuai rencana, harapan dan impian yang aku dan Deris bangun pun tak mendapat halangan dari sesiapapun, Deris dan keluarganya akhirnya memintaku dari orang tuaku, Mereka meminangku, setelah kami membina cinta ini selama 3 tahun.  

 Pernikahan itu tinggal satu bulan lagi, aku dan Deris sibuk mempersiapkan semuanya, kami ingin semuanya sempurna, sesempurna cinta kami, termasuk untuk foto prawedding, kami memilih puncak yang romantis, di sebuah villa milik keluarga Deris yang dipenuhi bunga beraneka warna. 

 Usai kegiatan pemotretan, aku dan Deris memilih beristirahat dulu di villa, sementara tim pemotretan sudah mendahului pulang. Udara dingin yang mengantarkan semilir harum bunga, terasa semakin indah di saat Deris memeluk erat tubuhku, kami begitu menikmati syahdunya kemesraan itu. Pelukan Deris semakin erat, dan debar-debar kencang di hati kami telah meluruhkan semua yang kami pertahankan selama ini, aku sempat mengingatkan deris untuk bersabar 


“Der..tinggal sebulan lagi, sabar” 
 “Apa bedanya? Toh aku sudah pasti akan jadi suamimu?” 
 “Tapi Der....?” 
 “Fe, sebulan itu terlalu lama untukku merasa memilikimu seutuhnya, padahal semuanya kan sudah pasti, Fe, tak akan ada lagi yang bisa memisahkan kita, pernikahan itu hanya soal melegalkannya saja sayang, kau pasti menjadi istriku, dan aku adalah suamimu, sekarang atau sebulan lagi, sama saja Fe….” 

Seribu bahkan mungkin sejuta setan akhirnya menari-nari mengiringi helaan demi helaan nafas kami 

Persiapan pernikahan itu sudah hampir mencapai akhirnya, dua hari lagi !!, Suasana rumahku sudah nyaris seperti persiapan penyelenggaraan pasar malam, semua saudara mama dan papaku yang berada di luar kota telah berkumpul, rumah penuh sesak, semuanya sibuk dengan berbagai aktivitas, ada yang sedang meronce bunga, memask kue-kue tradisional, mencoba baju-baju kebaya yang sudah dipersiapkan untuk dikenakan pada hari H nya nanti. 

Aku sangat bahagia, kebahagiaan itupun ada pada mama, papa, dan Kak Rey, yang juga teman Deris.
 “Hebat kamu Fe, kamu tidak seperti gadis-gadis lain yang selalu gonta-ganti pacar, yang lebih parah lagi ada yang akhirnya terpaksa menikah karena kecelakaan alias tekdung” aku hanya tersenyum dengan pujian dari adik mama itu, habis mau apa lagi, aku kan gak mungkin bilang pada tanteku bahwa sebetulnya aku juga gak beda dari mereka.


 Pukul 23.00 pada saat sebagian orang sudah mulai beranjak ke pembaringan, Hp ku berdendang, Suara agnes Monika yang melantunkan “Karena Kusanggup” itupun ku raih, mama Deris meneleponku, masih ada saja yang perlu dikompromikan lagi pikirku, kudekatkan HP  ke telinga,
 “Hallo ma, selamat malam..” 
 “Fe…cepat kemari nak!, Deris... Deris...Dia… Dia kecelakaan...keadaannya sangat parah... jangan sampai terlambat Fe... kata dok…” Tiba-tiba tubuhku lemah, tak sanggup lagi aku berdiri, semuanya hancur… dan akupun ambruk…

 Awal Desember 2011

Sabtu, 01 Desember 2012

Cara Jitu Memilih Pacar

                Jalan-jalan jum’at sore bersama anak pertamaku, sambil menemaninya menghilangkan rasa galau akibat putus dengan pacarnya. Perjalanan kurang lebih 13 km, jarak dari Menes ke Labuan kami isi dengan ngobrol santai diselingi memberikan masukan yang dibutuhkannya untuk menghilangkan rasa galaunya.
Sesampainya di Labuan, aku menghentikan kendaraan di depan toko Kakak tertuaku. Biasanya kakakku ini punya trik-trik jitu ngobrol dengan para ABG walaupun pada kenyataannya komunikasinya dengan anak-anaknya sendiri agak keteteran. Ini memang mengherankan bagiku.
Setelah memastikan kendaraan terparkir dengan benar, kami langsung memasuki ruang bagian dalam toko. Di sana kutemukan kakakku sedang asyik menonton televisi di temani istrinya. Nida, nama panggilan anakku, langsung menuju tempat tidur yang ada di ruangan itu dan seperti kelakuan ABG –ABG lainnya sambil berbaring dia mulai menekuni Handphone yang ada di tangannya. Update status, itu yang dilakukannya.
Setelah menikmati es kacang hijau yang disuguhkan istri kakakku, tiba-tiba obrolan kami sampai pada tujuanku. Kakakku berhasil menggiring obrolan pada masalah yang dihadapi anakku. Hingga akhirnya anakku itu bertanya bagaimana caranya memilih pacar?
Menyimak percakapan om dan keponakan itu, aku mulai mencatat point-point penting dalam benakku, terutama jawaban tentang bagaimana memilih pacar atau pasangan hidup. Kesimpulan yang aku peroleh begini:
Untuk menentukan seseorang layak tidak kita jadikan pacar, caranya ternyata mudah, ingat saja papa. Nah lo. Kok papa sih?, ternyata papa itu sebuah akronim, bila diuraikan sebagai berikut,
P yang pertama adalah Performance, Pilih pacar yang performance-nya menarik, bukan berarti harus seganteng Rafli Ahmad atau Andika, jika perempuan tidak pula harus secantik Laudia Cintya Bella atau Bunga Citra Lestari, yang terpenting dia pantas dan tidak membuat kamu merasa malu memperkenalkannya kepada teman-temanmu.
A, yaitu Agama. Pacar kamu harus seiman dan patuh terhadap ajaran agama. Pacar yang tidak seiman sudah dapat dipastikan akan mengalami banyak kendala.
P, selanjutnya Prospek. Pacar kamu harus memiliki prospek. Itu dapat dilihat dari kesungguhannya mengapai impian-imian masa depannya. Serius menekuni pendidikan/pekerjaannya.
A, yang terakhir adalah ahlak, maksud akhlak di sini adalah kepribadian. Cari pacar yang berakhlak baik, dengan akhlak yang baik dia akan memperlakukan kamu dengan baik pula.
Nah bagi anda yang sama galaunya dengan anak saya terutama sedang bingung menentuka siapa yang layak anda jadikan pacar ingatlah papa, mudah-mudahan anda tidak salah dalam memilih.
Satu hal lagi, ini tentang citra diri, untuk mendapatkan pacar yang sesuai dengan papa tadi, maka buatlah citra diri anda juga baik dan layak untuk mendapatkan pacar seperti itu. Citra diri harus dibentuk, bagaimana membentuknya? Sebetulnya tidak terlalu sulit lakukan sesuai dengan rumus di bawah ini:
S+S+S+… = P
P+P+P+…= C
Apalagi ini?
S = sikap, P= Penilaian, dan C = Citra diri.
Setiap sikap yang kita perlihatkan kepada orang lain akan menghasilkan penilaian dari orang lain. Misalnya anda selalu ramah, selalu sopan, selalu peduli, maka penilaian orang terhadap diri anda pasti positif. Selanjutnya bila penilaian-penilaian positif ini datang dari banyak orang, maka citra diri anda yang terbentuk juga positif.
Memiliki citra diri positif pasti akan menjadikan diri anda sosok yang disukai banyak orang dan itu tentunya sangat menyenangkan. Maka tebarkanlah sikap-sikap positif agar hidup anda bahagia.
Salam…
  

Minggu, 19 Februari 2012

CINTAMU YANG MENGUATKANKU


      Matahari baru saja melepaskan diri dari rengkuhan malam, kabut tipis membuat cahayanya meredup dan terlihat kelelahan, bulir-bulir sisa hujan yang tersangkut di atas dedauan semakin menyempurnakan kemuraman pagi ini.

      Ayudya masih saja tergeletak lesu di atas pembaringan, tak dimilikinya lagi semangat untuk melakukan sesuatu apapun. Matanya merah dan sembab akibat menangis semalaman.
Ayudya adalah gadis yang dibesarkan dalam keluarga yang teramat sempurna, Ayah dan Ibunya telah menjadikannya gadis cantik penuh pesona, Dia tidak saja cantik secara lahiriah tetapi juga memiliki sikap dan prilaku secantik rupanya.
Saat remaja, dia menjadi panutan kawan-kawan sebaya, Dia juga menjadi gadis yang disayangi oleh lingkungan sekitarnya. Sebagai gadis yang lulus kuliah secara cum loud, Ayudya sangat dikagumi sekaligus disegani.
          Kesempurnaan yang dimilikinya sebetulnya tidak membuat hidupnya menjadi mudah tetapi sebaliknya, Ayudya selalu merasa kesepian, tidak ada kekasih yang mengunjunginya di malam minggu karena Ayu tidak memiliki kekasih, tidak ada teman yang menjemputnya untuk sekedar jalan-jalan di mall atau aktivitas-aktivitas lain yang selalu dilakukan gadis-gadis seusianya karena mamanya tidak suka bila dia melakukan hal-hal seperti itu. Terkadang dia ingin memberontak atas keadaan ini, tetapi mama dan papanya selalu berhasil membuat dirinya tidak melakukan pemberontakan itu.
Hingga pada suatu hari,
“Ayudya, coba ke sini…” suara mama yang sangat disayanginya memanggil dari ruang tamu
“Ya.. mam…” Ayudya menyahut seraya menghampiri mamanya, di ruang tamu di dapatinya mamanya sedang bersama dengan seorang wanita yang usianya sepertinya sama dengan usia mamanya juga seorang pemuda tampan dengan penampilan yang elegant.
“Ayudya, ini tante Rina teman mama, ingin berkenalan denganmu, dan ini anak tunggalnya, Rio!” Tante Rina dan Rio serentak berdiri serta mengulurkan tangannya ke arah Ayudya, Ayudyapun menyambut perkenalan itu dengan ramah.
Perkenalan Ayudya dan Rio pada siang itu ternyata tidak berhenti sampai di situ, dengan dukungan mama dan papanya juga tante Rina tentunya, akhirnya Ayudya dan Rio semakin dekat hingga kemudian mereka menikah.
Ayudya memasuki kehidupan perkawinannya dengan hati bersih, tanpa curiga, tanpa prasangka, Dia sangat percaya kepada pilihan ke dua orang tuanya, Dia yakin bahwa mama dan papanya pasti memilihkan laki-laki terbaik untuknya.
Rio memang suami yang baik, Rio sangat perhatian terhadap dirinya bahkan memanjakannya, sebagai suami Dia memang laki-laki sempurna, apalagi sebagai anak tunggal dari seorang penggusaha yang sukses, kehidupan ekonomi merekapun sangat terjamin.
Satu tahun di awal perkawina mereka adalah masa-masa yang sangat indah dan penuh kebahagiaan, hingga tiba-tiba Ayudya merasa ada yang berbeda pada dirinya, perutnya seringkali mual dan kepalanya terasa pusing.Ketika Ayudya menyampaikan hal ini kepada suaminya, Rio malah bersorak-sorak kegirangan sambil memeluk dan menciuminya,
“Istriku hamil, istriku hamil” Rio terus mengulang-ulang kata itu tanpa mempedulikan Ayudya yang kaget dengan responnya itu.
“Mama, Ayudya hamil, aku akan jadi ayah!!” Riopun mengabarkan kegembiraannya itu kepada mamanya
“Mas…sadar mas, aku belum tentu hamil, kok sudah sesumbar gitu sih? Bagaimana kalau aku tidak hamil?” Ayudya mencoba menyadarkan Rio yang terlalu yakin atas dugaannya sendiri itu.
“Ok, kita ke dokter sekarang, kamu pasti hamil!” Rio tetap yakin dengan pikirannya.
“Kita kan bisa memeriksanya sendiri, gak perlu ke dokter dululah, Mas” usul Ayudya
“Ah, tanggung … kita ke dokter saja, ayo ganti bajumu” Rio setengah mendorong tubuh Ayudya ke kamar.
Ruang tunggu klnik bersalin yang mereka datangi sudah dipenuhi banyak pengunjung, ini memang klinik terbaik yang ada di kota tempat mereka tinggal.
Ayudya menunggu dengan gelisah, pikirannya dipenuhi kecemasan, Dia sangat hawatir jika ternyata hasi pemeriksaan nanti tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, sebagai seorang istri, dia seringkali merasa tidak sempurna karena setelah satu tahun usia pernikahan mereka dia belum juga hamil. Ayudya takut bila hal ini membuat Rio meninggalkannya.
Setelah menunggu agak lama, akhirnya perawat memanggil nama Ayudya, Ayudya melangkah dengan berdebar-debar, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya sedangkan Rio melangkah dengan penuh keyakinan dan ini semakin mencemaskan Ayudya.
Usai menjalani pemeriksaan, dokter menuliskan resep untuk Ayudya seraya menjelaskan bahwa Ayudya hanya mual-mual biasa, begitu ringan cara dokter itu menyampaikannya tetapi begitu menyakitkan untuk Ayudya, Dia pun tertunduk lesu, Dia betul-betul kecewa dengan kenyataan ini, ada bulir bening yang tertahan di balik kelopak matanya, diberanikannya menoleh ke arah Rio, Rio lalu menggenggam tangannya seraya berkata “Jangan sedih, belum waktunya” ucapnya dengan ringan, semakin pedih hati Ayudya mendengar ucapan Rio, dia tahu Rio pasti sangat kecewa, tetapi Dia selalu menyembunyikan hal itu dari Ayudya..
Seminggu setelah berkunjung ke kinik, keluhan mual dan sakit kepala Ayudya belum juga reda, mereka berdua memutuskan untuk melakukan pemeriksaan di praktek Dokter spesialis penyakit dalam.
“Ibu harus menjalani perawatan intensif, saya akan beri rujukan ke RS untuk ibu” itulah keputusan yang mereka terima dari dokter tersebut.
“Istri saya sakit apa dok?”
“Saya belum dapat memastikan, harus dilakukan beberapa tes untuk memastikannya.”, ada yang aneh pikir Ayudya, tapi dia tidak berani bertanya lebih lanjut, nanti saja di Rumah sakit, putusnya kemudian.
Sudah satu minggu Ayudya di rawat di rumah sakit itu, tetapi dari hari kehari, Ayudya merasakan tubuhnya tidak menjadi lebih baik, ditambah lagi hingga saat ini dia tidak tahu secara pasti apa yang dideritanya.
“Apa yang sebenarnya terjadi padaku?” sekali-sekali pertanyaan itu dia sampaikan kepada Rio yang begitu telaten mengurus dirinya.
“Tidak apa-apa, kamu hanya butuh istirahat saja” selalu itu jawaban yang disampaikan Rio, bahkan dokter yang merawat dirinya pun mengatakan hal yang sama. Ayudya tidak percaya begitu saja dengan jawaban itu dia yakin ada yang mereka sembunyikan tentang penyakit yang di deritanya.
Setelah lebih dari satu bulan berada di rumah sakit, tanpa tahu apa penyakit yang di deritanya, Ayudya mulai tidak sabar, tapi Rio tetap menjawab dengan jawaban yang sama, hingga tadi malam ketika Rio tertidur lelap di sampingnya, Ayudya memaksakan diri turun dari pembaringannya berjalan tertatih – tatih dengan berpegangan ke dinding dan menyelusup masuk ke ruang dokter yang biasa memeriksanya.
“Oh….Ibu Ayudya, ada apa ? ada yang bisa saya bantu?” dokter Ikhsan menyapa Ayudya dengan ramah, inilah yang membuat Rumah Sakit ini dipercaya banyak orang, keramahan serta keakraban para dokter dan perawat sangat membantu kesembuhan pasien, mereka pun selalu peduli dengan segala kondisi yang dialami oleh pasien. Ayudya pun duduk di kursi yang tepat berhadapan dengan kursi yang diduduki dokter, internist yang menangani dirinya itu.
“Dokter, saya hanya ingin tahu tentang penyakit saya ini dokter” suara Ayudya begitu memelas, nyaris tak terdengar.
“Memang kenapa, Bu?, ada keluhan baru?”dokter Ikhsan balik bertanya tetap dengan suara tenang dan penuh perhatian.
“Saya hanya merasa semakin hari tubuh saya semakin melemah, rasa sakit di perut dan kepala juga tidak hilang-hilang, bahkan nyeri di kepala ini semakin tidak tertahankan, lalu mengapa pula besok saya harus kemotherapy? Saya ini sakit apa dokter? Apakah ada kanker di tubuh saya?”
“Oh itu, Bu Ayudya jangan terlalu merisaukan penyakit ibu, justru itu yang membuat penyakit Ibu bertambah parah” dokter Ikhsan tetap menjawab dengan suaranya yang tenang dan menenangkan.
“Tapi dok, saya sangat ingin tahu, sebetulnya penyakit apa yang saya derita?” Ayudya tetap kukuh pada keinginannya.
Tiba-tiba ruangan menjadi hening, Dokter Ikhsan tampak berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan Ayudya. Tetapi ternyata itu tidak mudah baginya, lama dia terdiam sambil mempermainkan pulpen yang berada di atas meja.
“Dokter, tolong saya dokter, saya janji, saya akan tetap tenang walau mendengar kabar terburuk sekalipun, saya justru tidak suka berada dalam ketidak tahuan seperti ini, tolong saya dokter…” Ayudya terus berusaha, kali ini bahkan sambil menciumi tangan dokter Ikhsan, air matanya telah mengalir dengan deras membasahi pipinya yang semakin hari semakin tirus. Dokter Ikhsan masih saja diam, hingga akhirnya,
“Bu Ayudya, kita manusia adalah makhluk yang sangat beruntung, banyak ni’mat Allah yang telah diberikan-Nya kepada kita, tapi seringkali kita manusia hanya melihat apa yang menimpa kita, dan melupakan segala kenikmatan yang datang kepada kita”
“Maksud dokter apa?… saya selalu bersyukur dengan apa yang ada pada diri saya, saya bersyukur karena terlahir dalam keluarga yang menyayangi saya, saya juga bersyukur karena memiliki suami yang baik, saya juga bersyukur karena tidak kelaparan, saya selalu bersyukur dokter……”
“Ibu Ayudya, saya tahu itu, banyak kebahagiaan yang telah Allah berikan kepada Bu Ayudya, tapi pernahkah Ibu Ayudya berpikir, bahwa sakitnya bu Ayudya juga anugrah Allah?” masih dengan nada suara yang tenang dan tatapan yang menyejukkan dokter Ikhsan mengatakan ini
“Saya tidak paham maksud dokter..” lirih suara Ayudya
“Allah itu menyayangi manusia dengan cara-Nya yang kadang-kadang manusia tidak mampu memahaminya, Allah menyayangi Bu Ayudya, maka diberinya Ibu sakit seperti ini, supaya Ibu lebih dekat dengan-Nya”
“Jadi saya sakit apa dokter?” kembali Ayudya mendesak dokter Ikhsan untuk memberitahukan penyakitnya
“Ibu benar-benar siap untuk mendengarnya?”
“Sangat siap dokter!”
“Baiklah, saya percaya, Ibu adalah wanita kuat dan sangat paham dengan apa yang disebut dengan takdir.“ Dokter Ikhsan kembali terdiam sambil menarik nafas dalam-dalam, ditatapnya wajah Ayudya lekat-lekat untuk meyakinkan dirinya bahwa wanita di depannya ini benar-benar telah siap mendengarkan kenyataan yang akan disampaikannya, kemudia Dia pun melanjutkan kembali ucapannya dengan sangat hati-hati “Ada jaringan tumor pada lambung Ibu dan sudah berada pada stadium empat”
“Stadium empat, Dok?” tergagap Ayudya mendengar kenyataan ini, Dia tahu tumor pada stadium empat berarti tidak dapat disembuhkan.
“Ya Allah.. benarkah ini cara-Mu menyayangiku?” Beribu tanya berkecamuk di hati Ayudya, “Jika ini hukuman untukku, dosa besar apa yang sebenarnya telah aku perbuat sehingga Kau menghukum aku seberat ini?” Air matanya deras mengalir dari kelopak matanya yang cekung, tubuhnya terguncang karena tangisan yang tak bisa lagi ditahankannya.
“Mengapa Tuhan tega memberi ini semua kepada saya dok?” suara Ayudya disela isakannya
“Dari kecil saya selalu berusaha menjadi anak yang baik, saya tidak pernah membantah apa yang dikatakan mama maupun papa kepada saya……….saya selalu berusaha untuk selalu baik kepada siapapun…….salahkah saya kalau saya merasa Allah tidak adil kepada saya?”
“Bu, Ayudya…, percayalah ini semua karena Allah menyayangi Ibu, Allah Maha tahu, siapa yang patut disayangi-Nya, Allah itu maha adil Bu, tapi akal kita sebagai manusia terkadang tidak mampu berpikir dan melihat sampai ke situ”
“Jadi…. Tak ada lagikah harapan bagi saya untuk hidup lebih lama dok?”
“Secara medis, Ya.. tetapi pada akhirnya Allah dan semangat Ibu yang akan menentukan segalanya..”
Ayudya hanya bungkam demi mendengar penjelasan dokter itu, dia hanya menunduk menatap lantai, Pikirannya melayang pada semua bahagia yang telah dinikmatinya selama ini, yang sesaat lagi akan segera ditinggalkannya, ada penolakan di hatinya..ada rasa berat karena harus melepaskan semua itu.
“Ibu Ayudya… tetaplah menjad wanita yang tabah, yang selalu bersyukur dengan semua keputusan Allah, percayalah… do’a tulus dari orang-orang yang mencintai Ibu, dari mereka yang menyayangi Ibu, akan membuat semuanya menjadi lebih baik”.
Ayudya masih tetap tertunduk…apa yang berkecamuk di pikirannya tak dapat dikendalikannya, Dia masih belum mampu memahami keputusan yang ditetapkan untuknya.
Matahari pagi pelahan mulai memperlihatkan terangnya, Ayudya mencoba duduk di sisi pembaringan yang telah dihuninya lebih dari satu bulan ini. Rasa mual dan sakit di kepalanya menghilangkan semangatnya untuk menyentuh makanan yang disediakan untuknya.
Percakapannya dengan dokter Ikhsan tadi malam masih menyisakan rasa perih dan ketakutan dalam dirinya.
“Pagi sayang……” Rio muncul dari balik pintu dengan senyuman hangat dan selalu memancarkan rasa cinta yang dalam.
Ayudya hanya menoleh sesaat, lalu kembali tertunduk, Rio merasakan perubahan sikapnya, dihampirinya istrinya dan duduk di sisinya
“Ada apa? Mengapa kamu murung begini? Kamu bersediakan di kemo?”
Ayudya tetap bungkam, ada rasa kesal karena Rio selama ini tidak jujur kepadanya, tetapi juga ada rasa iba, karena dia tahu betapa telatennya Rio menjaganya, betapa sulitnya bagi Rio menyembunyikan semua ini darinya, hanya karena Rio tidak suka melihatnya bersedih dan putus asa.
“Aku sudah tahu semuanya, Mas” akhirnya terucap juga kalimat itu
“Tahu tentang apa?” Bingung Rio balik bertanya
“Aku sudah tahu, apa sebenarnya yang terjadi padaku”
“Maksudmu?” kali ini Rio yang gugup
“Sudahlah Mas, kamu tidak perlu berbohong lagi, itu hanya akan menyakitiku dan pasti menyakiti dirimu juga”
“Ayudya, aku tidak ingin kamu bersedih”
“Aku tahu, Mas…. Karena aku juga tahu kamu selalu melakukan yang terbaik untukku”
Hening kembali menyergap, Rio merengkuhkan lengannya ke bahu Ayudya, dibelainya punggung Ayudya dengan menahan air mata yang tiba-tiba saja menyeruak dari balik bola matanya.
“Ayu, jika ada yang merasakan sakit, karena apa yang kau alami ini, maka rasa sakit di hatiku ini tak akan ada yang melebihi. Melihat penderitaanmu benar-benar membuat aku tak tahan” tangis Riopun akhirnya membuncah tak tertahankan lagi. Ayudya dapat merasakan guncangan tubuhnya.
“Mas, jangan menangis…jika kau menjadi lemah bagaimana mungkin aku bisa kuat, aku pasrah akan semua keadaan ini, karena ini adalah kehendak Allah. Bantu aku untuk kuat, bantu aku dengan kekuatan cintamu agar aku tetap memiliki semangat dan keyakinan untuk sembuh, jika pun Allah berkehendak lain, bantu aku agar aku benar-benar siap ketika Allah menghendaki aku kembali kepadaNya” begitu tenang suara itu, begitu ikhlas, dan Rio justru semakin merasakan sakit di dadanya.
Matahari semakin tinggi, Mereka berdua masih tenggelam dalam rasa nestapa, tetapi Allah telah membukakan hati mereka berdua akan takdir yang menjadi kewenangan-Nya. Ayudya dan Rio pun pasrah dan ikhlas atas cobaan ini.



Unggulan

Cerita dari Masa Lalu #2

  Klik untuk membaca bagian sebelumnya Ekspresi kecewa, jelas terlukis di wajah Resti. Menelpon balik? Resti menghilangkan kemungkinan itu....