ilustrasi/admin(shutterstock.com)
Perdebatan
antara penyuka fiksi dan mereka yang tidak menyukai (anti) fiksi di
Kompasiana, kadang-kadang membuat telinga menjadi sedikit panas dan
gerah. Perdebatan seperti itu hanyalah perdebatan yang tidak akan
menemukan titik temu, yang pada akhirnya menimbulkan perasaan tidak puas
(jengkel) pada ke dua belah pihak. (sangat tidak asyik!!)
Menurut hemat saya, sebagai salah seorang penyuka fiksi, tapi kadang-kadang juga menulis yang lain, fiksi
itu tidak melulu menjual mimpi dan menawarkan imajinasi yang tidak
mungkin terjadi pada dunia nyata, fiksi kadang-kadang juga memerlukan
fakta dan data, karena untuk menghidupkan unsur-unsur yang terdapat
dalam sebuah fiksi, seorang penulis haruslah mengenal secara detail apa
yang akan di tulisnya terutama bila itu menyangkut hal-hal yang memang
ada di dunia nyata apalagi menyangkut profesi orang lain.
Seorang
penulis yang tidak mengenal istilah-istilah hukum, tidak mungkin mampu
menulis cerita yang berhubungan dengan masalah hukum, seorang penulis
yang membuat kisah perjalanan astronot, maka harus belajar dulu tentang
dunia astronot dan kehidupan luar angkasa. Begitu pula yang berkenaan
dengan permasalahan-permasalahan lainnya, seorang penulis fiksi akan
berusaha mencari informasi yang tepat dan benar dengan harapan fiksi
yang akan ditulis terasa hidup dan seolah-olah merupakan kejadian nyata.
Saya
pernah membaca, bagaimana seorang penulis begitu jelas memaparkan
kondisi kemacetan jalan di Jakarta, mulai dari waktu, lokasi dan suasana
kemacetan tersebut, ketika saya melihat profilnya, penulis tersebut
bukan orang Jakarta. Apakah untuk menulis tentang danau toba saya harus
berangkat ke Medan?. Saya bisa melakukannya, dengan mencari
referensi-referensi yang saya perlukan melalui buku-buku atau browsing
di internet.
Demikian pula yang saya alami pada
saat menulis fiksi tentang wanita hamil, saya berusaha mengetahui
masalah-masalah yang dialami seorang wanita hamil sampai melahirkan.
Dengan sedikit kekhawatiran adanya kesalahan istilah yang berakibat
fatal, dan mungkin akan diprotes oleh praktisi kesehatan, saya membaca
beberapa tulisan yang berhubungan dengan istilah-istilah kedokteran yang
saya butuhkan dalam proses penulisan fiksi yang sedang saya tulis tersebut, akibatnya saya jadi banyak tahu dan lumayan paham.
Jadi
sangat tidak tepat kalau dikatakan menulis fiksi itu tidak bermanfaat,
menulis fiksi juga membutuhkan pengetahuan dan ketelitian serta
kemampuan berpikir secara logis. Menulis fiksi juga akan membuat penulis
(juga pembaca) belajar banyak tentang permasalahan-permasalahan hidup,
sehingga memiliki kepekaan sosial dan kehalusan budi. Jadi Jika Ingin
Menulis puisi…Mengapa Tidak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar