Kamis, 06 Agustus 2020

Yang Tak Pernah Hilang #tamat

Bagian sebelumnya
Cerita Rio:
Masih terlalu pagi untuk melakukan aktivitas. Udara dingin sisa hujan tadi malam membuatku kembali menyelusup  di bawah selimut setelah menyelesaikan solat subuh. Lagipula patroli di tanah yang masih becek bukan pekerjaan yang ringan. Menunggu tanah agak kering, juga menjadi alasan mengapa aku masih saja tergeletak di ranjang ini.

Di ambang sadar karena mata masih ingin terpejam, terdengar suara gaduh di luar. Tak lama pintu kamarku diketuk.

Masih dengan kain selimut membungkus tubuh, aku membuka pintu. Welli dan seseorang  berdiri di depan pintu.
"Ada badak mati," ujarny saat aku telah ada di depannya.
"Siapa yang menemukan?" Tanyaku sambil tergesa mengganti pakaian.
"Saya, Pak. Tadi saya lewat Ciranjang menuju Cibandowah. Di perjalanan mencium bau bangkai, waktu saya telusuri ternyata bangkai badak." Laki laki yang datang bersama Weli menjelaskan dengan rinci.
Bagi kami yang bertugas di sini,  kematian badak adalah musibah besar. Satwa langka ini sudah nyaris punah. Kematian satu badak saja merupakan kerugian besar bagi dunia.

Tanpa banyak bertanya lagi, kami langsung menyeberang menuju pos Cibunar.  Dari sini pencarian pun dimulai.   Berjalan kaki menyusuri hutan menuju Cibandowah.   Sebelum sampai ke lokasi yang kami tuju, kami  mencium aroma bangkai yang menyengat. Sempat terjadi perdebatan tentang lokasi dengan warga yang mengantar kami ke lokasi, Setelah berdiskusi sebentar, rombongan dibagi dua, tiga orang melanjutkan perjalanan ke lokasi yang ditunjukkan pelapor dan aku bersama Budi  melakukan pencarian di sekitar Cibandowah. 
Cukup lama kami melakukan pencarian, yang kami cari belum juga terlihat. Medan yang sulit karena jalanan becek dan gelap, menyulitkan pekerjaan. Hari sudah semakin siang, Aku dan Budi memutuskan melakukan pencarian di daerah berbeda agar lebih efisien.

Ini pekerjaan nekad dan penuh risiko. Aku hanya sendiri di antara pohon pohon besar, berjalan di atas jalan setapak yang  licin, yang setiap saat bisa membuatku  terjengkang. Setiap kali seekor ular melintas tak jauh di atas kepala, aku berdiam diri dengan menahan nafas.
Aku terus masuk ke tengah hutan, semakin dalam semakin gelap. Jalan setapak tak lagi terlihat, penuh ilalang dan semak belukar karena tak pernah dilalui manusia. Rasa takut mulai menghantuiku. 
Lelah membuatku memutuskan berbalik arah, kembali mengikuti arah dari mana tadi datang. Sudah lebih satu jam berjalan, aku tersadar, aku berada di jalan yang salah. Aku berada di tengah hutan yang tak kukenali. Aku tersesat.
Hari semakin gelap. Hujan deras memaksaku berhenti berjalan dan berteduh di bawah pohon besar.
Rasa letih, dingin, lapar, juga rasa cemas, hanya kulawan dengan rapalan doa. Aku memasrahkan hidupku pada pertolongan-Nya. Hanya Dia harapanku satu-satunya saat ini hingga akhirnya aku terlelap dan tak tahu apa yang kemudian terjadi. Dua hari kemudian baru ditemukan oleh tim pencari dalam keadaan tak sadar.
"Eka, tahukah kamu apa yang terjadi padaku?"
@@@
Carita Eka:
Mungkin yang kulakukan salah, mencintai tanpa mampu memperjuangkan. Mempertahankan juga mungkin hanya untuk bahagiaku sendiri. 
Pada titik ini, ketika yang kurasakan justru rasa bersalah, aku ingin semua berakhir.
Sebuah surat kutulis, tapi tak juga kukirim, mampukan aku kehilangannya? Mungkin terlalu lama dalam kebimbangan, surat dari Rio yang justru kuterima. 
Rio bercerita tentang sebuah kejadian di hutan yang menimpa dan membuatnya sakit cukup parah. Tentang igauan saat suhu tubuhnya tinggi yang mencemaskan seluruh keluarga. Saat keluarganya nyaris menjemputku ke Bandung, tapi dengan berbagai pertimbangan, dibatalkan. 
Kabar ini membuatku menangis. Betapa tak berdayanya aku. Seharusnya surat itu membuatku segera pulang, tapi aku tak melakukannya. Dan aku hanya berharap Rio memahami keadaanku. Masih saja aku berharap pengertiannya, apa yang bisa kutunjukkan sebagai bukti rasa sayangku? Ternyata aku hanya bisa mengasihi diri sendiri, ini menyebalkan!
Masih patutkah ini disebut mencintai?

@@@
Penulis:
Terlalu banyak aral, terlalu banyak luka, tapi tak memiliki harapan.  semua ini membuat Rio dan Eka akhirnya harus menyerah. Perjuangan yang sia-sia hanya buang buang waktu saja. 
Sebuah surat yang  dikirim Eka  menyelesaikan semua. Surat yang tak pernah dia terima balasannya. 
Sebuah komitmen mengakhiri yang tak pernah secara tegas disepakati. Yang tak bisa menghentikan  keinginan untuk tetap bertemu walau akhirnya jarak menyelesaikan dengan sempurna. 

Pada akhirnya mereka berdua harus melanjutkan hidup dengan jalan nasibnya masing-masing. Tapi,  jejak cinta itu tak pernah hilang, masih saja sering menyeruak dalam ruang ruang kosong.
 Ketika kembara rindu tak menemukan labuh yang diinginkan, dia akan mengganggu di sepanjang hidupmu.

 Tamat

#Terima kasih untuk cerita-cerita yang mewarnai sebagian besar kisah ini.

Selasa, 04 Agustus 2020

Rahasia Hati



Arum membuka matanya perlahan, sentuhan lembut Tio di dahinya membuatnya terjaga.
"Maaf, aku mengganggu tidurmu," ujar Tio yang tengah duduk di sisi ranjang. Tangannya mempermainkan rambut Arum. Perempuan yang sudah mulai menua itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Aku selalu suka terbangun karena belaianmu," Arum menyentuh wajah Tio.
Tio membaringkan tubuhnya di sisi Arum, setelah terlebih dahulu merapikan selimut istri yang dinikahinya tiga puluh tahun lalu. Arum memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Tio, tubuh mungilnya kini berada dalam rengkuhan lengan Tio. Sejenak dia menikmati walau kemudian menggeser lengan Tio yang mulai lelap. Saat Tio tertidur, lengannya terasa semakin berat dan membuat dada Arum sesak.

Usai solat subuh, Arum menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan bagi Tio dan dua buah hatinya. Pekerjaan rutin yang tak pernah membuatnya bosan. Bagaimana dia bisa bosan, setiap makanan yang dihidangkan selalu saja membuat Tio dan kedua anaknya makan dengan lahap dan berujung dengan pujian.

"Bilang terima kasih pada Mama, Mama selalu menyediakan sarapan enak untuk kita," selalu begitu, bahkan sampai kedua gadisnya beranjak dewasa.

Setelah melepas ketiga orang kesayangannya Arum mulai sibuk dengan dirinya sendiri. Membuka laptop dan menulis. Sejak kelahiran anak pertama mereka, Arum memilih berhenti bekerja. Dia ingin konsen mengurus keluarga. Sebagai suami, Tio tak pernah melarang atau menyuruh Arum bekerja. Dia menyerahkan pilihan pada Arum. Hidup mereka tampak sempurna.

@@@

Arum berpindah dari satu rak ke rak lainnya, memindahkan beberapa barang dari rak ke troli yang ada di sisinya. Berbagai barang kebutuhan rumah tangga sudah hampir
memenuhi keranjang besi itu

Setelah memeriksa catatan belanja yang tertulis di HP dan yakin semua yang dibutuhkannya sudah masuk ke troli, Arum mendorong troli ke arah kasir kemudian membayar. Setelah itu, Arum menuju honda yaris putih yang terparkir di sisi kanan gedung pusat perbelanjaan.

Arum merasa risi sekaligus cemas karena ada sosok yang mensejajarinya. Dia mempercepat langkah tanpa merasa perlu tahu, siapa sosok yang berjalan di sisinya. Sosok itu mengimbangi, berjalan secepat langkah Arum.

Sebelum mencapai kendaraan, dengan paduan rasa takut dan ingin tahu, Arum memberanikan diri menoleh ke arah sosok yang ada di samping kananya.

"Selamat sore, Arum. Apa kabar?" Arum terperanjat. Suara itu sangat dikenalnya. Dia tak perlu melihat wajahnya, dia tahu siapa sosok yang berdiri di sampingnya. Suara yang dulu selalu menemani jelang tidurnya. Untuk yang tersayang di peraduan, selamat tidur, kalimat itu begitu jelas melekat di pikiran Arum. Dia adalah cerita yang tak pernah selesai.
"Baik, kamu?" Percakapan singkat, miskin kata-kata, tetapi menciptakan gemuruh yang maha dasyat di hati keduanya.

"Boleh aku menghubungimu lagi?" Angga mengeluarkan HP dari saku celananya, dan menulis angka-angka yang disebutkan oleh Arum. Keduanya berlalu menuju kendaraan masing-masing. Gemuruh di dada Arum ternyata tak segera hilang.

@@@
"Arum, cerita kita belum selesai, kan?" Pesan whatsap dari Angga menyapa Arum saat dia akan menyalakan laptop.
Arum tak segera membalas. Lama dia tercenung menatap layar HP. Ya, cerita itu memang tak pernah selesai. Tak pernah ada kata akhir yang jelas. Semua mengambang lalu menguap, tapi di hati terdalam masih tetap ada. Arum berbisik pada hatinya. Terkadang aku masih punya mimpi tentang kita. Aku tak ingin kita kalah, aku ingin kita memenangkannya. Nyatanya, kita memang kalah. Kita tak mampu bertahan.

Satu denting kecil terdengar lagi,

"Arum, salahkah jika aku masih menyimpan cerita tentang kita?"

Bagaimana mungkin aku melarangmu karena aku melakukan hal yang sama. Aku masih menyimpan semua dengan utuh.

"Tahukah kamu, aku selalu saja menyayangimu?"

Menyayangimu bagiku adalah simfoni hati yang indah, aku tak akan menghentikannya. Dan mengetahui kau masih menyayangiku, menjadikannya sebuah orkestra yang sempurna.
"Arum, mengapa pesanku hanya kau baca?"

Arum menghirup udara dengan tarikan dalam, setelah sejenak terdiam kemudian mengetikkan beberapa kalimat,

"Aku tak mau kita selalu berada di wilayah terlarang, itu menyakitkan. Aku tak mau lagi merasa kalah. Biarlah semua kusimpan rapat-rapat sebagai sebuah rahasia. Rahasia hatiku dan hanya kamu yang tahu. Kamu akan tetap jadi warna merah di darahku. Yang tak pernah hilang dari ingatanku. Tapi itu bukan berari aku tak bahagia saat ini, sama denganmu, aku percaya kamu adalah pencinta yang pandai membahagiakan orang yang kamu cintai."

Setelah menekan enter, Arum menekan tombol power, mematikan HP-nya. Dia ingin mengakhiri percakapan pagi ini. Setidaknya dia berusaha agar tak larut dalam kenangan masa lalu, kisah yang tak pernah dilupakan, atau dia memang tak pernah mencoba melupakan.Dia ingin tetap menyimpannya walau dia tak tahu untuk apa.

Sementara di ujung sana, Setelah menghapus semua percakapan yang baru saja dilakukannya dengan Arum, Angga  menghampiri istrinya lalu duduk sambil menyandarkan kepala di bahu perempuan yang telah mendampingi dan berbagi cinta dengannya hampir di sebagian terbesar usianya. Angga memainkan telapak tangan istrinya sementara wanita itu menatapnya bingung.

“Bahagiakah kamu menjadi istriku?” tanyanya tiba-tiba. Istrinya yang masih merasa aneh dengan sikap Angga hanya bisa mengangguk.

“Syukurlah, karena aku tak mau istri yang aku cintai tak bahagia hidup denganku.”

“I love you,”  bisiknya lembut sambil terus menggenggam lengan wanita itu.


TAMAT


Senin, 03 Agustus 2020

Yang Tak Pernah Hilang #5


Bagian sebelumnya
Cerita dari Rio:

Sudah sepuluh hari  aku kembali berada di sini, di keindahan dan kemurnian alam raya. Di kesunyian dan kerinduan yang  masih saja mengganggu.  Yang berbeda, aku menikmati pekerjaanku. Sekarang bukan lagi sekadar tempat menyembunyikan  rasa kecewa. Sekian lama berinteraksi dengan  alam perawan, menjaganya dari tangan-tangan tak bertanggung jawab, menumbuhkan kecintaan yang sesungguhnya. Aku mulai mengerti bahwa pekerjaanku bukan saja soal komitmen dan janji terhadap negara, tapi lebih dari itu. Ini soal bagaimana harus bertanggung jawab kepada-Nya. Bumi yang diciptakan-Nya merupakan sebuah ekosistem besar, merusak salah satu rantainya akan menimbulkan banyak kerugian bagi manusia.

Sepuluh hari cukup lama karena hingga pagi ini aku belum mendapat kabar dari Eka, mungkin dia sudah kembali ke Bandung.  Belum ada cerita tentang apa yang kemudian dihadapinya malam itu. Aku hanya mengingat bagaimana dia berlari menembus hujan meninggalkanku, tanpa dapat berbuat apa-apa. Sesekali terlintas pula keinginan untuk mengakhiri, mungkin semua akan menjadi lebih baik. Hanya saja aku ragu, apakah dia akan mengerti bila kulakukan hal itu?

“Sudah siap?” Budi sudah berdiri di depanku dengan pakaian lengkap. Kami akan menyeberang ke Cidaon lalu berjalan kaki menyusuri jalan setapak menuju Cibunar  untuk  memandu beberapa wisatawan yang berkunjung. Cibunar  termasuk pantai selatan dan masih berada dalam kawasan TNUK.  Diperlukan  waktu berlayar sekitar 15 menit untuk sampai ke sana dengan menumpang kapal. 

Seharian mendampingi wisatawan menyaksikan satwa liar berkumpul di tengah padang yang luas. Menjadi tanggung jawab kami, para petugas, menjaga keselamatan pengunjung karena di sini segala sesuatu bisa terjadi, bahkan yang tak masuk akal sekalipun.  Di sini kesalahan bertindak bisa berakibat fatal. Menyaksikan kawanan banteng merumput atau rusa berkejaran, jika beruntung bisa juga melihat badak jawa melintas, tentunya pengalaman luar biasa bagi para pengunjung. Tetapi, di sini juga ada macan, ular berbisa, atau satwa berbahaya lainnya,

Pukul tiga sore, kami kembali ke Pulau Peucang.  Tugas memandu wisatawan sudah selesai. Tiba di daratan aku menghempaskan diri di atas pasir, berbantalkan ransel yang sedari tadi kusandang di bahu. Menatap langit berwarna jingga ditingkah debur ombak yang datang berirama. Suasana tenang ternyata membuatku ingat lagi pada masalah yang tak jelas akan ada penyelesaiannya atau tidak.

Apa kabar kamu di sana?


@@@

Cerita dari Eka

Liburanku masih sisa dua hari, tapi Ayah menyuruhku segera kembali ke Bandung. Seharusnya hari ini aku tengah berkumpul dengan teman-teman SMP-ku sesuai yang kami rencanakan sebelumnya, tapi sekarang aku di sini, sendiri dalam kebimbangan. Sepucuk surat kutulis untuk Rio, mudah-mudahan bisa segera sampai ke tangannya. Menulis untuknya membuat rasa sesak di dadaku sedikit berkurang.

Hari-hari selanjutnya adalah perjuangan untuk pindah jurusan. Waktuku habis di sekolah karena harus masuk di dua kelas, pagi dan sore. Walau dikemudian hari akhirnya aku bisa membuktikan bahwa aku mampu. Di kedua kelas nilaiku cukup memuaskan. Kesibukkan sekolah ternyata bisa pula membantu mengusir gulana. Bahagiakah aku d sini? Entahlah!

Pagi ini aku melintas di depan ruang Tata Usaha Sekolah, beberapa amplop surat berjajar di kaca Aku berharap salah satunya untukku. Kubaca satu persatu alamat tujuan surat, dadaku bergemuruh saat kutahu ada satu surat untukku. Aku segera masuk ke ruang TU dan meminta izin untuk mengambil surat itu. Seperti biasa, aku selalu tak sabar ingin segera membaca suratnya, walau akhirnya tetap saja harus menunggu sampai nanti tiba di rumah.

Kedatangan surat Rio yang selalu kuharap, walau membacanya selalu saja menyadarkanku betapa sulitnya memperjuangkan cinta ini, mengabarkan sedang mengikuti Diklat di Bogor dan akan ke Bandung. Setelah itu hari-hariku adalah menunggu, berharap waktu itu segera datang.
@@@
Penulis:

Masih pagi, Eka sudah bingung. Pagi ini dia harus ke Jalan Setiabudi, di sana ada Rio menunggu. Eka panik dan gugup, dia takut untuk minta izin. Dia takut Kakak akan curiga.

“Antar Kakak ke Margahayu, ya?” Tiba-tiba saja Kakak mengajaknya pergi. Eka tak segera menjawab. Otaknya berputar-putar mencari alasan yang paling tepat dan tidak dicurigai. Bagaimana pun dia harus bilang karena kalau tidak, dari mana dia dapat uang untuk ongkos.

“Enggak bisa, mau pergi, ada janji sama teman,” ujarnya kemudian dengan degup jantung yang  sangat keras, bahkan dia takut suara jantungnya terdengar oleh Kakak.

“Mau ke mana?”

“Ke Setiabudi, teman-teman SMP mau kumpul di sana,” kali ini Eka sudah semakin tenang dengan kebohongannya. Kebetulan Kakak memang tahu, ada teman SMP nya yang tinggal di situ.

Eka sangat beruntung pagi ini karena Kakak tidak banyak bertanya, setelah memberinya uang untuk ongkos, Kakak berangkat ke Margahayu dan Eka pun berangkat menuju Jalan Setiabudi.

Rindu membuat Eka lupa bahwa sejak tadi malam kepalanya sakit. Jalanan macet dan udara dingin tak menghalangi. Rindu memang bisa meleburkan rasa sakit, tak disadarinya suhu tubuhnya terus naik. Ketika akhirnya mereka bertemu, Rio menyadari bahwa Eka kurang sehat. Upaya Rio mengajaknya ke dokter, tak diturutinya. Eka hanya tak ingin ada yang mencuri waktu yang singkat ini, tidak juga seorang dokter.

 Bersambung ke sini




 


Kamis, 30 Juli 2020

Hati yang Mendua #end





Usai solat subuh, Aini kembali merebahkan diri. Beberapa hari ini dia seperti kehilangan sebagian besar gairah hiduo. Hati yang mendua membuatnya terjebak pada situasi yang tak menyenangkan.
Terkadang batinnya berkata, bahwa bahagia yang sempurna adalah memenangkan semua mimpi, dan itu adala Ridho. Tapi, di sisi hatinya yang lain, dia tak ingin kehilangan Ami. Dia telah terbiasa dengan kehadirannya. Lelaki yang selalu mendukung segala aktivitasnya, memaham kecintaannya pada anak didik, dan tempat berbagi tentang dunia sekolah yang dilakoninya. Sebagai sesama guru, mereka selalu punya topik-topik menarik untuk diperbincangkan, terlebih polah dan tingkah murid-murid yang tengah beranjak remaja.

Cerita tentang sekolah dengan berbagai problematikanya, adalah dunia yang mereka jalani. Tak semua yang berprofesi guru, melakukan seperti yang mereka lakukan. Menjadikan sekolah dan anak-anak sebagai arena untuk melepaskan banyak energi yang dimiliki. Ami melakukannya, sama seperti dirinya. Dia ingin selamanya seperti itu.

"Ay, ada Vina di luar!" Suara ibu yang sudah berdiri di depan pintu kamar yang pintunya tak tertutup rapat.
"Iya, Bu." Gadis berpipi cabi itu pun bangkit dan melangkah menuju teras, di sana ada Vina tengah mengamati bunga anggrek kecil berwarna kuning dalam vas kecil di atas meja.
"Ini bunga asli, Ay?" Tanyanya saat menyadari kehadiran Aini.
"Asli lah, mana ada yang palsu di sini."
"Kamu tuh yang palsu," Vina menunjuk Aini. Kemudian mereka berdua tertawa.
"Minum apa, Vin?"
"Biasanya kamu punya buah markisa, jus nya pasti seger,"
"Ya, maunya yang susah. Nyesel nanya."
Vina kembali tertawa, tapi kali ini dia sudah melangkah ke dalam rumah dan langsung membuka kulkas. Buah markisa berwarna kuning diambilnya dan ditunjukkannya pada Aini yang sudah berdiri di belakangnya.
"Biar aku bikin sendiri, kamu mau juga?" Aini mengangguk dan menyerahkan dua gelas kosong yang ada di tangannya.
"Gulanya ada di meja," lanjutnya.

Aini dan Vina kembali duduk di teras dengan gelas jus markisanya masing-masing.
"Sudah denger belum?" Aini menoleh ke arah Vina dengan gelas yang masih menempel di mulut. Dia menggeleng.
"Si Prapti kan kemarin nikah," Vina memulai gosip pagi.
"Oh" Aini menanggapi sekadarnya, tangannya malah asik mengaduk-aduk batu es dalam gelas.
"Dia nikah dengan siapa coba?" Vina semakin serius. Aini menggeleng lagi.
"Ridho, sepupunya Fitri, yang waktu itu kita ketemu di rumah Fitri."
Tangan Aini yang sedari tadi asik memainkan sendok, tiba-tiba terasa kaku. Saat itu mungkin wajahnya memucat, tapi Vina tak memperhatikan. Aini berusaha tetap tenang, menyembunyikan keterkejutannya.
"Kamu ke sana waktu mereka menikah?" Sebetulnya ada getar aneh di suara Aini, lagi-lagi luput dari perhatian Vina.
"Enggaklah, gak ada yang dikasih tahu. Aku saja baru tahu tadi pagi dari Fitri,"
"Mereka pacaran?" Suara Aini mulai tenang.
"Enggak, mereka baru kenal beberapa bulan aja."
"Itulah jodoh, susah diprediksi. Pacaran lama, eh putus. Yang baru kenal bisa menikah."
@@@

Vina sudah pulang, tapi ceritanya tentang pernikahan Ridho yang terkesan terburu-buru dan tertutup, menganggu Aini. Sampai menjelang dini hari matanya tak mau terpejam. Apa yang terjadi di antara mereka? Belum lama Ridho masih terkejut saat mengetahui Aku dekat dengan seseorang, dan tiba-tiba saja hari ini dia menikah. Jadi yang kemarin itu apa? Nyatanya bagi Ridho, aku hanya teman Fitri, tak lebih. Mengapa aku sebodoh ini? Masih saja bermimpi dan berharap cintanya. Bahkan aku menyakiti hati Ami demi sesuatu yang sesungguhnya tak pernah ada.

Banyak sesal berkecamuk di pikiran Aini. Dia semakin takut jika Ami benar-benar meninggalkannya. Sudah dua minggu dia tak datang dan Aini tak pula berusaha menghubungi. Ami, maafkan aku. Matanya mengembun dengan penyesalan yang dalam.

@@@

Matahari sudah agak tinggi, Aini baru terjaga.Tadi malam usai solat subuh dia baru bisa tidur.
Di luar sudah ramai kendaraan yang lalu lalang. Aini membuka jendela, menikmati hangat pagi yang menyeruak masuk ke dalam kamarnya. Dihelanya nafas dalam dalam, rongga dadanya terasa agak lapang. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada motor yang terparkir di dekat pohon palm merah di samping teras.
Aini mengucek matanya, berusaha meyakinkan hatinya bahwa ada Ami duduk di teras rumah, di tempat biasa dia duduk. Dada Aini bergemuruh. Tampaknya hati Aini kembali utuh untuk laki-laki berambut ikal, sahabat SMP-nya saat sama-sama mengurus mading sekolah.
Aini segera mencuci muka dan memoles wajahnya dengan bedak dan lipstik tipis-tipis kemudian menemui Ami, dia tak ingin cinta itu kembali kecewa. Dia segera menemui Ami dengan segelas teh manis.

Tamat







Selasa, 28 Juli 2020

Sepuluh Syarat Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka di Kabupaten Pandeglang


Belajar dari rumah yang banyak dikeluhkan, menuntut segera diberlakukannya kembali pembelajaran tatap muka. Kadisdik Kabupaten Pandeglang menyatakan bahwa pembelajaran tatap muka akan dimulai bulan Agustus yang akan datang setelah melakukan rapat koordinasi dengan berbagai pihak terkait, diantaranya Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.
Meskipun pembelajaran tatap muka segera dimulai, bukan berarti pelaksanaannya sama dengan tatap muka sebelum pandemi. Ini 10 hal yang menjadi persyaratan:

1. Surat rekomendasi dari Puskesmas setempat
2. Surat dukungan dari orang tua atau wali siswa untuk belajar tatap muka.
3. Surat oersetujuan dari pengawas sekolah.
4. Foto kelengkapan sarana kebersihan, berupa tempat cuci tangan di depan gerbang sekolah.
5. Foto petugas pemeriksa suhu tubuh beserta kelengkapannya.
6. Foto ruang guru yang jarak antar bangku sesuai pedoman jaga jarak fisik.
7. Foto ruang belajar dengan bangku sesuai dengan pedoman jaga jarak fisik.
8. Foto petugas UKS di ruang UKS
9. Foto petugas sedang membersihkan toilet.
10. Memasang spanduk sekolah daerah wajib masker.
Seluruh persyaratan dikirimkan ke kantor Dinas Pendidikan, paling lambat tanggal 31 Juli 2020.

Info diperoleh berdasarkan surat edaran dari Dinas Pendidikkan

Senin, 27 Juli 2020

Pembelajaran Tatap Muka Dimulai Bulan Agustus



Setelah BDR yang cukup lama, menyita waktu dan pikiran, menghasilkan banyak keluhan, tetapi tidak mencapai target kurikulum, Kadisdik Kabupaten Pandeglang H. Taufiq Hidayat menyatakan bahwa pembelajaran tatap muka akan dumulai bulan Agustus ini, pada saat menggelar rapat koordinasi pembelajaran tatap muka di Aula Kantor Dinas Kabupaten Pandeglang (Senin, 27 Juli 2020)
Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa teknis penyelenggaraannya tetap harus mengikuti protokol kesehatan. Guru, siswa, tenaga kependidikan atau siapa pun yang berkunjung ke lingkungan sekolah harus mengenakan masker. Ketersediaan tempat cuci tangan, hand sanitizer juga harus diperhatikan.
Yang menjadi perhatian penting, bukan hanya tercapainya target kurikulum, tetapi keselamatan anak, guru, keluarga dan seluruh masyarakat, lanjut beliau.
Selama BDR keberhasilan kegiatan pembelajaran hanya mencapai 30%. Banyak kendala yang harus dihadapi, mulai dari penguasaan teknologi IT- guru maupun orang tua- yang masih rendah, tidak seluruh wilayah di Kabupaten Pandeglang terjangkau signal, belum semua siswa memiliki android, mahalnya paket data. Semua kendala yang datanya diperoleh melalui survey kepada guru dan siswa, yang menjadi pertimbangan sehingga dirasa perlu untuk segera melakukan pembelajaran tatap muka.

Sumber https://www.japos.co/2020/07/27/kadisdik-proses-kegiatan-belajar-tatap-muka-dilaksanakan-bulan-agustus-mendatang/

Belajar Menulis Teks Deskripsi

Teks deskrisi adalah teks yang menggambarkan secara rinci suatu objek, tempat,  atau peristiwa tertentu, sehingga pembaca seolah dapat melihat, merasakan, mendengar, atau merasakan objek yang dideskripsikan.

Ciri-ciri teks deskripsi:

1. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.

2. Melibatkan kesan indra sehingga gambaran objek menjadi jelas.

3. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri objek yang diamati penulis.

4.menjelaskan ciri-ciri objek secara terperinci,seperti warna,ukuran,bentuk,dan keadaan suatu objek .

Berdasarkan tujuannya,deskripsi dibedakan menjadi dua

1.      Desktipsi sugestif bertujuan menciptakan pengalaman kepada diri pembaca karena berkenalan langsung dengan objeknya

2.      Deskripsi ekspositoris atau deskripsi teknis bertujuan memberi identifikasi atau informasi mengernai objek. Pembaca dapat mengenali objek jika bertemu atau berhadapan langsung.

 

Secara umum, teks deskripsi terdiri atas tiga jenis seperti berikut.

1. Teks deskripsi tempat(spasial)

     Teks deskripsi tempat(spasial)adalah teks yang melukiskan ruang atau tempat berlangsungnya suatu peristiwa. Pelukisannya harus dilihat dari berbagai segi agar ruang tersebut tergambar dengan jelas dalam pikiran dan perasaan pembaca.

2. Teks deskripsi waktu

     Teks deskripsi waktu menggambarkan urutan waktu. Berdasarkan gambaran tersebut,pembaca akan tahu urutan kejadian yang berhubungan dengan urutan waktu.

3. Teks deskripsi orang.

     Pendeskripsian orang akan menceritakan orang tersebut secara terperinci. Mendeskripsikan orang dapat dilakukan melalui berbagai cara,yakni dengan memilih aspek yang akan dideskripsikan,seperti bidang milik,bidang fisik,bidang perasaan,bidang tindakan,dan watak.

 

Ciri kebahasaan teks deskripsi

1.                          Kalimat berisi penjelasan terperinci untuk membuat objek menjadi konkret (nyata)

Kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang isinya penjelasan, uraian, atau rincian secara detail tentang kalimat utama suatu paragraf.

2.                          Menggunakan pilihan kata dengan emosi kuat dalam teks deskripsi.

Kata emosi adalah kata-kata yang digunakan untuk  menggambarkan dan mengekspresikan perasaan yang dialami seseorang. Teks deskripsi juga menggunakan kata-kata dengan emosi kuat.

Contoh kata emosi : ombak menggempur, gundah gulana, melukai hati.cahaya benderang.

3.                         Mengidentifikasi majas.

Majas sering pula disebut dengan gaya bahasa. yang sering digunakan dalam teks deskripsi adalah majas perbandingan. Majas perbandingan adalah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan memengaruhi pendengar ataupun prembaca.

Contoh kalimat bermajas: Sungai mengalir di antara akar-akar pohon, di kiri dan kanan pohon-pohon bakau menghijau. Keindahan yang memanjakan mata. (gaya bahasa personifikasi)

 

Informasi dalam teks deskripsi dapat dicari dengan pemetaan. Pemetaan berdasarkan pemaparan umum ke khusus, dengan langkah sebagai berikut:

1. Membaca keseluruhan teks deskripsi.

2. Memahami isi teks deskripsi.

3. Menemukan ide pokok setiap paragraf dalam teks deskripsi.

 

Struktur teks deskripsi  

1.   Identifikasi, berisi penjelasan tentang definisi atau identitas objek yang dideskripsikan, misalnya lokasi, sejarah, dan makna onjek yang dideskripsikan.

2.  Deskripsi bagian berisi penjelasan tentang klasifikasi objek yang dideskripsikan.

3.  Kesan atau Simpulan.

 

Telaah Kebahasaa Teks Deskripsi

1. Penggunaan kalimat perincian untuk membuat objek menjad konkret.

2. Penggunaan kalimat yang menggunakan cerapan pancaindra.

3. Penggunaan kata berimbuhan.

4. Penggunaan kata bersinonim dalam teks deskrpsi.

5. Penggunaan kata depan.

6. Penggunaan kata khusus dalam teks deskripsi.

7. Penggunaan huruf kapita dalam teks deskripsi.

8. Penggunaan istilah kata.

9. Penggunaan tanda baca.

10. Pengunaan kata baku.

11. Penggunaan konjungsi.

12. Penggunaan rujukan kata.

Teks deskripsi dapat disajikan dalam bentuk lisan dan tulisan. Dalam bentuk lisan, teks deskripsi dapat disajikan baik bentuk rekaman suara maupun tayangan suara dan video. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam membuat teks deskripsi sebagai berikut.

1. Memahami objek yang akan dideskripsikan.

2. Menghindari penggunaan kata atau kalimat kasar saat menyampaikan deskripsi suatu objek.

3. Menghindari kata atau kalimat yang bersifat subjektif, menyerang pribadi atau fisik seseorang, dan menjatuhkan objek yang dideskripsikan.

4. Menghindari kata-kata yang mengandung SARA untuk mendeskripsikan objek.

5. Menggunakan kalimat sopan dan mudah dipahami.

6. Menyampaikan deskripsi objek secara runtut.

         Selain dalam bantuk lisan, kamu dapat menyusun teks deskripsi berdasarkan data, gagasan, dan kesan terhadap objek. Langkah-langkah menyusun teks deskripsi sebagai berikut.

1. Menentukan topik.

2. Menentukan tujuan penulisan.

3. Mengumpulkan informasi atau bahan.

4. Membuat kerangka tulisan.

5. Mengembangkan kerangka karangan.

 

Langkah-langkah Menulis Teks Deskripsi

1.      Tentukan objek yang akan dideskripsikan

Misalnya pohon besar di halaman depan rumahmu

 

2.      Gunakan panca inderamu untuk memerinci bagian-bagia pohon tersebut

Perincian berdasarkan yang dilihat (indera mata)

Misalnya: rinci warna daun, warna akar, warna batang, warna buah yang masih muda, warna buah yang sudah tua.

Rinci pula bentuk daun, bentuk batang, bentuk akar.

 

Perincian berdasarkan pendengaran (indera pendengaran)

Ada suara burung, suara gesekan daun, suara anak-anak yang memanjat pohon dll

 

3.      Gunakan perasaanmu unuk memberi kesan.

Misalnya merasa tenang karena teduh, merasa sejuk dll

 

Rangkai perincian princian itu dalam sebuah teks deskripsi

Pohon Besar di Halaman Rumahku

 

Pohon besar yang tumbuh di halaman depan rumahku sudah lumayan tua. Sejak aku kecil pohon itu sudah ada. Pohon itu kini menjadi satu-satunya pohon besar yang masih ada di kampung kami.

 

 

Identifikasi

Batangnya sangat besar, tanganku tidak bisa memeluknya, kecuali aku dan adikku saling berpegangan dan berdua melingkarkan tangan pada pohon.

 

Deskripsi bagian

Daun pohon itu berukuran besar juga, kira-kira 20 cm. warnamya hijau agak kekuningan. Kalau sudah tua berubah kemerahan.

Akar pohon itu muncul ke permukaan tanah, biasanya aku gunakan untuk alas duduk sambil membaca buku.

 

Deskripsi bagian

Setiap bulan Desember, pohon berbuah. Warna buahnya merah kecoklatan. Menyerupai warna manggis, sayangnya tak bisa dimakan, kata Ibu ada racunnya.

 

Deskripsi bagian

Pohon besar itu kini sudah tua dan akan segera ditebang. Membayangkan kalau pohon itu sudah tak ada, aku merasakan udara panas dan rasa tidak nyaman.

 

Kesan atau penuutp

 

Berlatih menulis teks deskripsi:

 

 Perhatikan gambar di atas. Kita akan membuat teks deskripsi berdasarkan gambar.

Ikuti langkah-langkah ini!

1.      Identifikasi sungai di atas, Misalnya

Sungai Yamuna di New Delhi-India

 

2.      Deskripsi bagian:

Luas sungai sekitar 10 meter

Sampah memenuhi sungai

Sampah palstik berupa kemasan makanan dan minuman

Sampah rumah tangga.

Air tergenang, tidak mengalir krena sungai dangkal

Bau yang menyengat (seandainya kita ada di sana)

Dll

3.      Kesan atau penutup Sungai yang merusak pemandangan kota dan idak sehat.

Dari rangkaian informasi di atas, kalian dapat mencoba menulis teks deskripsi.

Daftar di sini Nonton youtube dapat uang


Unggulan

Cerita dari Masa Lalu #2

  Klik untuk membaca bagian sebelumnya Ekspresi kecewa, jelas terlukis di wajah Resti. Menelpon balik? Resti menghilangkan kemungkinan itu....