Jumat, 14 Desember 2012
Kamis, 13 Desember 2012
SMP N 1 PULOSARI: Tentang SMPN 1 Pulosari
SMP N 1 PULOSARI: Tentang SMPN 1 Pulosari: SMP Negeri 1 Pulosari beralamat di Jalan Raya Kadu Pager Desa Koranji Kecamatan Pulosari.Kabupaten Pand...
Selasa, 11 Desember 2012
Aku
Pagi:
Aku hanyalah hening
Yang terperangkap dalam bising
Selalu bicara agar terlihat penting
Ternyata semua hanya berputar seperti gasing
Siang:
Aku menjadi debu dalam badai
Terpontang panting sampai lunglai
Berharap temukan damai
Yang kudapat hanyalah andai
Sore :
Aku mencair menjadi keluh
Setelah terkapar lelah bermandi peluh
Mulutku tak lagi bisa berkata uuuuh...
Tapi aku bertahan agar tak jatuh
Malam:
Aku berubah menjadi mimpi
Berharap bisa menjadi pasti
Tidak hanya menjadi pengelana di ruang sepi
Lalu berakhir mati...
Senin, 10 Desember 2012
Kamu Kok Merokok Sih??
Tadi
siang saya melihat lagi sebuah pemandangan yang cukup memprihatinkan di dunia
pendidikkan. Memang bukan peristiwa besar yang akan berdampak sistemik, seperti century
misalnya, tetapi cukup berhasil membuat saya mengusap dada.
“Kamu…masih bau kencur sudah berani
merokok, mau jadi apa kamu nanti?”
Kalimat
seperti ini sudah barang tentu bukan kalimat luar biasa, kita bisa mendengarnya
dari siapa saja, dari ayah/ibu siapa
saja, kakak/paman/tante siapa saja, ketika menasehati anak di bawah umur yang ketahuan sedang
mencoba-coba merokok, kalimat ini menjadi
favorit untuk diucapkan.
Lalu,
apa masalahnya?
Bukan
kalimat itu sebenarnya yang menjadi masalah, tetapi dengan sikap bagaimana kalimat itu diucapkan.
Tadi
siang seorang rekan guru tengah menegur seorang anak (siswa SMP) yang
tertangkap sedang nongkrong di warung
di luar pagar sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung sambil merokok. Si
anak lalu di bawa ke ruangan guru untuk dinasehati salah satu kalimat yang
diucapkan rekan saya tersebut, ya kalimat itu.
Sekali
lagi, bukan kalimatnya yang salah, tetapi rekan guru itu menasehati anak murid agar
tidak merokok, sementara di antara telunjuk dan jari tengahnya terselip
sebatang rokok, yang sesekali diisapnya, sambil terus mengatakan bahwa anak itu
telah melanggar peraturan sekolah.
Setelah
anak itu diperbolehkan kembali memasuki kelas untuk melanjutkan kegiatan
belajarnya, saya mendiskusikan hal itu dengan rekan saya. Salah satu pertanyaan
yang saya lontarkan adalah :”Mengapa anak-anak tidak boleh merokok, sedangkan
gurunya juga merokok?”. Rekan saya menjelaskan bahwa anak-anak tidak boleh
merokok karena mereka belum memiliki
penghasilan sendiri untuk membeli rokok. “Astagfirullah”, saya sangat terkejut mendengar penjelasan itu.
Larangan
merokok bagi siswa seharusnya diterapkan dalam upaya melindungi anak-anak dari
pengaruh negative yang ditimbulkan rokok, bukan karena dia belum punya uang
untuk membelinya sendiri. Siswa harus
mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang bahaya merokok, apalagi sudah banyak yang berpendapat bahwa remaja
perokok lebih beresiko untuk terjerumus menjadi pengguna narkotika.
Menggunakan
alasan anak belum mempunyai penghasilan untuk membeli rokok, sehingga mereka tidak pantas merokok, menurut
saya ini konyol. Karena kalimat ini sepadan maknanya dengan : Merokoklah kalau
nanti kamu sudah mempunyai penghasilan. Dimana letak penanaman karakter bertanggung jawab?, mencintai sesame? . Bahkan
bisa jadi ketika dinasehati pun di dalam hatinya mereka berkata “ Ini kan duit bapak saya, ngapain repot”.
Pada
saat yang lain saya menegur rekan guru
yang lain yang juga perokok, karena rekan saya yang satu ini merokok di dalam kelas, walaupun sebetulnya
dilarang. Rekan ini berdalih bahwa dia kehilangan motivasi dan inspirasinya
bila tidak merokok, makanya dia terpaksa sering melanggar peraturan dilarang
merokok di dalam kelas.
Ini
bukan orang pertama yang saya kenal yang mengucapkan kata-kata yang sama, pada
saat saya kuliah dahulupun ada dosen saya yang seperti ini. Apakah memang rokok
bisa memberi inspirasi atau motivasi
untuk melakukan sesuatu? Entahlah!!
Menurut
pemikiran saya, bukan rokok yang menginspirasi, tetapi ketergantungan anda
terhadap rokok yang telah membuat anda tidak mampu berpikir bila tidak di
dopping dengan nikotin. Lalu apa sebenarnya yang terjadi kepada mereka yang
merasa tidak mampu ngobrol atau
berkomunikasi dengan orang lain secara lancar bila tidak ditemani rokok?. Pada
kasus ini memang anda telah menggunakan rokok sebagai alat untuk menutupi rasa
kurang percaya diri anda. Salahkah ini?
No coment!!
Minggu, 09 Desember 2012
Karena Kamu
Raisya, tubuhnya semampai, berkulit putih, dan memiliki tatapan mata sayu. Rambut lurus dan halus tergerai sebahu. Raisya, beberapa hari lagi usianya 30 tahun dan belum juga menikah. Bukan karena dia tidak ingin menikah, tetapi jodoh itu belum datang kepadanya.
Raisya dan Rangga bersahabat sejak masih kanak-kanak, sejak berada satu bangku di kelas 4 SD.
Saat itu Raisya baru pindah dari sekolahnya yang lama di Serang.
Banten. Ketika dia ragu-ragu melangkah memasuki kelasnya yang baru,
Rangga menyapanya dengan ramah dan menawarkan bangku di sebelahnya yang
kosong.Di hari-hari selajutnya selalu ada Rangga disamping Raisya.
Raisya sering merasa cemburu bila melihat
Rangga mendapat perhatian lebih dari teman-teman perempuannya, tapi dia
hanya menyimpannya dalam tangisan tertahan.
Rangga, semua anak perempuan di sekolah itu mengenalnya. Bukan saja karena wajahnya tetapi penampilan dan gayanya yang tak acuh juga dukungan beberapa fasilitas yang tidak dimiliki oleh teman-teman sebayanya. Rangga memang layak jadi idola.
Rangga, semua anak perempuan di sekolah itu mengenalnya. Bukan saja karena wajahnya tetapi penampilan dan gayanya yang tak acuh juga dukungan beberapa fasilitas yang tidak dimiliki oleh teman-teman sebayanya. Rangga memang layak jadi idola.
“Kenapa harus aku? Bilang saja sendiri atau kamu gak usah ladeni permintaan mereka," Jawab Rangga membela diri
“Tapi Ranggaaa, bagaimana cara aku menolaknya?”
“Kamu kok repot amat sih, Ichaaaa. Bilang saja “No coment”, tapi ngomong-ngomong kamu sewot karena cemburu ya?” tiba-tiba Rangga menggodanya
“Ranggaaaa, mana mungkin aku cemburu sama kamu anak jelek gak jelas kayak gini” lalu terdengar derai tawa mereka, beberapa pasang mata tampak iri melihat keakraban mereka.
______________________@@@@@@@______________
Raisya, beberapa hari lagi usianya 30 tahun dan belum menikah. Saat ini dia bekerja di perusahaan yang cukup besar. Prestasi kerjanya baik. Dia juga menjadi rekan kerja yang menyenangkan bagi sejawatnya.
Raisya nyaris putus asa. Untung Dia memiliki sahabat-sahabat yang baik. Mereka yang telah membangkitkan kembali keyakinan Raisya bahwa suatu hari nanti Allah akan mengirimkan seorang laki-laki yang paling tepat untuknya.
“Ya Allah…dua hari lagi usiaku sudah 30 tahun, tolong kirimkan padaku seorang laki-laki yang mencintaiku dengan tulus, yang akan menjadi imam dan penanggung jawab atas hidupku di hadapanMu, ya Allah” do’a Raisya.
“Ranggaaa, kamu Rangga kan? Aku yakin kamu pasti Rangga” tanpa menunggu jawaban laki-laki itu Raisya sudah menghambur dalam pelukannya. Mereka berdua melompat-lompat kegirangan sebagaimana yang mereka selalu lakukan belasan tahun yang lalu setiap kali berhasil melakukan sesuatu.
“Rangga, kamu kemana saja? Mengapa kamu tiba-tiba menghilang? Aku mencari-cari kamu Rangga?” Raisya tidak mampu mencegah pertanyaan beruntun itu meluncur deras dari mulutnya.
Tidak satupun pertanyaan itu dijawab oleh Rangga. Dia hanya memandangi Raisya dengan tersenyum.
“Rangga, kamu kok hanya senyum-senyum, jawab dong!”
“Kamu belum menyuruhku duduk apalagi memberiku minum tapi malah memberondongi aku dengan pertanyaan, sahabat seperti apa kamu ini?”
“Rangaaaaaa” Kegembiraan itu kembali menjadi milik mereka. Untung saja ruang kerja Raisya kedap suara sehingga tidak mengundang keheranan orang sekantor.
“Ayoo sekarang kamu harus cerita sama aku, kemana saja kamu selama ini?”
“Ok, nona jelek, dengar baik-baik. Karena tidak bersama kamu nilai-nilai sekolahku anljok. Akupun salah memilih teman. Masa depanku hampir saja hancur. Orang tuaku menyelamatkan aku dengan mengajakku pindah ke kampung halaman mereka. Di sana aku kembali menata masa depanku. Syukurnya berkat dukungan orang tuaku. Aku berhasil” Rangga berhenti sejenak kemudian menyeruput orange juice yang ada di depannya.
“Lalu?”
“Sekarang aku meneruskan usaha papaku, kebetulan kantormu bekerja sama dengan kantorku. Kemarin aku melihat kamu di lobby gedung ini, ketika aku tanyakan kepada seseorang yang ada di sana, aku tahu kamu memang Icha jelek yang sedang aku cari”
“Kamu mencari aku?”
“Ya, sudah sangat lama”
“Untuk apa?”
“Untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita.”
“Sok tahu kamu, memang kamu tahu apa mimpiku?”
“Mimpi kamu adalah menjadi istri aku.”
“Ranggaaaa, kamu tuh masih saja gila.”
“Ya, aku memang bisa gila bila harus kembali kehilangan kamu, kamu juga kan?”
Kali ini Raisya hanya terdiam selapis kabut melapisi bening bola matanya, semakin menebal kemudian membentuk butiran lalu akhirnya menetes pelahan.
“Lho, kamu kenapa nangis?” Rangga bertanya polos
“Karena kamu”
“Karena aku?”
“Ya, karena kamu akhirnya datang juga untukku”
Dua
hati yang selalu bersenandung tentang rindu, akhirnya menyatu
mewujudkan segala harap yang telah mereka semai begitu lama. Jodoh itu
akhirnya datang di saat yang paling tepat.
Karya Fiksi Juga Perlu Fakta
ilustrasi/admin(shutterstock.com)
Perdebatan
antara penyuka fiksi dan mereka yang tidak menyukai (anti) fiksi di
Kompasiana, kadang-kadang membuat telinga menjadi sedikit panas dan
gerah. Perdebatan seperti itu hanyalah perdebatan yang tidak akan
menemukan titik temu, yang pada akhirnya menimbulkan perasaan tidak puas
(jengkel) pada ke dua belah pihak. (sangat tidak asyik!!)
Menurut hemat saya, sebagai salah seorang penyuka fiksi, tapi kadang-kadang juga menulis yang lain, fiksi
itu tidak melulu menjual mimpi dan menawarkan imajinasi yang tidak
mungkin terjadi pada dunia nyata, fiksi kadang-kadang juga memerlukan
fakta dan data, karena untuk menghidupkan unsur-unsur yang terdapat
dalam sebuah fiksi, seorang penulis haruslah mengenal secara detail apa
yang akan di tulisnya terutama bila itu menyangkut hal-hal yang memang
ada di dunia nyata apalagi menyangkut profesi orang lain.
Seorang
penulis yang tidak mengenal istilah-istilah hukum, tidak mungkin mampu
menulis cerita yang berhubungan dengan masalah hukum, seorang penulis
yang membuat kisah perjalanan astronot, maka harus belajar dulu tentang
dunia astronot dan kehidupan luar angkasa. Begitu pula yang berkenaan
dengan permasalahan-permasalahan lainnya, seorang penulis fiksi akan
berusaha mencari informasi yang tepat dan benar dengan harapan fiksi
yang akan ditulis terasa hidup dan seolah-olah merupakan kejadian nyata.
Saya
pernah membaca, bagaimana seorang penulis begitu jelas memaparkan
kondisi kemacetan jalan di Jakarta, mulai dari waktu, lokasi dan suasana
kemacetan tersebut, ketika saya melihat profilnya, penulis tersebut
bukan orang Jakarta. Apakah untuk menulis tentang danau toba saya harus
berangkat ke Medan?. Saya bisa melakukannya, dengan mencari
referensi-referensi yang saya perlukan melalui buku-buku atau browsing
di internet.
Demikian pula yang saya alami pada
saat menulis fiksi tentang wanita hamil, saya berusaha mengetahui
masalah-masalah yang dialami seorang wanita hamil sampai melahirkan.
Dengan sedikit kekhawatiran adanya kesalahan istilah yang berakibat
fatal, dan mungkin akan diprotes oleh praktisi kesehatan, saya membaca
beberapa tulisan yang berhubungan dengan istilah-istilah kedokteran yang
saya butuhkan dalam proses penulisan fiksi yang sedang saya tulis tersebut, akibatnya saya jadi banyak tahu dan lumayan paham.
Jadi
sangat tidak tepat kalau dikatakan menulis fiksi itu tidak bermanfaat,
menulis fiksi juga membutuhkan pengetahuan dan ketelitian serta
kemampuan berpikir secara logis. Menulis fiksi juga akan membuat penulis
(juga pembaca) belajar banyak tentang permasalahan-permasalahan hidup,
sehingga memiliki kepekaan sosial dan kehalusan budi. Jadi Jika Ingin
Menulis puisi…Mengapa Tidak?
Guru itu Hampir Saja Membunuh Kreatifitas Anak Umur 10 Tahun
Jizan (yang paling kecil) sedang terlibat dalam "ngobrol bareng penulis" di acara Kompasianival Gandaria Citty Jakarta
Waktu itu, anak saya Jizan Mufida baru berumur 10 tahun, Setelah berhasil menjadi juara menulis cerpen tingkat SD se kecamatan, dia di utus untuk mengikuti lomba tingkat kabupaten. Menilik bakat yang ada padanya, juga keuletan gurunya memberikan bimbingan, saya memiliki harapan besar bahwa dia bisa masuk sepuluh besar.
Jizan dan gurunya berangkat sehari sebelum lomba itu dilaksanakan karena tempat lomba itu cukup jauh, kurang lebih 40 km dari tempat kami tinggal dengan kondisi jalan yang rusak berat, tepatnya di kecamatan Cimanggu, salah satu kecamatan di Kabupaten Pandeglang yang berada di ujung barat Banten.Saya dan suami menyusul keesokan harinya.
Harapan
ternyata masih belum bisa terwujud, salah satu criteria penilaian lomba
cerpen itu adalah kemampuan menulis tegak bersambung, walau menurut
pemikiran saya, menulis tegak bersambung itu bukan bagian dari
unsur-unsur cerpen, apa mau dikata karena itulah yang ditetapkan oleh
panitia. Jizan hanya tidak beruntung karena Dia tidak mahir menulis
indah, yang dia miliki hanya bakat mengungkapkan ide dan gagasan melalui
tulisan dengan media computer. Sssssst tulisan tangan Jizan mirip
tulisan saya, sama sekali tidak indah.
Karena
tidak masuk ke dalam kelompok sepuluh besar, saya bersepakat dengan
suami untuk mengajak Jizan pulang lebih dulu dari rombongan sekolahnya,
saya tidak ingin dia berlama-lama di tempat yang Dia sudah merasa tidak
nyaman di dalamnya akibat tidak masuk sepuluh besar itu.
Saya dapat melihat raut kecewa di wajahnya, dia tidak banyak bicara ketika berjalan menuju ke tempat parkir. Tiba-tiba seorang laki-laki yang mengenakan batik PGRI, berteriak dari seberang jalan;
“YANG PULANG DULUAN PASTI TIDAK MASUK FINAL”
Saya
tersentak mendengar suara teriakan itu, langsung saya lirik wajah
Jizan, benar saja, wajah itu sekarang menunduk dalam-dalam dengan bahu
yang naik turun, Dia menangis!!
Ingin
rasanya saya memaki laki-laki yang pasti seorang guru itu, bagaimana
mungkin seorang guru yang sudah belajar Imu Pendidikan, Ilmu Jiwa Anak,
belajar pula PAKEM, PAIKEM, Quantum Learning, melakukan hal sekeji itu.
Yang saya lakukan saat itu hanya membujuk Jizan, kembali membesarkan hatinya, walau di sela isakannya dia sempat mengatakan,
“Jizan malu mah, Jizan itu gak bisa bikin cerpen, kenapa sih bu Guru nyuruh Jizan yang ikut?”
Inilah
sekelumit kisah, terkadang ternyata orang dewasa itu kejam, tidak
menyadari bahwa yang dilakukannya dapat menghancurkan rasa percaya diri
seorang anak, kalau seorang guru saja memiliki sikap seperti ini, Apa yang akan terjadi dengan anak-anak kita???
Awas Dikerjai Istri yang Sedang Ngidam
Pernah menghadapi istri yang ngidam dan permintaannya aneh-aneh? Apa yang anda lakukan? Memperturutkan segala keinginan istri anda demi sang jabang bayi?
GOCHAAA!! Anda kena!!!
Ngidam memang fenomena aneh, tiba-tiba saja ada keinginan-keinginan atau perbuatan-perbuatan yang tidak biasa dilakukan, pada waktu hamil muda justru disukai. Misalnya, tengah malam ingin makan rujak, minta dicarikan buah durian padahal sedang tidak musim, ingin mengusap kepala botak seorang artis, dan permintaan-permintaan lainnya yang kadang-kadang tidak masuk akal. Lalu apa yang terjadi ketika permintaan itu tidak terpenuhi?, menurut cerita Ibu saya, Beliau sangat sedih dan semalaman menangis.
Apa sebenarnya yang terjadi pada wanita yang mengalami ngidam ini?, menurut apa yang pernah saya baca, pada saat hamil, wanita mengalami ketidakseimbangan hormonal, Dia menjadi sangat sensitif, mudah marah, mudah tersinggung, takut tidak cantik, takut dihianati dan lain-lainnya. Lalu apa hubungannya dengan ngidam?
Karena secara budaya, kondisi ngidam ini sudah diterima sebagai sebuah kebenaran, maka demi memenuhi hasrat mendapat perhatian, menghilangkan kekhawatiran dihianati, memastikan sang suami memang mencintai, maka disadari atau tidak, muncullah keinginan-keinginan aneh itu, yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sang suami adalah laki-laki setia yang penuh cinta dan perhatian.
Adakah yang salah dengan semua keadaan ini?
Sebetulnya tidak ada yang salah, wajar bila suami menunjukkan cintanya dengan memenuhi keinginan sang istri, wajar pula Jika suami yang sedang berbahagia ini dikerjai oleh istri-istrinya, Lho !?!?
Memberi perhatian kepada istri, seharusnya sudah menjadi sesuatu yang alamiah, yang dilakukan setiap saat, tidak harus menunggu istri hamil baru pontang-panting memenuhi semua keinginannya, Jika demikian maka sadar ataupun tidak maka istri akan menuntut perhatian lebih pada saat mengalami kehamilan karena hal itu sulit diperoleh pada saat-saat yang lain (tidak hamil)
Menurut pengamatan dan pengalaman saya sebagai perempuan yang pernah pula mengalamai hamil muda, Bila suami selalu memberi perhatian kepada istri, menunjukkan kasih sayangnya setiap saat, dan tidak harus menunggu istri hamil dulu baru memberi perhatian yang berlebihan, maka ngidam yang aneh-aneh itu tidak akan terjadi.
Jadi, bagi para suami, berikanlah perhatian dan kasih sayang yang menjadi hak istri anda, setiap saat, maka kerepotan karena ngidam tidak akan anda alami, silakan buktikan!!!
4 Tahun Didiagnosa Maag, Padahal Hernia Umbikalis
4 Tahun Didiagnosa Sakit Maag, Padahal Hernia Umbikalis
Membaca pesan dari dr Posma di wall facebooknya “Komunikasi yang baik, perlu dilakukan oleh semua dokter. Karena itu carilah dokter yang bisa mendengar keluahan anda 5 menit, perksa 4 menit dan tulis resep 1 menit. Kalau si dokter hanya pegang2 langsung tulis resep, berarti siap2 terjadi kesalahan” saya teringat pengalaman saya beberapa tahun yang lalu…
Anak pertama saya Zauza Nida, waktu itu usianya 9 tahun, sejak beberapa tahun sebelumnya telah dinyatakan mengalami gejala sakit maag karena sering mengalami muntah-muntah. Setiap kali dia mengalami muntah-muntah dia selalu mendapatkan obat anti mual dan obat-obat lain yang menurut dokter yang menanganinya untuk mengatasi gejala maagnya. Hingga suatu hari dia menunjukkan ada benjolan kecil di dekat pusarnya.
Pada
saat saya menyentuh benjolan yang berada di perut anak saya itu, dia
kesakitan, tapi keesokkan harinya ketika saya akan periksakan ke dokter
tiba-tiba benjolan itu hilang dan saya batal memeriksakannya ke dokter.
Dua
minggu kemudian, benjolan itu muncul lagi, saya akhirnya membawanya ke
dokter umum. Saya memperhatikan bagaimana dokter tersebut memeriksa
dengan seksama mulai dari posisi berbaring, duduk, setengah duduk,
sampai akhirnya dokter itu menyatakan ada jaringan di lapisan dalam dan
dokter memberikan rujukan untuk ke dokter bedah di RSUD.
Berbekal
rujukan itu saya segera membawa anak saya ke RSUD, saya mungkin datang
terlalu pagi, cukup lama saya menunggu dokter memasuki ruangannya,
kira-kira pukul sepuluh dokter pun memeriksa anak saya.
Dokter,
sambil tetap duduk di balik mejanya, memanggil Nida untuk mendekatinya,
untung Nida bukan anak yang penakut, Dia hampiri dokter tersebut dan
memperlihatkan benjolan yang ada di dekat pusarnya.
Dokter
sempat bertanya kepada saya mengenai suhu tubuh dan kemungkinan ada
cairan yang pernah keluar dari pusarnya, kedua pertanyaan dokter itu
saya jawab dengan kata TIDAK.
Pemeriksaan
usai. Tanpa memeriksa tensi, apalagi pemeriksaan lainnya, dokter hanya
melihat-lihat benjolan itu sambil tetap duduk di kursinya dan Nida
berdiri disampingnya kemudian menulis resep dan
menyerahkannya pada saya, saya pun meninggalkan ruangan dokter menuju
apotik. Sebelum sampai di apotik saya iseng-iseng membaca resep yang
dibuat dokter dan terbaca di sana Amocsilyn dan Paracetamol. Saya sangat
kaget dengan resep itu, saya tahu paraset itu penurun panas, anak saya
suhu tubuhnya normal, lalu untuk apa amocsilyn?. Saya sudah katakan tadi
kepada dokter, tidak pernah ada cairan dari pusarnya yang mengindikasi
adanya infeksi. Akhirnya saya urung ke apotik.
Keesokan
harinya saya putuskan untuk membawa anak saya langsung ke RSCM, tanpa
terlebih dulu mencoba berobat ke RSU Provinsi. Saya takut benjolan itu
jaringan yang berbahaya, dan saya tidak ingin terlambat.
Di
RSCM, dalam satu rangkaian pemeriksaan yang hanya dilakukan satu hari
saja, dokter berhasil menentukan dengan tepat apa yang dialami oleh anak
saya. Hernia Umbikalis. Kemudian setelah menjalani pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, beberapa hari kemudian dilakukanlah tindakan operasi.. Syukurlah akhirnya benjolan itu hilang dan apa yang dulu dianggap gejala sakit maag pun hilang.
Seandainya
saya tidak memeriksa dulu resep yang dibuat oleh dokter di RSUD itu,
berapa lama lagi anak saya harus dinyatakan sakit maag, dan harus
mengkonsumsi obat-obat maag, juga berapa lama lagi merasakan sakit
karena benjolan itu?.
Pengalaman
yang saya ceritakan di atas, menunjukkan bahwa masih ada dokter-dokter
yang tidak bekerja secara professional, untuk itu saran dokter Posma
pada waalnya itu perlu kita perhatikan. Berikan jawaban dengan jelas
.setiap pertanyaan yang diajukan dokter karena itu akan membantu dokter
menentukan penyakit apa yang kita derita.
Perhatikan
cara dokter memeriksa, apakah sepenuh hati atau asal-asalan? Jika
dokter memeriksa terlihat hanya sekedarnya, hati-hati dengan diagnosa
yang dibuatnya.
Tanyakan
kepada dokter fungsi setiap obat yang diberikannya, barangkali ada
antibiotic yang harus dihabiskan. Atau penahan rasa sakit yang harus
dihentikan kalau sudah tidak sakit lagi.
*Hernia Umbikalis adalah masuknya usus kedalam rongga di dekat pusar.
Televisi Berwarna Pertama di Rumah Kami
Di
tahun 1977, di sekitar tempat tinggal kami, belum semua keluarga
memiliki televisi berwarna untuk bisa menikmati siaran gambar hidup
dengan warna itu, aku harus menumpang di rumah tetangga. Menonton
televisi di rumah tetangga lebih banyak tidak enaknya karena seringkali
tengah asyik menonton aku sudah di suruh pulang oleh abak, tentu saja
aku tidak boleh nonton lama-lama karena siaran televisi hanya ada malam
hari, mulai pukul 17.00 s.d. pukul 24.00 WIB.
Acara
televisi pada waktu itu yang sangat terkenal adalah film MANIX, seorang
detektif yang memiliki asisten catik berkulit hitam bernama Pegi. Film
MANIX diputar setiap hari kamis setelah berita malam pukul 21.00 WIB, jadi sekitar pukul 22.00 WIB.
Pernah
suatu malam, tanpa sempat meminta izin kepada orang rumah, aku yang
saat itu masih duduk di kelas 1 SMP diajak oleh kakak kelas yang
kebetulan tetangga rumah, nonton serial MANIX di dekat pasar yang
jaraknya sekitar 600 meter dari rumah. Pilihan nonton televisi di tempat
itu karena gambar televisi di rumah itu bintik-bintiknya agak sedikit
sedangkan di tempat lain gambarnya kurang jelas.
Aku sebetulnya tidak terlalu menikmati tontonan itu,
mataku justru lebih banyak tertuju pada jam dinding yang berada tepat
di atas televisi sayangnya aku sungkan untuk mengajak yang lainnya
pulang karena mereka betul-betul tengah menikmati keseruan detektif
MANIX. Film berakhir pukul 23.00 malam.
Dengan rasa cemas aku
pulang, Sesampainya di rumah, aku tidak melihat Abak maupun kakak
sepupu laki-lakiku yang kebetulan tinggal bersama kami, menurut ibu,
mereka berdua sedang mencariku.
Aku sangat takut karena aku yakin Abak pasti marah besar. Aku hanya
menunggu dengan pasrah, Aku tak berani mengeluarkan sepatah katapun
sampai akhirya abak pulang dari pencariannya. Betul saja, Abak sangat
marah atas perbuatanku yang pergi tanpa bilang-bilang dan pulang larut
malam. Tapi untunglah abak bukan orang tua yang ringan tangan, Abak
hanya menanyaiku lalu menasehatiku dengan panjang lebar. Aku hanya
terdiam dengan rasa bersalah.
Sejak
kejadian itu aku tidak boleh lagi pergi nonton televisi di rumah orang.
Aku memang sangat sedih dengan keputusan abak ini, aku tidak lagi bisa
bercerita kepada teman-temanku tentang jagoanku yang hanya hadir satu minggu satu kali itu karena kami memang tidak memiliki televisi di rumah.
Sebulan
setelah peristiwa itu, abak tiba-tiba menjual motor Yamaha
kesayangannya, saat itu di rumah memang ada dua motor, yang satu lagi
yang biasa digunakan oleh kakak sepupuku. Kami semua tidak ada yang
diberi tahu mengapa abak menjual motornya.
Beberapa hari setelah penjualan motor itu, Abak pergi sendirian ke
kota kabupaten, saat itu aku masih belum berani bertanya kepada abak
tentang tujuannya ke kota, aku takut abak masih marah kepadaku. Aku
memang sedih karena biasanya abak paling suka mengajakku bila bepergian.
Sore
menjelang magrib, Abak baru pulang, abak pulang diantar kendaraan
dengan logo sebuah toko elektronik, aku masih tercengang dan belum paham
mengapa abak bisa diantar oleh mobil itu, sampai akhirnya sebuah dus
besar diturunkan dari mobil dan digotong memasuki rumah kami.
Orang-orang yang menurunkan dus itu langsung membukanya dan terlihatlah sebuah televisi 21 inc dengan 4 kaki. Ada
8 pilihan chanel pada televisi itu. Tapi karena stasion televisi yang
ada hanya ada satu yaitu TVRI maka ke 8 chanal tersebut siarannya sama.
Sejak saat itu, aku tidak lagi harus menonton televisi di rumah tetangga karena televisi yang dibeli abak adalah televisi berwarna.
Abakku memang sangat istimewa, abak selalu tahu apa yang diinginkan anak-anaknya tanpa harus menunggu kami merengek memintanya, bila menurut beliau itu baik, maka abak akan memenuhinya. tapi
kami anak-anaknya juga sangat tahu apa bila Abak sudah berkata tidak,
maka rengekan sekeras apapun tak akan mengubah pendiriannya.
Hingga saat ini kami masih bisa menikmati siaran televisi melalui televisi jadul yang masih nangkring di ruang tengah rumah ibu yang jarak dari rumahku tidak terlalu jauh, walaupun warnanya sudah tidak tajam lagi.
Reuni itu Memang Mengasyikan
Penyelenggaraan Reuni sekarang ini semakin marak, karena tersedianya berbagai alat komunikasi canggih yang
bisa menghubungkan setiap orang walaupun berada pada jarak yang
berjauhan. Berbeda dengan penyelenggaraan reuni pada masa lalu, Jarak
yang berjauhan menjadi kendala terutama berkaitan dengan teknik
mengumpulkan teman.
Facebook adalah salah satu jejaring yang paling banyak digunakan untuk menemukan teman lama, disamping tweeter dan jejaring social lainnya. Melalui jejaring social, teman menjadi mudah untuk ditemukan kembali. Bila anda rindu teman lama dan berharap mendapat undangan reuni, buatlah akun salah satu jejaring social tersebut, gunakan nama
asli dan foto asli pada profil anda, tunggu beberapa hari, maka anda
akan terhubung lagi dengan teman-teman lama anda. Itu yang saya lakukan
sehingga saya bisa bertemu lagi dengan teman-teman SMA saya dan akhirnya
bisa bereuni bersama mereka.
Reuni itu sangat asik, ketika berkumpul bersama teman-teman
di masa lalu, apalagi teman sekolah SMP atau SMA, kita bisa kembali
menjadi sosok diri kita di usia itu. Ketika reuni, kita akan terbebas
dari sikap-sikap yang mengikat dan cenderung mengungkung. Bila anda
seorang pejabat yang selalu harus menjaga image diri di depan bawahan,
pada saat reuni itu tidak perlu anda lakukan. Apapun diri anda saat ini,
anda bisa kembali menikmati kehidupan remaja anda yang penuh keceriaan
pada saat reuni. Tak ada masa lalu yang harus anda sembunyikan karena
semua teman anda pasti tahu masa lalu anda.
Ajakan
reuni kadang-kadang juga ditanggapi negative oleh sebagain masyarakat
(baca teman kita). Ada yang mengatakan reuni itu pekerjaan sia-sia, tak
ada manfaatnya sama sekali, ngapain cuman hura-hura doang, alah itu mah cuman buat orang sukses,
dan lebih parah lagi ketika ada yang mencurigai reuni dilakukan hanya
untuk menggalang kekuatan masa (politik). Pandangan buruk seperti ini
memang sangat wajar, karena memang ada pelaku-pelaku reuni memanfaatkan
kegiatan ini untuk kepentingan pribadi.
Masalah
lain yang sering timbul adalah konflik rumah tangga, bagi mereka yang
telah memiliki pasangan hidup tentunya. Penyelenggaraan reuni
kadang-kadang membuat sebuah kesepakatan tidak boleh membawa keluarga (suami/istri)
dengan dalih membuat suasana kaku. Menurut saya ini alasan konyol.
Reuni yang selalu bermotto menjalin silaturahmi justru menghalangi semakin meluasnya silaturahmi itu.
Tidak
perlu takut melibatkan suami/istri dalam reuni. Jika penyelenggara
menyiapkan acara secara matang kekakuan itu tidak akan terjadi apalagi
bila sebelum berangkat kita sudah memberikan gambaran karakter teman-teman yang akan ditemuinya nanti. Jika komunitas anda memang menyayangi anda maka mereka juga pasti ingin akrab dengan keluarga anda.
Saya
dan teman-teman SMA pernah melakukan reuni yang melibatkan keluarga.
Hasilnya? Anak saya sekarang berteman dengan anak teman-teman SMA saya
yang waktu itu ikut hadir. Suami saya juga mengenal baik teman-teman
saya. Bukankah reuni itu bertujuan mempererat silaturahmi?. Reuni telah
berhasil menjadikan kami sebuah keluarga besar. Coba perhatikan foto
reuni saya dan teman-teman SMA dengan melibatkan keluarga ini, asik kan?
Keakraban anak-anak
Berbeda
dengan yang dialami oleh rekan saya. Akibat reuni justru keluarganya
dalam masalah. Anda pasti bisa menduga apa penyebabnya. Ya, CLBK!!.
Sebetulnya teman saya ini tidak benar-benar CBLK, hanya saja dalam
percakapan-percakapan akrab pada saat reuni, ada
saja yang mengungkit-ungkit keakrabannya di masa lalu dengan sang
mantan, sayangnya ini terdengar oleh orang rumah. Apa yang hanya
terdengar sepintas, tanpa melihat yang sebenarnya, bisa berakibat lebih
buruk dibandingkan bila melihat secara langsung.
Reuni itu asik, asalkan dilaksanakan dengan niat baik, tulus, dan menjadikannya arena untuk memperluas persaudaraan.
Selain apa yang telah saya paparkan di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat reuni:
1. Jangan memberi kesempatan terjadinya CLBK, bila salah satu atau kedua teman anda memiliki pasangan hidup, dengan cara sengaja memberi ruang dan waktu kepada mereka untuk menghidupkan kembali romantisme masa lalu.
2.
Bila anda saat ini memiliki kedudukan yang cukup baik (sukses), Jangan
merasa berhak mendominasi kegiatan atau acara, tanpa memperhatikan
pendapat kawan-kawan anda. Ingat mereka kawan anda, bukan bawahan anda.
3.
Bila dalam komunitas, kebetulan saat ini ada yang menjadi anak buah
anda, perlakukan dia seperti anda memperlakukan teman-teman anda yang
lain.
4.
Libatkan keluarga, agar tidak kaku, susun acara yang dapat mencairkan
kekakuan itu, misalnya dengan melakukan permainan-permainan yang
melibatkan seluruh yang hadir.
5.
Bila anda saat ini dalam posisi yang kurang beruntung (belum sukses),
jangan minder. Mereka semua kawan anda. Penuh undangan mereka untuk
bertemu anda. Siapa tahu pertemuan itu memberi jalan atau kelapangan
untuk anda.
Selamat Bereuni bersama sahabat-sahabat tercinta anda…!!
Pernikahan Kita Tinggal Dua Hari Lagi
“Halloo, kamu Fe kan ? Ferlita yang tinggal di daerah Rawa mangun dan kuliah di fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia? punya Hobby membaca buku-buku fiksi dan sekali-sekali menulis di majalah kampus..?” cowok ini terus nyerocos dalam bis kota yang kami tumpangi. Di antara suara cempreng anak kecil pengamen yang bernyanyi sambil memukul-mukul kaleng bekas sof drink, juga teriakan kondektor yang dengan semangatnya memanggil-manggil penumpang “Mangun....mangun....mangun.....!!!”, Bau keringat yang bercampur aroma berbagai merek parfum tidak lagi menggangguku, sudah biasa, aku berusaha keras mengingatnya tapi hasilnya nol besar. Pertemuan ini tanpa rencana dan tanpa janji sebelumnya.
Sementara aku hanya bisa bengong, berusaha mengenalinya lagi, dan berpikir keras di mana aku pernah bertemu dengannya sebelum ini?.
“ he eh....iya, betul..betul...”, hanya itu jawaban yang keluar dari mulutku, Gila ...siapa cowok ini? Begitu detil dia tau tentang aku..jangan-jangan dia berniat memperdaya aku dengan sebelumnya menguntit dan mencari tau, supaya aku percaya dan membuka diri lalu...hiiih......serem!!
“Bagaimana perkembangan aktifitas tulis menulisnya? Sudah merambah penerbitan umum belum?” tanyanya kemudian.
“Sudah mencoba, tapi belum goal...”jawabku sekedarnya.
Sejak pertemuan di bis kota itu, banyak pertemuan-pertemuan lain yang terjadi, lama-lama aku pun menjadi akrab dengannya. Dia adalah Deris, aku bertemu pertama kali dengannya ketika diajak kakakku menghadiri reuni bersama teman-teman SMPnya.
Mulanya biasa saja tapi kemudian pertemuan demi pertemuan itu telah menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku.
Kisah cintaku dengan Deris berjalan sangat mulus, nyaris tanpa pertengkaran, kalaupun ada perdebatan, itu hanya perdebatan kecil sebagai bumbu penyedap hubungan itu saja.
Deris dan aku selalu berusaha menjaga keutuhan serta kesucian nilai-nilai indah yang kami namai cinta itu.
Pernah suatu ketika aku, Deris, libur bareng dengan salah seorang teman sekantornya yang juga membawa kekasihnya. Kami menginap di sebuah losmen yang memiliki 2 kamar, aku tidur bersama kekasih teman Deris itu,Wiwin namanya, sedangkan Deris tidur sekamar dengan temannya.
Tengah malam aku terjaga, adalah kebiasaanku apabila menginap di luar rumah pasti tidurku tak nyenyak, alangkah kagetnya aku, Wiwin yang tadi tidur sekamar denganku, tidak lagi kulihat, jam di Hpku menunjukkan sudah pukul 02 dini hari. Kemana dia?, kucoba menajamkan pendengaranku, sambil terus clingak clinguk ke seluruh ruangan, Wiwin tetap tidak kutemukan. Aku khawatir terjadi sesuatu dengannya.
Akhirnya aku putuskan untuk melihatnya di luar kamar, kubuka pintu kamar perlahan, aku tak ingin suara deritannya mengagetkan semua orang, lho...?! yang aku temukan justru Deris yang tertidur nyenyak di sofa.
“Der...Deris...” kusentuh tubuhnya perlahan, tidak tega sebetulnya membangunkannya dari tidur nyenyaknya.
“Eh.....kamu Fe, ada apa? Jam berapa ini?” Deris menjawab sambil menguap dan mengucek –ngucek matanya, mukanya lecek, tapi itu tetap indah dimataku.
“jam 2 lewat”
“oh..., kenapa bangun..ada apa?”
“Wiwin menghilang, Aku takut sendirian...tapi kamu kenapa tidur di luar?”
“Enggak kenapa-napa, udah balik lagi sana ke kamar, gak usah takut, aku ada di sini kok”
“tapi… Bagaimana dengan Wiwin? Dia kemana?” tanyaku lugu, atau malah nampak Oon di mata Deris
“Ada.!, udah jangan banyak tanya, tidur lagi ke sana..” Deris membimbingku, atau tepatnya mendorongku ke depan pintu kamar. Dan dia kembali meneruskan tidurnya. Itulah Deris, Dia tidak memanfaatkan keadaan, Dia memilih tidur di luar, karena temannya meminta Dia dan wiwin tukaran kamar.
Semua berjalan sesuai rencana, harapan dan impian yang aku dan Deris bangun pun tak mendapat halangan dari sesiapapun, Deris dan keluarganya akhirnya memintaku dari orang tuaku, Mereka meminangku, setelah kami membina cinta ini selama 3 tahun.
Pernikahan itu tinggal satu bulan lagi, aku dan Deris sibuk mempersiapkan semuanya, kami ingin semuanya sempurna, sesempurna cinta kami, termasuk untuk foto prawedding, kami memilih puncak yang romantis, di sebuah villa milik keluarga Deris yang dipenuhi bunga beraneka warna.
Usai kegiatan pemotretan, aku dan Deris memilih beristirahat dulu di villa, sementara tim pemotretan sudah mendahului pulang.
Udara dingin yang mengantarkan semilir harum bunga, terasa semakin indah di saat Deris memeluk erat tubuhku, kami begitu menikmati syahdunya kemesraan itu. Pelukan Deris semakin erat, dan debar-debar kencang di hati kami telah meluruhkan semua yang kami pertahankan selama ini, aku sempat mengingatkan deris untuk bersabar
“Der..tinggal sebulan lagi, sabar”
“Apa bedanya? Toh aku sudah pasti akan jadi suamimu?”
“Tapi Der....?”
“Fe, sebulan itu terlalu lama untukku merasa memilikimu seutuhnya, padahal semuanya kan sudah pasti, Fe, tak akan ada lagi yang bisa memisahkan kita, pernikahan itu hanya soal melegalkannya saja sayang, kau pasti menjadi istriku, dan aku adalah suamimu, sekarang atau sebulan lagi, sama saja Fe….”
Seribu bahkan mungkin sejuta setan akhirnya menari-nari mengiringi helaan demi helaan nafas kami
Persiapan pernikahan itu sudah hampir mencapai akhirnya, dua hari lagi !!, Suasana rumahku sudah nyaris seperti persiapan penyelenggaraan pasar malam, semua saudara mama dan papaku yang berada di luar kota telah berkumpul, rumah penuh sesak, semuanya sibuk dengan berbagai aktivitas, ada yang sedang meronce bunga, memask kue-kue tradisional, mencoba baju-baju kebaya yang sudah dipersiapkan untuk dikenakan pada hari H nya nanti.
Aku sangat bahagia, kebahagiaan itupun ada pada mama, papa, dan Kak Rey, yang juga teman Deris.
“Hebat kamu Fe, kamu tidak seperti gadis-gadis lain yang selalu gonta-ganti pacar, yang lebih parah lagi ada yang akhirnya terpaksa menikah karena kecelakaan alias tekdung” aku hanya tersenyum dengan pujian dari adik mama itu, habis mau apa lagi, aku kan gak mungkin bilang pada tanteku bahwa sebetulnya aku juga gak beda dari mereka.
Pukul 23.00 pada saat sebagian orang sudah mulai beranjak ke pembaringan, Hp ku berdendang, Suara agnes Monika yang melantunkan “Karena Kusanggup” itupun ku raih, mama Deris meneleponku, masih ada saja yang perlu dikompromikan lagi pikirku, kudekatkan HP ke telinga,
“Hallo ma, selamat malam..”
“Fe…cepat kemari nak!, Deris... Deris...Dia… Dia kecelakaan...keadaannya sangat parah... jangan sampai terlambat Fe... kata dok…” Tiba-tiba tubuhku lemah, tak sanggup lagi aku berdiri, semuanya hancur… dan akupun ambruk…
Awal Desember 2011
Sabtu, 01 Desember 2012
Cara Jitu Memilih Pacar
Jalan-jalan jum’at sore bersama anak
pertamaku, sambil menemaninya menghilangkan rasa galau akibat putus
dengan pacarnya. Perjalanan kurang lebih 13 km, jarak dari Menes ke
Labuan kami isi dengan ngobrol santai diselingi memberikan masukan yang
dibutuhkannya untuk menghilangkan rasa galaunya.
Sesampainya
di Labuan, aku menghentikan kendaraan di depan toko Kakak tertuaku.
Biasanya kakakku ini punya trik-trik jitu ngobrol dengan para ABG
walaupun pada kenyataannya komunikasinya dengan anak-anaknya sendiri
agak keteteran. Ini memang mengherankan bagiku.
Setelah
memastikan kendaraan terparkir dengan benar, kami langsung memasuki
ruang bagian dalam toko. Di sana kutemukan kakakku sedang asyik menonton
televisi di temani istrinya. Nida, nama panggilan anakku, langsung
menuju tempat tidur yang ada di ruangan itu dan seperti kelakuan ABG
–ABG lainnya sambil berbaring dia mulai menekuni Handphone yang ada di
tangannya. Update status, itu yang dilakukannya.
Setelah
menikmati es kacang hijau yang disuguhkan istri kakakku, tiba-tiba
obrolan kami sampai pada tujuanku. Kakakku berhasil menggiring obrolan pada masalah yang dihadapi anakku. Hingga akhirnya anakku itu bertanya bagaimana caranya memilih pacar?
Menyimak percakapan om dan keponakan itu, aku mulai mencatat point-point penting dalam benakku, terutama jawaban tentang bagaimana memilih pacar atau pasangan hidup. Kesimpulan yang aku peroleh begini:
Untuk menentukan seseorang layak tidak kita jadikan pacar, caranya ternyata mudah, ingat saja papa. Nah lo. Kok papa sih?, ternyata papa itu sebuah akronim, bila diuraikan sebagai berikut,
P yang pertama adalah Performance, Pilih pacar yang performance-nya
menarik, bukan berarti harus seganteng Rafli Ahmad atau Andika, jika
perempuan tidak pula harus secantik Laudia Cintya Bella atau Bunga Citra
Lestari, yang terpenting dia pantas dan tidak membuat kamu merasa malu memperkenalkannya kepada teman-temanmu.
A, yaitu Agama. Pacar kamu harus seiman dan patuh terhadap ajaran agama. Pacar yang tidak seiman sudah dapat dipastikan akan mengalami banyak kendala.
P,
selanjutnya Prospek. Pacar kamu harus memiliki prospek. Itu dapat
dilihat dari kesungguhannya mengapai impian-imian masa depannya. Serius menekuni pendidikan/pekerjaannya.
A,
yang terakhir adalah ahlak, maksud akhlak di sini adalah kepribadian.
Cari pacar yang berakhlak baik, dengan akhlak yang baik dia akan
memperlakukan kamu dengan baik pula.
Nah bagi
anda yang sama galaunya dengan anak saya terutama sedang bingung
menentuka siapa yang layak anda jadikan pacar ingatlah papa,
mudah-mudahan anda tidak salah dalam memilih.
Satu
hal lagi, ini tentang citra diri, untuk mendapatkan pacar yang sesuai
dengan papa tadi, maka buatlah citra diri anda juga baik dan layak untuk
mendapatkan pacar seperti itu. Citra diri harus dibentuk, bagaimana
membentuknya? Sebetulnya tidak terlalu sulit lakukan sesuai dengan rumus
di bawah ini:
S+S+S+… = P
P+P+P+…= C
Apalagi ini?
S = sikap, P= Penilaian, dan C = Citra diri.
Setiap
sikap yang kita perlihatkan kepada orang lain akan menghasilkan
penilaian dari orang lain. Misalnya anda selalu ramah, selalu sopan,
selalu peduli, maka penilaian orang terhadap diri anda pasti positif.
Selanjutnya bila penilaian-penilaian positif ini datang dari banyak
orang, maka citra diri anda yang terbentuk juga positif.
Memiliki
citra diri positif pasti akan menjadikan diri anda sosok yang disukai
banyak orang dan itu tentunya sangat menyenangkan. Maka tebarkanlah
sikap-sikap positif agar hidup anda bahagia.
Salam…

Langganan:
Komentar (Atom)
Unggulan
Cerita dari Masa Lalu #2
Klik untuk membaca bagian sebelumnya Ekspresi kecewa, jelas terlukis di wajah Resti. Menelpon balik? Resti menghilangkan kemungkinan itu....
-
Pertama kali memandangmu Pertama kali mengenalmu Pertama kali menyentuhmu Bergetar jiwaku Sangat berkesan di hatiku Tibalah saat ...
-
Bagian sebelumnya Cerita dari Rio bagian #2: “Hari ini kapal badak datang,” seorang kawan mengabari. Kedatangan kapal badak menjadi kebahagi...
-
Bagian sebelumnya “Ay, kali ini kamu harus dateng!” Vina berusaha mengintimidasi. “sudah tiga kali pertemuan kamu gak pernah ikut, anak-anak...

