Kamis, 13 Desember 2012

SMP N 1 PULOSARI: Tentang SMPN 1 Pulosari

SMP N 1 PULOSARI: Tentang SMPN 1 Pulosari:                            SMP Negeri 1 Pulosari beralamat di Jalan Raya Kadu Pager Desa Koranji Kecamatan Pulosari.Kabupaten Pand...

Selasa, 11 Desember 2012

Aku



Pagi:
Aku hanyalah hening
Yang terperangkap dalam bising
Selalu bicara agar terlihat penting
Ternyata semua hanya berputar seperti gasing


Siang:
Aku menjadi debu dalam badai
Terpontang panting sampai lunglai
Berharap temukan damai
Yang kudapat hanyalah andai

Sore :
Aku mencair  menjadi  keluh
Setelah terkapar lelah bermandi peluh
Mulutku tak lagi bisa berkata uuuuh...
Tapi aku bertahan agar tak jatuh

Malam:
Aku berubah menjadi mimpi
Berharap bisa  menjadi pasti
Tidak hanya menjadi pengelana di ruang sepi
Lalu berakhir mati...




Senin, 10 Desember 2012

Kamu Kok Merokok Sih??



Tadi siang saya melihat lagi sebuah pemandangan yang cukup memprihatinkan di dunia pendidikkan. Memang bukan peristiwa besar  yang akan berdampak sistemik, seperti century misalnya, tetapi cukup berhasil membuat saya mengusap dada.
“Kamu…masih bau kencur sudah berani merokok, mau jadi apa kamu nanti?”
Kalimat seperti ini sudah barang tentu bukan kalimat luar biasa, kita bisa mendengarnya dari siapa saja,  dari ayah/ibu siapa saja, kakak/paman/tante siapa saja, ketika menasehati  anak di bawah umur yang ketahuan sedang mencoba-coba merokok, kalimat ini menjadi  favorit  untuk diucapkan.
Lalu, apa masalahnya?
Bukan kalimat itu sebenarnya yang menjadi masalah, tetapi  dengan sikap bagaimana kalimat itu diucapkan.
Tadi siang seorang rekan guru tengah menegur seorang anak (siswa SMP) yang tertangkap sedang nongkrong di warung di luar pagar sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung sambil merokok. Si anak lalu di bawa ke ruangan guru untuk dinasehati salah satu kalimat yang diucapkan rekan saya tersebut, ya kalimat itu.
Sekali lagi, bukan kalimatnya yang salah, tetapi  rekan guru itu menasehati anak murid agar tidak merokok, sementara di antara telunjuk dan jari tengahnya terselip sebatang rokok, yang sesekali diisapnya, sambil terus mengatakan bahwa anak itu telah melanggar peraturan sekolah.
Setelah anak itu diperbolehkan kembali memasuki kelas untuk melanjutkan kegiatan belajarnya, saya mendiskusikan hal itu dengan rekan saya. Salah satu pertanyaan yang saya lontarkan adalah :”Mengapa anak-anak tidak boleh merokok, sedangkan gurunya juga merokok?”. Rekan saya menjelaskan bahwa anak-anak tidak boleh merokok karena mereka belum  memiliki penghasilan sendiri untuk membeli rokok. “Astagfirullah”, saya  sangat terkejut mendengar  penjelasan itu.
Larangan merokok bagi siswa seharusnya diterapkan dalam upaya melindungi anak-anak dari pengaruh negative yang ditimbulkan rokok, bukan karena dia belum punya uang untuk membelinya sendiri.  Siswa harus mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang bahaya merokok, apalagi  sudah banyak yang berpendapat bahwa remaja perokok lebih beresiko untuk terjerumus menjadi pengguna narkotika.
Menggunakan alasan anak belum mempunyai penghasilan  untuk membeli rokok,  sehingga mereka tidak pantas merokok, menurut saya ini konyol. Karena kalimat ini sepadan maknanya dengan : Merokoklah kalau nanti kamu sudah mempunyai penghasilan. Dimana letak penanaman karakter bertanggung jawab?, mencintai sesame? . Bahkan bisa jadi ketika dinasehati pun di dalam hatinya mereka berkata  “ Ini kan duit bapak saya, ngapain repot”.
Pada saat yang lain saya menegur  rekan guru yang lain yang juga perokok, karena rekan saya yang satu ini  merokok di dalam kelas, walaupun sebetulnya dilarang. Rekan ini berdalih bahwa dia kehilangan motivasi dan inspirasinya bila tidak merokok, makanya dia terpaksa sering melanggar peraturan dilarang merokok di dalam kelas.
Ini bukan orang pertama yang saya kenal yang mengucapkan kata-kata yang sama, pada saat saya kuliah dahulupun ada dosen saya yang seperti ini. Apakah memang rokok bisa memberi  inspirasi atau motivasi untuk melakukan sesuatu? Entahlah!!
Menurut pemikiran saya, bukan rokok yang menginspirasi, tetapi ketergantungan anda terhadap rokok yang telah membuat anda tidak mampu berpikir bila tidak di dopping dengan nikotin. Lalu apa sebenarnya yang terjadi kepada mereka yang merasa tidak mampu ngobrol  atau berkomunikasi dengan orang lain secara lancar bila tidak ditemani rokok?. Pada kasus ini memang anda telah menggunakan rokok sebagai alat untuk menutupi rasa kurang percaya diri anda.  Salahkah ini? No coment!!

Minggu, 09 Desember 2012

Karena Kamu



Raisya, tubuhnya semampai, berkulit putih, dan memiliki tatapan mata sayu. Rambut lurus dan halus tergerai sebahu. Raisya, beberapa hari lagi usianya 30 tahun dan belum juga menikah. Bukan karena dia tidak ingin menikah, tetapi jodoh itu belum datang kepadanya.

Usianya 14 tahun, ketika jatuh cinta yang pertama kali. Rangga, teman sekelas yang menjadi idola banyak gadis seuasia, ternyata juga telah mencuri perhatiannya. Rangga memang layak untuk diidolakan, di usianya yang masih SMP, selain  hitam manis, Rangga dilengkapi pula dengan banyak fasilitas.

Raisya jatuh cinta pada Rangga bukan karena fasilitas yang dimiliki,  bukan pula ikut-ikutan arus gelombang trend yang  tertuju kepada Rangga. Raisya memang menyukai Rangga, karena menurutnya Rangga baik. Mereka telah berteman sejak masih di SD.

Raisya dan Rangga bersahabat sejak masih kanak-kanak, sejak berada satu bangku di kelas 4 SD. Saat itu Raisya baru pindah dari sekolahnya yang lama di Serang. Banten. Ketika dia ragu-ragu melangkah memasuki kelasnya yang baru, Rangga menyapanya dengan ramah dan menawarkan bangku di sebelahnya yang kosong.Di hari-hari selajutnya selalu ada Rangga disamping Raisya.

Raisya tidak ingat sejak kapan dia mulai merasakan getar-getar aneh di dadanya bila bertemu dengan Rangga. Yang diketahuinya, perasaan aneh itu semakin lama semakin kuat dan debar-debar di dadanya pun semakin membuatnya tersiksa.

Raisya tidak pernah berusaha menyampaikan kepada Rangga, dia tidak ingin Rangga kecewa dan membuat persahabatan mereka merenggang. Raisya menyimpannya sendiri dan membiarkan banyak peristiwa yang menyakitkan terjadi di hadapannya. 

Raisya sering merasa cemburu bila melihat Rangga mendapat perhatian lebih dari teman-teman perempuannya, tapi dia hanya menyimpannya dalam tangisan tertahan.
Rangga, semua anak perempuan di sekolah itu mengenalnya. Bukan saja karena wajahnya tetapi penampilan dan gayanya yang tak acuh juga dukungan beberapa fasilitas yang tidak dimiliki oleh teman-teman sebayanya. Rangga memang layak jadi idola.

Rangga menyukai Raisya, tak seorang pun tahu. Rangga tidak berusaha mengungkapkan perasaannya kepada siapapun, Rangga membiarkan saja perasaan yang berkecamuk, meronta-ronta di dalam hatinya. Rangga tidak ingin membuat persahabatan dengan Raisya terganggu oleh perasaan itu.

“Rangga…bilang sama fans-fansmu yang kecentilan itu. Aku bukan petugas humas kamu yang harus menjelaskan kepada mereka apa saja yang kamu lakukan dari pagi sampe malem” Suatu hari Raisya bersungut-sungut di hadapan Rangga.
“Kenapa harus aku? Bilang saja sendiri atau kamu gak usah ladeni permintaan mereka," Jawab Rangga membela diri
“Tapi Ranggaaa, bagaimana cara aku menolaknya?”
“Kamu kok repot amat sih, Ichaaaa. Bilang saja “No coment”, tapi ngomong-ngomong kamu sewot karena cemburu ya?” tiba-tiba Rangga menggodanya
“Ranggaaaa, mana mungkin aku cemburu sama kamu anak jelek gak jelas kayak gini” lalu terdengar derai tawa mereka, beberapa pasang mata tampak iri melihat keakraban mereka.

Sore  penuh canda dan tawa ternyata menghilang ketika Raisya sudah berada sendirian di dalam kamarnya. Raisya menyesali semua ucapannya. Mana mungkin Rangga menjadi miliknya dan menjadi kekasihnya bila dia selalu saja mengatakan ketidakmungkinan jatuh cinta kepada Rangga.

Di kamarnya Rangga juga tengah gelisah. Ucapan Raisya yang didengarnya tadi telah membuatnya kecewa. Raisya sama sekali tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya, dia bukan type laki-laki yang dicintai Raisya. Rangga kecewa.

Raisya dan Rangga tetap bersahabat, selalu bersama melakukan banyak aktivitas. Maraton pagi bersama, bersepeda bersama, berenang bersama, nonton bersama, mengerjakan tugas-tugas sekolah bersama, semua mereka lakukan bersama. Dan cinta itu semakin menyala dan membakar hati.

Ketika melanjutkan ke SMA ternyata mereka diterima di sekolah yang berbeda. Bahkan letak sekolah mereka berjauhan. Mulanya Rangga bermaksud pindah ke sekolah Swasta yang berada dekat dengan sekolah Raisya, tetapi dia urung melakukan itu. Dia tak ingin Raisya tahu rahasia hatinya.

Tidak ada yang ingin mengakhiri persahabatan itu, tetapi kesibukandi sekolah masing-masing membuat mereka jarang bertemu. Raisya terus tenggelam dalam usahanya meraih harapan, yang juga harapan kedua orang tuanya, dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya yang telah bekerja keras untuk mendukung biaya pendidikannya.

Apa yang terjadi pada Rangga sangat berbeda. Tanpa Raisya dia gamang, dulu Raisya yang membuat dia memiliki perhatian terhadap pelajaran sekolah. Raisya yang membuatnya selalu menjaga sikap dan prilaku. Raisya yang menjadi motivasi hidupnya. Rangga kehilangan itu semua. Hidup Rangga berantakan. Orang tuanya mengajak pindah ke luar kota demi menyelamatkan masa depannya. Sebagai anak tunggal, Rangga adalah harapan mereka satu-satunya.
______________________@@@@@@@______________
Raisya, beberapa hari lagi usianya 30 tahun dan belum menikah. Saat ini dia bekerja di perusahaan yang cukup besar. Prestasi kerjanya baik. Dia juga menjadi rekan kerja yang menyenangkan bagi sejawatnya.

Raisya memiliki banyak mimpi dan harapan dalam hidup. Salah satunya menikah paling lambat di usia 28 tahun. Usia itu sudah terlampaui. Di saat dia ulang tahun yang ke 28 tahun, justru kekasihnya memutuskan untuk meninggalkannya, tanpa alasan yang jelas.
Raisya nyaris putus asa. Untung Dia memiliki sahabat-sahabat yang baik. Mereka yang telah membangkitkan kembali keyakinan Raisya bahwa suatu hari nanti Allah akan mengirimkan seorang laki-laki yang paling tepat untuknya.

Sudah dua tahun dia menunggu, Jodoh yang diharapkan itu belum juga ada tanda-tanda  segera datang. Raisya masih menunggu dengan sabar seraya tak pernah berhenti berdo’a.
“Ya Allah…dua hari lagi usiaku sudah 30 tahun, tolong kirimkan padaku seorang laki-laki yang mencintaiku dengan tulus, yang akan menjadi imam dan penanggung jawab atas hidupku di hadapanMu, ya Allah” do’a Raisya.

Rangga, Usianya sudah 30 tahun. Dia belum menikah. Dia pernah merencanakan menikah dengan teman sekantor yang sempat menarik perhatiannya, tetapi itu dulu, tiga tahun yang lalu. Dia gagal menikah karena ternyata terlalu banyak syarat yang harus dipersiapkan untuk pernikahan itu. Dia menyerah. Bukan karena tidak mampu memenuhi permintaan itu, dia hanya tidak suka cara mengawali pernikahan dengan cara seperti itu. Bagi Rangga pernikahan bukan pesta bar bar dengan menghambur-hamburkan banyak uang. Pernikahan adalah ibadah.

Dua hati, Rangga dan Raisya bersabar dan tawaqal dalam keyakinan bahwa Allah akan memberi mereka jodoh yang tepat. Jodoh yang akan menjadikan rumah tangga mereka rumah tangga penuh keberkahan. Bukan tindakan buru-buru yang akan disesali di kemudian hari.

“Apa kabar, Icha?” Raisya menengadahkan kepala yang sedari tadi hanya tertunduk memperhatikan deretan angka-angka di atas kertas, Catatan belanja rutin kantor yang harus dibukukan. Seorang laki-laki berdiri di hadapannya. Hampir saja dia menegur laki-laki yang sudah masuk ke ruangannya sebelum dipersilakan. Tapi, laki-laki itu menyebut nama kecilnya. Tidak semua orang tahu nama kecilnya. Diperhatikannya secara lebih seksama. Mulai dari cara berdirinya, cara memandangnya, cara dia tersenyum. Tiba-tiba saja Raisya berdiri dan berlari mengitari meja kerjanya
“Ranggaaa, kamu Rangga kan? Aku yakin kamu pasti Rangga” tanpa menunggu jawaban laki-laki itu Raisya sudah menghambur dalam pelukannya. Mereka berdua melompat-lompat kegirangan sebagaimana yang mereka selalu lakukan belasan tahun yang lalu setiap kali berhasil melakukan sesuatu.
“Rangga, kamu kemana saja? Mengapa kamu tiba-tiba menghilang? Aku mencari-cari kamu Rangga?” Raisya tidak mampu mencegah pertanyaan beruntun itu meluncur deras dari mulutnya.
Tidak satupun pertanyaan itu dijawab oleh Rangga. Dia hanya memandangi Raisya dengan tersenyum.
“Rangga, kamu kok hanya senyum-senyum, jawab dong!”
“Kamu belum menyuruhku duduk apalagi memberiku minum tapi malah memberondongi aku dengan pertanyaan, sahabat seperti apa kamu ini?”
“Rangaaaaaa” Kegembiraan itu kembali menjadi milik mereka. Untung saja ruang kerja Raisya kedap suara sehingga tidak mengundang keheranan orang sekantor.

Setelah menyuguhi Rangga minuman dan membiarkannya sejenak beristirahat, Raisya kembali bertanya
“Ayoo sekarang kamu harus cerita sama aku, kemana saja kamu selama ini?”
“Ok, nona jelek, dengar baik-baik. Karena tidak bersama kamu nilai-nilai sekolahku anljok. Akupun salah memilih teman. Masa depanku hampir saja hancur. Orang tuaku menyelamatkan aku dengan mengajakku pindah ke kampung halaman mereka. Di sana aku kembali menata masa depanku. Syukurnya berkat dukungan orang tuaku. Aku berhasil” Rangga berhenti sejenak kemudian menyeruput orange juice yang ada di depannya.
“Lalu?”
“Sekarang aku meneruskan usaha papaku, kebetulan kantormu bekerja sama dengan kantorku. Kemarin aku melihat kamu di lobby gedung ini, ketika aku tanyakan kepada seseorang yang ada di sana, aku tahu kamu memang Icha jelek yang sedang aku cari”
“Kamu mencari aku?”
“Ya, sudah sangat lama”
“Untuk apa?”
“Untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita.”
“Sok tahu kamu, memang kamu tahu apa mimpiku?”
“Mimpi kamu adalah menjadi istri aku.”
“Ranggaaaa, kamu tuh masih saja gila.”
“Ya, aku memang bisa gila bila harus kembali kehilangan kamu, kamu juga kan?”
Kali ini Raisya hanya terdiam selapis kabut melapisi bening bola matanya, semakin menebal kemudian membentuk butiran lalu akhirnya menetes pelahan.
“Lho, kamu kenapa nangis?” Rangga bertanya polos
“Karena kamu”
“Karena aku?”
“Ya, karena kamu akhirnya datang juga untukku”

Dua hati yang selalu bersenandung tentang rindu, akhirnya menyatu mewujudkan segala harap yang telah mereka semai begitu lama. Jodoh itu akhirnya datang di saat yang paling tepat.

Karya Fiksi Juga Perlu Fakta

1337077578782107380

ilustrasi/admin(shutterstock.com)
Perdebatan antara penyuka fiksi dan mereka yang tidak menyukai (anti) fiksi di Kompasiana, kadang-kadang membuat telinga menjadi sedikit panas dan gerah. Perdebatan seperti itu hanyalah perdebatan yang tidak akan menemukan titik temu, yang pada akhirnya menimbulkan perasaan tidak puas (jengkel) pada ke dua belah pihak. (sangat tidak asyik!!)
Menurut hemat saya, sebagai salah seorang penyuka fiksi, tapi kadang-kadang juga menulis yang lain, fiksi itu tidak melulu menjual mimpi dan menawarkan imajinasi yang tidak mungkin terjadi pada dunia nyata, fiksi kadang-kadang juga memerlukan fakta dan data, karena untuk menghidupkan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah fiksi, seorang penulis haruslah mengenal secara detail apa yang akan di tulisnya terutama bila itu menyangkut hal-hal yang memang ada di dunia nyata apalagi menyangkut profesi orang lain.
Seorang penulis yang tidak mengenal istilah-istilah hukum, tidak mungkin mampu menulis cerita yang berhubungan dengan masalah hukum, seorang penulis yang membuat kisah perjalanan astronot, maka harus belajar dulu tentang dunia astronot dan kehidupan luar angkasa. Begitu pula yang berkenaan dengan permasalahan-permasalahan lainnya, seorang penulis fiksi akan berusaha mencari informasi yang tepat dan benar dengan harapan fiksi yang akan ditulis terasa hidup dan seolah-olah merupakan kejadian nyata.
Saya pernah membaca, bagaimana seorang penulis begitu jelas memaparkan kondisi kemacetan jalan di Jakarta, mulai dari waktu, lokasi dan suasana kemacetan tersebut, ketika saya melihat profilnya, penulis tersebut bukan orang Jakarta. Apakah untuk menulis tentang danau toba saya harus berangkat ke Medan?. Saya bisa melakukannya, dengan mencari referensi-referensi yang saya perlukan melalui buku-buku atau browsing di internet.
Demikian pula yang saya alami pada saat menulis fiksi tentang wanita hamil, saya berusaha mengetahui masalah-masalah yang dialami seorang wanita hamil sampai melahirkan. Dengan sedikit kekhawatiran adanya kesalahan istilah yang berakibat fatal, dan mungkin akan diprotes oleh praktisi kesehatan, saya membaca beberapa tulisan yang berhubungan dengan istilah-istilah kedokteran yang saya butuhkan dalam proses penulisan fiksi yang sedang saya tulis tersebut, akibatnya saya jadi banyak tahu dan lumayan paham.
Jadi sangat tidak tepat kalau dikatakan menulis fiksi itu tidak bermanfaat, menulis fiksi juga membutuhkan pengetahuan dan ketelitian serta kemampuan berpikir secara logis. Menulis fiksi juga akan membuat penulis (juga pembaca) belajar banyak tentang permasalahan-permasalahan hidup, sehingga memiliki kepekaan sosial dan kehalusan budi. Jadi Jika Ingin Menulis puisi…Mengapa Tidak?

Guru itu Hampir Saja Membunuh Kreatifitas Anak Umur 10 Tahun

        

           Foto: Interview & tanya jawab dengan penulis novel "Blue Romance" 
 Jizan (yang paling kecil) sedang terlibat dalam "ngobrol bareng penulis" di acara Kompasianival Gandaria Citty Jakarta
            
Waktu itu, anak saya Jizan Mufida baru berumur 10 tahun, Setelah berhasil menjadi juara menulis cerpen tingkat SD se kecamatan, dia di utus untuk mengikuti lomba tingkat kabupaten. Menilik bakat yang ada padanya, juga keuletan gurunya memberikan bimbingan, saya memiliki harapan besar bahwa dia bisa masuk sepuluh besar.
        Jizan dan gurunya berangkat sehari sebelum lomba itu dilaksanakan karena tempat lomba itu cukup jauh, kurang lebih 40 km dari tempat kami tinggal dengan kondisi jalan yang rusak berat, tepatnya di kecamatan Cimanggu, salah satu kecamatan di Kabupaten Pandeglang yang berada di ujung barat Banten.Saya dan suami menyusul keesokan harinya.
          Harapan ternyata masih belum bisa terwujud, salah satu criteria penilaian lomba cerpen itu adalah kemampuan menulis tegak bersambung, walau menurut pemikiran saya, menulis tegak bersambung itu bukan bagian dari unsur-unsur cerpen, apa mau dikata karena itulah yang ditetapkan oleh panitia. Jizan hanya tidak beruntung karena Dia tidak mahir menulis indah, yang dia miliki hanya bakat mengungkapkan ide dan gagasan melalui tulisan dengan media computer. Sssssst tulisan tangan Jizan mirip tulisan saya, sama sekali tidak indah.
       Karena tidak masuk ke dalam kelompok sepuluh besar, saya bersepakat dengan suami untuk mengajak Jizan pulang lebih dulu dari rombongan sekolahnya, saya tidak ingin dia berlama-lama di tempat yang Dia sudah merasa tidak nyaman di dalamnya akibat tidak masuk sepuluh besar itu.
Saya dapat melihat raut kecewa di wajahnya, dia tidak banyak bicara ketika berjalan menuju ke tempat parkir. Tiba-tiba seorang laki-laki yang mengenakan batik PGRI, berteriak dari seberang jalan;
“YANG PULANG DULUAN PASTI TIDAK MASUK FINAL”
Saya tersentak mendengar suara teriakan itu, langsung saya lirik wajah Jizan, benar saja, wajah itu sekarang menunduk dalam-dalam dengan bahu yang naik turun, Dia menangis!!
         Ingin rasanya saya memaki laki-laki yang pasti seorang guru itu, bagaimana mungkin seorang guru yang sudah belajar Imu Pendidikan, Ilmu Jiwa Anak, belajar pula PAKEM, PAIKEM, Quantum Learning, melakukan hal sekeji itu.
Yang saya lakukan saat itu hanya membujuk Jizan, kembali membesarkan hatinya, walau di sela isakannya dia sempat mengatakan,
“Jizan malu mah, Jizan itu gak bisa bikin cerpen, kenapa sih bu Guru nyuruh Jizan yang ikut?”
     Inilah sekelumit kisah, terkadang ternyata orang dewasa itu kejam, tidak menyadari bahwa yang dilakukannya dapat menghancurkan rasa percaya diri seorang anak, kalau seorang guru saja memiliki sikap seperti ini, Apa yang akan terjadi dengan anak-anak kita???

Awas Dikerjai Istri yang Sedang Ngidam


Pernah menghadapi istri yang ngidam dan permintaannya aneh-aneh? Apa yang anda lakukan? Memperturutkan segala keinginan istri anda demi sang jabang bayi?
GOCHAAA!! Anda kena!!!
Ada yang protes?, saya yakin pasti banyak. Ibu hamil yang memang mengalami ngidam yang aneh-aneh, pasti tidak sependapat dengan saya, karena memang mereka pada umumnya mengaku heran dengan keinginan-keinginan aneh yang tidak terkendali itu, termasuk Ibu saya sendiri, lalu mengapa saya mengawali tulisan ini dengan pernyataan seperti di atas?
Ngidam memang fenomena aneh, tiba-tiba saja ada keinginan-keinginan atau perbuatan-perbuatan yang tidak biasa dilakukan, pada waktu hamil muda justru disukai. Misalnya, tengah malam ingin makan rujak, minta dicarikan buah durian padahal sedang tidak musim, ingin mengusap kepala botak seorang artis, dan permintaan-permintaan lainnya yang kadang-kadang tidak masuk akal. Lalu apa yang terjadi ketika permintaan itu tidak terpenuhi?, menurut cerita Ibu saya, Beliau sangat sedih dan semalaman menangis.
Apa sebenarnya yang terjadi pada wanita yang mengalami ngidam ini?, menurut apa yang pernah saya baca, pada saat hamil, wanita mengalami ketidakseimbangan hormonal, Dia menjadi sangat sensitif, mudah marah, mudah tersinggung, takut tidak cantik, takut dihianati dan lain-lainnya. Lalu apa hubungannya dengan ngidam?
Karena secara budaya, kondisi ngidam ini sudah diterima sebagai sebuah kebenaran, maka demi memenuhi hasrat mendapat perhatian, menghilangkan kekhawatiran dihianati, memastikan sang suami memang mencintai, maka disadari atau tidak, muncullah keinginan-keinginan aneh itu, yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sang suami adalah laki-laki setia yang penuh cinta dan perhatian.
Adakah yang salah dengan semua keadaan ini?
Sebetulnya tidak ada yang salah, wajar bila suami menunjukkan cintanya dengan memenuhi keinginan sang istri, wajar pula Jika suami yang sedang berbahagia ini dikerjai oleh istri-istrinya, Lho !?!?
Memberi perhatian kepada istri, seharusnya sudah menjadi sesuatu yang alamiah, yang dilakukan setiap saat, tidak harus menunggu istri hamil baru pontang-panting memenuhi semua keinginannya, Jika demikian maka sadar ataupun tidak maka istri akan menuntut perhatian lebih pada saat mengalami kehamilan karena hal itu sulit diperoleh pada saat-saat yang lain (tidak hamil)
Menurut pengamatan dan pengalaman saya sebagai perempuan yang pernah pula mengalamai hamil muda, Bila suami selalu memberi perhatian kepada istri, menunjukkan kasih sayangnya setiap saat, dan tidak harus menunggu istri hamil dulu baru memberi perhatian yang berlebihan, maka ngidam yang aneh-aneh itu tidak akan terjadi.
Jadi, bagi para suami, berikanlah perhatian dan kasih sayang yang menjadi hak istri anda, setiap saat, maka kerepotan karena ngidam tidak akan anda alami, silakan buktikan!!!
 

4 Tahun Didiagnosa Maag, Padahal Hernia Umbikalis

4 Tahun Didiagnosa Sakit Maag, Padahal Hernia Umbikalis



Membaca pesan dari dr Posma di wall facebooknya Komunikasi yang baik, perlu dilakukan oleh semua dokter. Karena itu carilah dokter yang bisa mendengar keluahan anda 5 menit, perksa 4 menit dan tulis resep 1 menit. Kalau si dokter hanya pegang2 langsung tulis resep, berarti siap2 terjadi kesalahan” saya teringat pengalaman saya beberapa tahun yang lalu…
Anak pertama saya Zauza Nida, waktu itu usianya 9 tahun, sejak beberapa tahun sebelumnya telah dinyatakan mengalami gejala sakit maag karena sering mengalami muntah-muntah. Setiap kali dia mengalami muntah-muntah dia selalu mendapatkan obat anti mual dan obat-obat lain yang menurut dokter yang menanganinya untuk mengatasi gejala maagnya. Hingga suatu hari dia menunjukkan ada benjolan kecil di dekat pusarnya.
Pada saat saya menyentuh benjolan yang berada di perut anak saya itu, dia kesakitan, tapi keesokkan harinya ketika saya akan periksakan ke dokter tiba-tiba benjolan itu hilang dan saya batal memeriksakannya ke dokter.
Dua minggu kemudian, benjolan itu muncul lagi, saya akhirnya membawanya ke dokter umum. Saya memperhatikan bagaimana dokter tersebut memeriksa dengan seksama mulai dari posisi berbaring, duduk, setengah duduk, sampai akhirnya dokter itu menyatakan ada jaringan di lapisan dalam dan dokter memberikan rujukan untuk ke dokter bedah di RSUD.
Berbekal rujukan itu saya segera membawa anak saya ke RSUD, saya mungkin datang terlalu pagi, cukup lama saya menunggu dokter memasuki ruangannya, kira-kira pukul sepuluh dokter pun memeriksa anak saya.
Dokter, sambil tetap duduk di balik mejanya, memanggil Nida untuk mendekatinya, untung Nida bukan anak yang penakut, Dia hampiri dokter tersebut dan memperlihatkan benjolan yang ada di dekat pusarnya.
Dokter sempat bertanya kepada saya mengenai suhu tubuh dan kemungkinan ada cairan yang pernah keluar dari pusarnya, kedua pertanyaan dokter itu saya jawab dengan kata TIDAK.
Pemeriksaan usai. Tanpa memeriksa tensi, apalagi pemeriksaan lainnya, dokter hanya melihat-lihat benjolan itu sambil tetap duduk di kursinya dan Nida berdiri disampingnya kemudian menulis resep dan menyerahkannya pada saya, saya pun meninggalkan ruangan dokter menuju apotik. Sebelum sampai di apotik saya iseng-iseng membaca resep yang dibuat dokter dan terbaca di sana Amocsilyn dan Paracetamol. Saya sangat kaget dengan resep itu, saya tahu paraset itu penurun panas, anak saya suhu tubuhnya normal, lalu untuk apa amocsilyn?. Saya sudah katakan tadi kepada dokter, tidak pernah ada cairan dari pusarnya yang mengindikasi adanya infeksi. Akhirnya saya urung ke apotik.
Keesokan harinya saya putuskan untuk membawa anak saya langsung ke RSCM, tanpa terlebih dulu mencoba berobat ke RSU Provinsi. Saya takut benjolan itu jaringan yang berbahaya, dan saya tidak ingin terlambat.
Di RSCM, dalam satu rangkaian pemeriksaan yang hanya dilakukan satu hari saja, dokter berhasil menentukan dengan tepat apa yang dialami oleh anak saya. Hernia Umbikalis. Kemudian setelah menjalani pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, beberapa hari kemudian dilakukanlah tindakan operasi.. Syukurlah akhirnya benjolan itu hilang dan apa yang dulu dianggap gejala sakit maag pun hilang.
Seandainya saya tidak memeriksa dulu resep yang dibuat oleh dokter di RSUD itu, berapa lama lagi anak saya harus dinyatakan sakit maag, dan harus mengkonsumsi obat-obat maag, juga berapa lama lagi  merasakan sakit karena benjolan itu?.
Pengalaman yang saya ceritakan di atas, menunjukkan bahwa masih ada dokter-dokter yang tidak bekerja secara professional, untuk itu saran dokter Posma pada waalnya itu perlu kita perhatikan. Berikan jawaban dengan jelas .setiap pertanyaan yang diajukan dokter karena itu akan membantu dokter menentukan penyakit apa yang kita derita.
Perhatikan cara dokter memeriksa, apakah sepenuh hati atau asal-asalan? Jika dokter memeriksa terlihat hanya sekedarnya, hati-hati dengan diagnosa yang dibuatnya.
Tanyakan kepada dokter fungsi setiap obat yang diberikannya, barangkali ada antibiotic yang harus dihabiskan. Atau penahan rasa sakit yang harus dihentikan kalau sudah tidak sakit lagi.

*Hernia Umbikalis adalah masuknya usus kedalam rongga di dekat pusar.

 Televisi Berwarna Pertama di Rumah Kami



13460236611256734225
Di tahun 1977, di sekitar tempat tinggal kami, belum semua keluarga memiliki televisi berwarna untuk bisa menikmati siaran gambar hidup dengan warna itu, aku harus menumpang di rumah tetangga. Menonton televisi di rumah tetangga lebih banyak tidak enaknya karena seringkali tengah asyik menonton aku sudah di suruh pulang oleh abak, tentu saja aku tidak boleh nonton lama-lama karena siaran televisi hanya ada malam hari, mulai pukul 17.00 s.d. pukul 24.00 WIB.
Acara televisi pada waktu itu yang sangat terkenal adalah film MANIX, seorang detektif yang memiliki asisten catik berkulit hitam bernama Pegi. Film MANIX diputar setiap hari kamis setelah berita malam pukul 21.00 WIB, jadi sekitar pukul 22.00 WIB.
Pernah suatu malam, tanpa sempat meminta izin kepada orang rumah, aku yang saat itu masih duduk di kelas 1 SMP diajak oleh kakak kelas yang kebetulan tetangga rumah, nonton serial MANIX di dekat pasar yang jaraknya sekitar 600 meter dari rumah. Pilihan nonton televisi di tempat itu karena gambar televisi di rumah itu bintik-bintiknya agak sedikit sedangkan di tempat lain gambarnya kurang jelas.
Aku sebetulnya tidak terlalu menikmati tontonan itu, mataku justru lebih banyak tertuju pada jam dinding yang berada tepat di atas televisi sayangnya aku sungkan untuk mengajak yang lainnya pulang karena mereka betul-betul tengah menikmati keseruan detektif MANIX. Film berakhir pukul 23.00 malam.
Dengan rasa cemas aku pulang, Sesampainya di rumah, aku tidak melihat Abak maupun kakak sepupu laki-lakiku yang kebetulan tinggal bersama kami, menurut ibu, mereka berdua sedang mencariku. Aku sangat takut karena aku yakin Abak pasti marah besar. Aku hanya menunggu dengan pasrah, Aku tak berani mengeluarkan sepatah katapun sampai akhirya abak pulang dari pencariannya. Betul saja, Abak sangat marah atas perbuatanku yang pergi tanpa bilang-bilang dan pulang larut malam. Tapi untunglah abak bukan orang tua yang ringan tangan, Abak hanya menanyaiku lalu menasehatiku dengan panjang lebar. Aku hanya terdiam dengan rasa bersalah.
Sejak kejadian itu aku tidak boleh lagi pergi nonton televisi di rumah orang. Aku memang sangat sedih dengan keputusan abak ini, aku tidak lagi bisa bercerita kepada teman-temanku tentang jagoanku yang hanya hadir satu minggu satu kali itu karena kami memang tidak memiliki televisi di rumah.
Sebulan setelah peristiwa itu, abak tiba-tiba menjual motor Yamaha kesayangannya, saat itu di rumah memang ada dua motor, yang satu lagi yang biasa digunakan oleh kakak sepupuku. Kami semua tidak ada yang diberi tahu mengapa abak menjual motornya.
Beberapa hari setelah penjualan motor itu, Abak pergi sendirian ke kota kabupaten, saat itu aku masih belum berani bertanya kepada abak tentang tujuannya ke kota, aku takut abak masih marah kepadaku. Aku memang sedih karena biasanya abak paling suka mengajakku bila bepergian.
Sore menjelang magrib, Abak baru pulang, abak pulang diantar kendaraan dengan logo sebuah toko elektronik, aku masih tercengang dan belum paham mengapa abak bisa diantar oleh mobil itu, sampai akhirnya sebuah dus besar diturunkan dari mobil dan digotong memasuki rumah kami.
Orang-orang yang menurunkan dus itu langsung membukanya dan terlihatlah sebuah televisi 21 inc dengan 4 kaki. Ada 8 pilihan chanel pada televisi itu. Tapi karena stasion televisi yang ada hanya ada satu yaitu TVRI maka ke 8 chanal tersebut siarannya sama.
Sejak saat itu, aku tidak lagi harus menonton televisi di rumah tetangga karena televisi yang dibeli abak adalah televisi berwarna.
Abakku memang sangat istimewa, abak selalu tahu apa yang diinginkan anak-anaknya tanpa harus menunggu kami merengek memintanya, bila menurut beliau itu baik, maka abak akan memenuhinya. tapi kami anak-anaknya juga sangat tahu apa bila Abak sudah berkata tidak, maka rengekan sekeras apapun tak akan mengubah pendiriannya.
13460237322084057173
Hingga saat ini kami masih bisa menikmati siaran televisi melalui televisi jadul yang masih nangkring di ruang tengah rumah ibu yang jarak dari rumahku tidak terlalu jauh, walaupun warnanya sudah tidak tajam lagi.

Reuni itu Memang Mengasyikan



           Anda mungkin salah seorang pelaku kegiatan ini, Reuni. Berasal dari kata Re= kembali dan uni = kelompok. Reuni berarti berkumpul kembalinya anggota suatu komunitas yang di waktu sebelumnya pernah melakukan kegiatan bersama. Misalnya pernah satu kelas, satu sekolah, satu angkatan di sebuah Diklat, satu korp dan lain sebagainya
Penyelenggaraan Reuni sekarang ini semakin marak, karena tersedianya berbagai alat komunikasi canggih yang bisa menghubungkan setiap orang walaupun berada pada jarak yang berjauhan. Berbeda dengan penyelenggaraan reuni pada masa lalu, Jarak yang berjauhan menjadi kendala terutama berkaitan dengan teknik mengumpulkan teman.
Facebook adalah salah satu jejaring yang paling banyak digunakan untuk menemukan teman lama, disamping tweeter dan jejaring social lainnya. Melalui jejaring social, teman menjadi mudah untuk ditemukan kembali. Bila anda rindu teman lama dan berharap mendapat undangan reuni, buatlah akun salah satu jejaring social tersebut, gunakan nama asli dan foto asli pada profil anda, tunggu beberapa hari, maka anda akan terhubung lagi dengan teman-teman lama anda. Itu yang saya lakukan sehingga saya bisa bertemu lagi dengan teman-teman SMA saya dan akhirnya bisa bereuni bersama mereka.
Reuni itu sangat asik, ketika berkumpul bersama teman-teman di masa lalu, apalagi teman sekolah SMP atau SMA, kita bisa kembali menjadi sosok diri kita di usia itu. Ketika reuni, kita akan terbebas dari sikap-sikap yang mengikat dan cenderung mengungkung. Bila anda seorang pejabat yang selalu harus menjaga image diri di depan bawahan, pada saat reuni itu tidak perlu anda lakukan. Apapun diri anda saat ini, anda bisa kembali menikmati kehidupan remaja anda yang penuh keceriaan pada saat reuni. Tak ada masa lalu yang harus anda sembunyikan karena semua teman anda pasti tahu masa lalu anda.
Ajakan reuni kadang-kadang juga ditanggapi negative oleh sebagain masyarakat (baca teman kita). Ada yang mengatakan reuni itu pekerjaan sia-sia, tak ada manfaatnya sama sekali, ngapain cuman hura-hura doang, alah itu mah cuman buat orang sukses, dan lebih parah lagi ketika ada yang mencurigai reuni dilakukan hanya untuk menggalang kekuatan masa (politik). Pandangan buruk seperti ini memang sangat wajar, karena memang ada pelaku-pelaku reuni memanfaatkan kegiatan ini untuk kepentingan pribadi.
Masalah lain yang sering timbul adalah konflik rumah tangga, bagi mereka yang telah memiliki pasangan hidup tentunya. Penyelenggaraan reuni kadang-kadang membuat sebuah kesepakatan tidak boleh membawa keluarga (suami/istri) dengan dalih membuat suasana kaku. Menurut saya ini alasan konyol. Reuni yang selalu bermotto menjalin silaturahmi justru menghalangi semakin meluasnya silaturahmi itu.
Tidak perlu takut melibatkan suami/istri dalam reuni. Jika penyelenggara menyiapkan acara secara matang kekakuan itu tidak akan terjadi apalagi bila sebelum berangkat kita sudah memberikan gambaran karakter teman-teman yang akan ditemuinya nanti. Jika komunitas anda memang menyayangi anda maka mereka juga pasti ingin akrab dengan keluarga anda.
Saya dan teman-teman SMA pernah melakukan reuni yang melibatkan keluarga. Hasilnya? Anak saya sekarang berteman dengan anak teman-teman SMA saya yang waktu itu ikut hadir. Suami saya juga mengenal baik teman-teman saya. Bukankah reuni itu bertujuan mempererat silaturahmi?. Reuni telah berhasil menjadikan kami sebuah keluarga besar. Coba perhatikan foto reuni saya dan teman-teman SMA dengan melibatkan keluarga ini, asik kan?
Diperjalanan menuju lokasi
Keakraban anak-anak
Berbeda dengan yang dialami oleh rekan saya. Akibat reuni justru keluarganya dalam masalah. Anda pasti bisa menduga apa penyebabnya. Ya, CLBK!!. Sebetulnya teman saya ini tidak benar-benar CBLK, hanya saja dalam percakapan-percakapan akrab pada saat reuni, ada saja yang mengungkit-ungkit keakrabannya di masa lalu dengan sang mantan, sayangnya ini terdengar oleh orang rumah. Apa yang hanya terdengar sepintas, tanpa melihat yang sebenarnya, bisa berakibat lebih buruk dibandingkan bila melihat secara langsung.
Reuni itu asik, asalkan dilaksanakan dengan niat baik, tulus, dan menjadikannya arena untuk memperluas persaudaraan.
Selain apa yang telah saya paparkan di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat reuni:
1. Jangan memberi kesempatan terjadinya CLBK, bila salah satu atau kedua teman anda memiliki pasangan hidup, dengan cara sengaja memberi ruang dan waktu kepada mereka untuk menghidupkan kembali romantisme masa lalu.
2. Bila anda saat ini memiliki kedudukan yang cukup baik (sukses), Jangan merasa berhak mendominasi kegiatan atau acara, tanpa memperhatikan pendapat kawan-kawan anda. Ingat mereka kawan anda, bukan bawahan anda.
3. Bila dalam komunitas, kebetulan saat ini ada yang menjadi anak buah anda, perlakukan dia seperti anda memperlakukan teman-teman anda yang lain.
4. Libatkan keluarga, agar tidak kaku, susun acara yang dapat mencairkan kekakuan itu, misalnya dengan melakukan permainan-permainan yang melibatkan seluruh yang hadir.
5. Bila anda saat ini dalam posisi yang kurang beruntung (belum sukses), jangan minder. Mereka semua kawan anda. Penuh undangan mereka untuk bertemu anda. Siapa tahu pertemuan itu memberi jalan atau kelapangan untuk anda.
Selamat Bereuni bersama sahabat-sahabat tercinta anda…!!

Pernikahan Kita Tinggal Dua Hari Lagi




Mulanya biasa saja, seperti perkenalan-perkenalan lain yang pernah kualami, menyebutkan nama kemudian berbasa-basi, bertanya mengenai hal-hal umum, setelah itu, bila kebetulan ada kesempatan lain untuk bertemu, cukup dengan kata “Hallo.., apa kabar, kamu yang pernah ketemu di..di....dst dst...”. atau bahkan hanya memandang ragu-ragu sambil berbisik kepada seseorang “Perasaan familiar deh, siapa dia?" 

 “Halloo, kamu Fe kan ? Ferlita yang tinggal di daerah Rawa mangun dan kuliah di fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia? punya Hobby membaca buku-buku fiksi dan sekali-sekali menulis di majalah kampus..?” cowok ini terus nyerocos dalam bis kota yang kami tumpangi. Di antara suara cempreng anak kecil pengamen yang bernyanyi sambil memukul-mukul kaleng bekas sof drink, juga teriakan kondektor yang dengan semangatnya memanggil-manggil penumpang “Mangun....mangun....mangun.....!!!”, Bau keringat yang bercampur aroma berbagai merek parfum tidak lagi menggangguku, sudah biasa, aku berusaha keras mengingatnya tapi hasilnya nol besar. Pertemuan ini tanpa rencana dan tanpa janji sebelumnya. 

Sementara aku hanya bisa bengong, berusaha mengenalinya lagi, dan berpikir keras di mana aku pernah bertemu dengannya sebelum ini?. “ he eh....iya, betul..betul...”, hanya itu jawaban yang keluar dari mulutku, Gila ...siapa cowok ini? Begitu detil dia tau tentang aku..jangan-jangan dia berniat memperdaya aku dengan sebelumnya menguntit dan mencari tau, supaya aku percaya dan membuka diri lalu...hiiih......serem!!

 “Bagaimana perkembangan aktifitas tulis menulisnya? Sudah merambah penerbitan umum belum?” tanyanya kemudian. 
 “Sudah mencoba, tapi belum goal...”jawabku sekedarnya. 

 Sejak pertemuan di bis kota itu, banyak pertemuan-pertemuan lain yang terjadi, lama-lama aku pun menjadi akrab dengannya. Dia adalah Deris, aku bertemu pertama kali dengannya ketika diajak kakakku menghadiri reuni bersama teman-teman SMPnya. 

 Mulanya biasa saja tapi kemudian pertemuan demi pertemuan itu telah menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku. Kisah cintaku dengan Deris berjalan sangat mulus, nyaris tanpa pertengkaran, kalaupun ada perdebatan, itu hanya perdebatan kecil sebagai bumbu penyedap hubungan itu saja. 

Deris dan aku selalu berusaha menjaga keutuhan serta kesucian nilai-nilai indah yang kami namai cinta itu. Pernah suatu ketika aku, Deris, libur bareng dengan salah seorang teman sekantornya yang juga membawa kekasihnya. Kami menginap di sebuah losmen yang memiliki 2 kamar, aku tidur bersama kekasih teman Deris itu,Wiwin namanya, sedangkan Deris tidur sekamar dengan temannya. 

 Tengah malam aku terjaga, adalah kebiasaanku apabila menginap di luar rumah pasti tidurku tak nyenyak, alangkah kagetnya aku, Wiwin yang tadi tidur sekamar denganku, tidak lagi kulihat, jam di Hpku menunjukkan sudah pukul 02 dini hari. Kemana dia?, kucoba menajamkan pendengaranku, sambil terus clingak clinguk ke seluruh ruangan, Wiwin tetap tidak kutemukan. Aku khawatir terjadi sesuatu dengannya. 

 Akhirnya aku putuskan untuk melihatnya di luar kamar, kubuka pintu kamar perlahan, aku tak ingin suara deritannya mengagetkan semua orang, lho...?! yang aku temukan justru Deris yang tertidur nyenyak di sofa. 
 “Der...Deris...” kusentuh tubuhnya perlahan, tidak tega sebetulnya membangunkannya dari tidur nyenyaknya. 
 “Eh.....kamu Fe, ada apa? Jam berapa ini?” Deris menjawab sambil menguap dan mengucek –ngucek matanya, mukanya lecek, tapi itu tetap indah dimataku.
 “jam 2 lewat” “oh..., kenapa bangun..ada apa?”
 “Wiwin menghilang, Aku takut sendirian...tapi kamu kenapa tidur di luar?” 
 “Enggak kenapa-napa, udah balik lagi sana ke kamar, gak usah takut, aku ada di sini kok” “tapi… Bagaimana dengan Wiwin? Dia kemana?” tanyaku lugu, atau malah nampak Oon di mata Deris 
 “Ada.!, udah jangan banyak tanya, tidur lagi ke sana..” Deris membimbingku, atau tepatnya mendorongku ke depan pintu kamar. Dan dia kembali meneruskan tidurnya. Itulah Deris, Dia tidak memanfaatkan keadaan, Dia memilih tidur di luar, karena temannya meminta Dia dan wiwin tukaran kamar. Semua berjalan sesuai rencana, harapan dan impian yang aku dan Deris bangun pun tak mendapat halangan dari sesiapapun, Deris dan keluarganya akhirnya memintaku dari orang tuaku, Mereka meminangku, setelah kami membina cinta ini selama 3 tahun.  

 Pernikahan itu tinggal satu bulan lagi, aku dan Deris sibuk mempersiapkan semuanya, kami ingin semuanya sempurna, sesempurna cinta kami, termasuk untuk foto prawedding, kami memilih puncak yang romantis, di sebuah villa milik keluarga Deris yang dipenuhi bunga beraneka warna. 

 Usai kegiatan pemotretan, aku dan Deris memilih beristirahat dulu di villa, sementara tim pemotretan sudah mendahului pulang. Udara dingin yang mengantarkan semilir harum bunga, terasa semakin indah di saat Deris memeluk erat tubuhku, kami begitu menikmati syahdunya kemesraan itu. Pelukan Deris semakin erat, dan debar-debar kencang di hati kami telah meluruhkan semua yang kami pertahankan selama ini, aku sempat mengingatkan deris untuk bersabar 


“Der..tinggal sebulan lagi, sabar” 
 “Apa bedanya? Toh aku sudah pasti akan jadi suamimu?” 
 “Tapi Der....?” 
 “Fe, sebulan itu terlalu lama untukku merasa memilikimu seutuhnya, padahal semuanya kan sudah pasti, Fe, tak akan ada lagi yang bisa memisahkan kita, pernikahan itu hanya soal melegalkannya saja sayang, kau pasti menjadi istriku, dan aku adalah suamimu, sekarang atau sebulan lagi, sama saja Fe….” 

Seribu bahkan mungkin sejuta setan akhirnya menari-nari mengiringi helaan demi helaan nafas kami 

Persiapan pernikahan itu sudah hampir mencapai akhirnya, dua hari lagi !!, Suasana rumahku sudah nyaris seperti persiapan penyelenggaraan pasar malam, semua saudara mama dan papaku yang berada di luar kota telah berkumpul, rumah penuh sesak, semuanya sibuk dengan berbagai aktivitas, ada yang sedang meronce bunga, memask kue-kue tradisional, mencoba baju-baju kebaya yang sudah dipersiapkan untuk dikenakan pada hari H nya nanti. 

Aku sangat bahagia, kebahagiaan itupun ada pada mama, papa, dan Kak Rey, yang juga teman Deris.
 “Hebat kamu Fe, kamu tidak seperti gadis-gadis lain yang selalu gonta-ganti pacar, yang lebih parah lagi ada yang akhirnya terpaksa menikah karena kecelakaan alias tekdung” aku hanya tersenyum dengan pujian dari adik mama itu, habis mau apa lagi, aku kan gak mungkin bilang pada tanteku bahwa sebetulnya aku juga gak beda dari mereka.


 Pukul 23.00 pada saat sebagian orang sudah mulai beranjak ke pembaringan, Hp ku berdendang, Suara agnes Monika yang melantunkan “Karena Kusanggup” itupun ku raih, mama Deris meneleponku, masih ada saja yang perlu dikompromikan lagi pikirku, kudekatkan HP  ke telinga,
 “Hallo ma, selamat malam..” 
 “Fe…cepat kemari nak!, Deris... Deris...Dia… Dia kecelakaan...keadaannya sangat parah... jangan sampai terlambat Fe... kata dok…” Tiba-tiba tubuhku lemah, tak sanggup lagi aku berdiri, semuanya hancur… dan akupun ambruk…

 Awal Desember 2011

Sabtu, 01 Desember 2012

Cara Jitu Memilih Pacar

                Jalan-jalan jum’at sore bersama anak pertamaku, sambil menemaninya menghilangkan rasa galau akibat putus dengan pacarnya. Perjalanan kurang lebih 13 km, jarak dari Menes ke Labuan kami isi dengan ngobrol santai diselingi memberikan masukan yang dibutuhkannya untuk menghilangkan rasa galaunya.
Sesampainya di Labuan, aku menghentikan kendaraan di depan toko Kakak tertuaku. Biasanya kakakku ini punya trik-trik jitu ngobrol dengan para ABG walaupun pada kenyataannya komunikasinya dengan anak-anaknya sendiri agak keteteran. Ini memang mengherankan bagiku.
Setelah memastikan kendaraan terparkir dengan benar, kami langsung memasuki ruang bagian dalam toko. Di sana kutemukan kakakku sedang asyik menonton televisi di temani istrinya. Nida, nama panggilan anakku, langsung menuju tempat tidur yang ada di ruangan itu dan seperti kelakuan ABG –ABG lainnya sambil berbaring dia mulai menekuni Handphone yang ada di tangannya. Update status, itu yang dilakukannya.
Setelah menikmati es kacang hijau yang disuguhkan istri kakakku, tiba-tiba obrolan kami sampai pada tujuanku. Kakakku berhasil menggiring obrolan pada masalah yang dihadapi anakku. Hingga akhirnya anakku itu bertanya bagaimana caranya memilih pacar?
Menyimak percakapan om dan keponakan itu, aku mulai mencatat point-point penting dalam benakku, terutama jawaban tentang bagaimana memilih pacar atau pasangan hidup. Kesimpulan yang aku peroleh begini:
Untuk menentukan seseorang layak tidak kita jadikan pacar, caranya ternyata mudah, ingat saja papa. Nah lo. Kok papa sih?, ternyata papa itu sebuah akronim, bila diuraikan sebagai berikut,
P yang pertama adalah Performance, Pilih pacar yang performance-nya menarik, bukan berarti harus seganteng Rafli Ahmad atau Andika, jika perempuan tidak pula harus secantik Laudia Cintya Bella atau Bunga Citra Lestari, yang terpenting dia pantas dan tidak membuat kamu merasa malu memperkenalkannya kepada teman-temanmu.
A, yaitu Agama. Pacar kamu harus seiman dan patuh terhadap ajaran agama. Pacar yang tidak seiman sudah dapat dipastikan akan mengalami banyak kendala.
P, selanjutnya Prospek. Pacar kamu harus memiliki prospek. Itu dapat dilihat dari kesungguhannya mengapai impian-imian masa depannya. Serius menekuni pendidikan/pekerjaannya.
A, yang terakhir adalah ahlak, maksud akhlak di sini adalah kepribadian. Cari pacar yang berakhlak baik, dengan akhlak yang baik dia akan memperlakukan kamu dengan baik pula.
Nah bagi anda yang sama galaunya dengan anak saya terutama sedang bingung menentuka siapa yang layak anda jadikan pacar ingatlah papa, mudah-mudahan anda tidak salah dalam memilih.
Satu hal lagi, ini tentang citra diri, untuk mendapatkan pacar yang sesuai dengan papa tadi, maka buatlah citra diri anda juga baik dan layak untuk mendapatkan pacar seperti itu. Citra diri harus dibentuk, bagaimana membentuknya? Sebetulnya tidak terlalu sulit lakukan sesuai dengan rumus di bawah ini:
S+S+S+… = P
P+P+P+…= C
Apalagi ini?
S = sikap, P= Penilaian, dan C = Citra diri.
Setiap sikap yang kita perlihatkan kepada orang lain akan menghasilkan penilaian dari orang lain. Misalnya anda selalu ramah, selalu sopan, selalu peduli, maka penilaian orang terhadap diri anda pasti positif. Selanjutnya bila penilaian-penilaian positif ini datang dari banyak orang, maka citra diri anda yang terbentuk juga positif.
Memiliki citra diri positif pasti akan menjadikan diri anda sosok yang disukai banyak orang dan itu tentunya sangat menyenangkan. Maka tebarkanlah sikap-sikap positif agar hidup anda bahagia.
Salam…
  

Unggulan

Cerita dari Masa Lalu #2

  Klik untuk membaca bagian sebelumnya Ekspresi kecewa, jelas terlukis di wajah Resti. Menelpon balik? Resti menghilangkan kemungkinan itu....