Minggu, 09 Desember 2012

Karena Kamu



Raisya, tubuhnya semampai, berkulit putih, dan memiliki tatapan mata sayu. Rambut lurus dan halus tergerai sebahu. Raisya, beberapa hari lagi usianya 30 tahun dan belum juga menikah. Bukan karena dia tidak ingin menikah, tetapi jodoh itu belum datang kepadanya.

Usianya 14 tahun, ketika jatuh cinta yang pertama kali. Rangga, teman sekelas yang menjadi idola banyak gadis seuasia, ternyata juga telah mencuri perhatiannya. Rangga memang layak untuk diidolakan, di usianya yang masih SMP, selain  hitam manis, Rangga dilengkapi pula dengan banyak fasilitas.

Raisya jatuh cinta pada Rangga bukan karena fasilitas yang dimiliki,  bukan pula ikut-ikutan arus gelombang trend yang  tertuju kepada Rangga. Raisya memang menyukai Rangga, karena menurutnya Rangga baik. Mereka telah berteman sejak masih di SD.

Raisya dan Rangga bersahabat sejak masih kanak-kanak, sejak berada satu bangku di kelas 4 SD. Saat itu Raisya baru pindah dari sekolahnya yang lama di Serang. Banten. Ketika dia ragu-ragu melangkah memasuki kelasnya yang baru, Rangga menyapanya dengan ramah dan menawarkan bangku di sebelahnya yang kosong.Di hari-hari selajutnya selalu ada Rangga disamping Raisya.

Raisya tidak ingat sejak kapan dia mulai merasakan getar-getar aneh di dadanya bila bertemu dengan Rangga. Yang diketahuinya, perasaan aneh itu semakin lama semakin kuat dan debar-debar di dadanya pun semakin membuatnya tersiksa.

Raisya tidak pernah berusaha menyampaikan kepada Rangga, dia tidak ingin Rangga kecewa dan membuat persahabatan mereka merenggang. Raisya menyimpannya sendiri dan membiarkan banyak peristiwa yang menyakitkan terjadi di hadapannya. 

Raisya sering merasa cemburu bila melihat Rangga mendapat perhatian lebih dari teman-teman perempuannya, tapi dia hanya menyimpannya dalam tangisan tertahan.
Rangga, semua anak perempuan di sekolah itu mengenalnya. Bukan saja karena wajahnya tetapi penampilan dan gayanya yang tak acuh juga dukungan beberapa fasilitas yang tidak dimiliki oleh teman-teman sebayanya. Rangga memang layak jadi idola.

Rangga menyukai Raisya, tak seorang pun tahu. Rangga tidak berusaha mengungkapkan perasaannya kepada siapapun, Rangga membiarkan saja perasaan yang berkecamuk, meronta-ronta di dalam hatinya. Rangga tidak ingin membuat persahabatan dengan Raisya terganggu oleh perasaan itu.

“Rangga…bilang sama fans-fansmu yang kecentilan itu. Aku bukan petugas humas kamu yang harus menjelaskan kepada mereka apa saja yang kamu lakukan dari pagi sampe malem” Suatu hari Raisya bersungut-sungut di hadapan Rangga.
“Kenapa harus aku? Bilang saja sendiri atau kamu gak usah ladeni permintaan mereka," Jawab Rangga membela diri
“Tapi Ranggaaa, bagaimana cara aku menolaknya?”
“Kamu kok repot amat sih, Ichaaaa. Bilang saja “No coment”, tapi ngomong-ngomong kamu sewot karena cemburu ya?” tiba-tiba Rangga menggodanya
“Ranggaaaa, mana mungkin aku cemburu sama kamu anak jelek gak jelas kayak gini” lalu terdengar derai tawa mereka, beberapa pasang mata tampak iri melihat keakraban mereka.

Sore  penuh canda dan tawa ternyata menghilang ketika Raisya sudah berada sendirian di dalam kamarnya. Raisya menyesali semua ucapannya. Mana mungkin Rangga menjadi miliknya dan menjadi kekasihnya bila dia selalu saja mengatakan ketidakmungkinan jatuh cinta kepada Rangga.

Di kamarnya Rangga juga tengah gelisah. Ucapan Raisya yang didengarnya tadi telah membuatnya kecewa. Raisya sama sekali tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya, dia bukan type laki-laki yang dicintai Raisya. Rangga kecewa.

Raisya dan Rangga tetap bersahabat, selalu bersama melakukan banyak aktivitas. Maraton pagi bersama, bersepeda bersama, berenang bersama, nonton bersama, mengerjakan tugas-tugas sekolah bersama, semua mereka lakukan bersama. Dan cinta itu semakin menyala dan membakar hati.

Ketika melanjutkan ke SMA ternyata mereka diterima di sekolah yang berbeda. Bahkan letak sekolah mereka berjauhan. Mulanya Rangga bermaksud pindah ke sekolah Swasta yang berada dekat dengan sekolah Raisya, tetapi dia urung melakukan itu. Dia tak ingin Raisya tahu rahasia hatinya.

Tidak ada yang ingin mengakhiri persahabatan itu, tetapi kesibukandi sekolah masing-masing membuat mereka jarang bertemu. Raisya terus tenggelam dalam usahanya meraih harapan, yang juga harapan kedua orang tuanya, dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya yang telah bekerja keras untuk mendukung biaya pendidikannya.

Apa yang terjadi pada Rangga sangat berbeda. Tanpa Raisya dia gamang, dulu Raisya yang membuat dia memiliki perhatian terhadap pelajaran sekolah. Raisya yang membuatnya selalu menjaga sikap dan prilaku. Raisya yang menjadi motivasi hidupnya. Rangga kehilangan itu semua. Hidup Rangga berantakan. Orang tuanya mengajak pindah ke luar kota demi menyelamatkan masa depannya. Sebagai anak tunggal, Rangga adalah harapan mereka satu-satunya.
______________________@@@@@@@______________
Raisya, beberapa hari lagi usianya 30 tahun dan belum menikah. Saat ini dia bekerja di perusahaan yang cukup besar. Prestasi kerjanya baik. Dia juga menjadi rekan kerja yang menyenangkan bagi sejawatnya.

Raisya memiliki banyak mimpi dan harapan dalam hidup. Salah satunya menikah paling lambat di usia 28 tahun. Usia itu sudah terlampaui. Di saat dia ulang tahun yang ke 28 tahun, justru kekasihnya memutuskan untuk meninggalkannya, tanpa alasan yang jelas.
Raisya nyaris putus asa. Untung Dia memiliki sahabat-sahabat yang baik. Mereka yang telah membangkitkan kembali keyakinan Raisya bahwa suatu hari nanti Allah akan mengirimkan seorang laki-laki yang paling tepat untuknya.

Sudah dua tahun dia menunggu, Jodoh yang diharapkan itu belum juga ada tanda-tanda  segera datang. Raisya masih menunggu dengan sabar seraya tak pernah berhenti berdo’a.
“Ya Allah…dua hari lagi usiaku sudah 30 tahun, tolong kirimkan padaku seorang laki-laki yang mencintaiku dengan tulus, yang akan menjadi imam dan penanggung jawab atas hidupku di hadapanMu, ya Allah” do’a Raisya.

Rangga, Usianya sudah 30 tahun. Dia belum menikah. Dia pernah merencanakan menikah dengan teman sekantor yang sempat menarik perhatiannya, tetapi itu dulu, tiga tahun yang lalu. Dia gagal menikah karena ternyata terlalu banyak syarat yang harus dipersiapkan untuk pernikahan itu. Dia menyerah. Bukan karena tidak mampu memenuhi permintaan itu, dia hanya tidak suka cara mengawali pernikahan dengan cara seperti itu. Bagi Rangga pernikahan bukan pesta bar bar dengan menghambur-hamburkan banyak uang. Pernikahan adalah ibadah.

Dua hati, Rangga dan Raisya bersabar dan tawaqal dalam keyakinan bahwa Allah akan memberi mereka jodoh yang tepat. Jodoh yang akan menjadikan rumah tangga mereka rumah tangga penuh keberkahan. Bukan tindakan buru-buru yang akan disesali di kemudian hari.

“Apa kabar, Icha?” Raisya menengadahkan kepala yang sedari tadi hanya tertunduk memperhatikan deretan angka-angka di atas kertas, Catatan belanja rutin kantor yang harus dibukukan. Seorang laki-laki berdiri di hadapannya. Hampir saja dia menegur laki-laki yang sudah masuk ke ruangannya sebelum dipersilakan. Tapi, laki-laki itu menyebut nama kecilnya. Tidak semua orang tahu nama kecilnya. Diperhatikannya secara lebih seksama. Mulai dari cara berdirinya, cara memandangnya, cara dia tersenyum. Tiba-tiba saja Raisya berdiri dan berlari mengitari meja kerjanya
“Ranggaaa, kamu Rangga kan? Aku yakin kamu pasti Rangga” tanpa menunggu jawaban laki-laki itu Raisya sudah menghambur dalam pelukannya. Mereka berdua melompat-lompat kegirangan sebagaimana yang mereka selalu lakukan belasan tahun yang lalu setiap kali berhasil melakukan sesuatu.
“Rangga, kamu kemana saja? Mengapa kamu tiba-tiba menghilang? Aku mencari-cari kamu Rangga?” Raisya tidak mampu mencegah pertanyaan beruntun itu meluncur deras dari mulutnya.
Tidak satupun pertanyaan itu dijawab oleh Rangga. Dia hanya memandangi Raisya dengan tersenyum.
“Rangga, kamu kok hanya senyum-senyum, jawab dong!”
“Kamu belum menyuruhku duduk apalagi memberiku minum tapi malah memberondongi aku dengan pertanyaan, sahabat seperti apa kamu ini?”
“Rangaaaaaa” Kegembiraan itu kembali menjadi milik mereka. Untung saja ruang kerja Raisya kedap suara sehingga tidak mengundang keheranan orang sekantor.

Setelah menyuguhi Rangga minuman dan membiarkannya sejenak beristirahat, Raisya kembali bertanya
“Ayoo sekarang kamu harus cerita sama aku, kemana saja kamu selama ini?”
“Ok, nona jelek, dengar baik-baik. Karena tidak bersama kamu nilai-nilai sekolahku anljok. Akupun salah memilih teman. Masa depanku hampir saja hancur. Orang tuaku menyelamatkan aku dengan mengajakku pindah ke kampung halaman mereka. Di sana aku kembali menata masa depanku. Syukurnya berkat dukungan orang tuaku. Aku berhasil” Rangga berhenti sejenak kemudian menyeruput orange juice yang ada di depannya.
“Lalu?”
“Sekarang aku meneruskan usaha papaku, kebetulan kantormu bekerja sama dengan kantorku. Kemarin aku melihat kamu di lobby gedung ini, ketika aku tanyakan kepada seseorang yang ada di sana, aku tahu kamu memang Icha jelek yang sedang aku cari”
“Kamu mencari aku?”
“Ya, sudah sangat lama”
“Untuk apa?”
“Untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita.”
“Sok tahu kamu, memang kamu tahu apa mimpiku?”
“Mimpi kamu adalah menjadi istri aku.”
“Ranggaaaa, kamu tuh masih saja gila.”
“Ya, aku memang bisa gila bila harus kembali kehilangan kamu, kamu juga kan?”
Kali ini Raisya hanya terdiam selapis kabut melapisi bening bola matanya, semakin menebal kemudian membentuk butiran lalu akhirnya menetes pelahan.
“Lho, kamu kenapa nangis?” Rangga bertanya polos
“Karena kamu”
“Karena aku?”
“Ya, karena kamu akhirnya datang juga untukku”

Dua hati yang selalu bersenandung tentang rindu, akhirnya menyatu mewujudkan segala harap yang telah mereka semai begitu lama. Jodoh itu akhirnya datang di saat yang paling tepat.

2 komentar:

  1. lumayan juga ceritanya,mungkin itu isi hati penulis yg dicurahkan lewat cerita.

    BalasHapus
  2. Ini hanya fiksi, kok. terima kasih sudah berkunjung

    BalasHapus

Unggulan

Cerita dari Masa Lalu #2

  Klik untuk membaca bagian sebelumnya Ekspresi kecewa, jelas terlukis di wajah Resti. Menelpon balik? Resti menghilangkan kemungkinan itu....