Senin, 10 Desember 2012

Kamu Kok Merokok Sih??



Tadi siang saya melihat lagi sebuah pemandangan yang cukup memprihatinkan di dunia pendidikkan. Memang bukan peristiwa besar  yang akan berdampak sistemik, seperti century misalnya, tetapi cukup berhasil membuat saya mengusap dada.
“Kamu…masih bau kencur sudah berani merokok, mau jadi apa kamu nanti?”
Kalimat seperti ini sudah barang tentu bukan kalimat luar biasa, kita bisa mendengarnya dari siapa saja,  dari ayah/ibu siapa saja, kakak/paman/tante siapa saja, ketika menasehati  anak di bawah umur yang ketahuan sedang mencoba-coba merokok, kalimat ini menjadi  favorit  untuk diucapkan.
Lalu, apa masalahnya?
Bukan kalimat itu sebenarnya yang menjadi masalah, tetapi  dengan sikap bagaimana kalimat itu diucapkan.
Tadi siang seorang rekan guru tengah menegur seorang anak (siswa SMP) yang tertangkap sedang nongkrong di warung di luar pagar sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung sambil merokok. Si anak lalu di bawa ke ruangan guru untuk dinasehati salah satu kalimat yang diucapkan rekan saya tersebut, ya kalimat itu.
Sekali lagi, bukan kalimatnya yang salah, tetapi  rekan guru itu menasehati anak murid agar tidak merokok, sementara di antara telunjuk dan jari tengahnya terselip sebatang rokok, yang sesekali diisapnya, sambil terus mengatakan bahwa anak itu telah melanggar peraturan sekolah.
Setelah anak itu diperbolehkan kembali memasuki kelas untuk melanjutkan kegiatan belajarnya, saya mendiskusikan hal itu dengan rekan saya. Salah satu pertanyaan yang saya lontarkan adalah :”Mengapa anak-anak tidak boleh merokok, sedangkan gurunya juga merokok?”. Rekan saya menjelaskan bahwa anak-anak tidak boleh merokok karena mereka belum  memiliki penghasilan sendiri untuk membeli rokok. “Astagfirullah”, saya  sangat terkejut mendengar  penjelasan itu.
Larangan merokok bagi siswa seharusnya diterapkan dalam upaya melindungi anak-anak dari pengaruh negative yang ditimbulkan rokok, bukan karena dia belum punya uang untuk membelinya sendiri.  Siswa harus mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang bahaya merokok, apalagi  sudah banyak yang berpendapat bahwa remaja perokok lebih beresiko untuk terjerumus menjadi pengguna narkotika.
Menggunakan alasan anak belum mempunyai penghasilan  untuk membeli rokok,  sehingga mereka tidak pantas merokok, menurut saya ini konyol. Karena kalimat ini sepadan maknanya dengan : Merokoklah kalau nanti kamu sudah mempunyai penghasilan. Dimana letak penanaman karakter bertanggung jawab?, mencintai sesame? . Bahkan bisa jadi ketika dinasehati pun di dalam hatinya mereka berkata  “ Ini kan duit bapak saya, ngapain repot”.
Pada saat yang lain saya menegur  rekan guru yang lain yang juga perokok, karena rekan saya yang satu ini  merokok di dalam kelas, walaupun sebetulnya dilarang. Rekan ini berdalih bahwa dia kehilangan motivasi dan inspirasinya bila tidak merokok, makanya dia terpaksa sering melanggar peraturan dilarang merokok di dalam kelas.
Ini bukan orang pertama yang saya kenal yang mengucapkan kata-kata yang sama, pada saat saya kuliah dahulupun ada dosen saya yang seperti ini. Apakah memang rokok bisa memberi  inspirasi atau motivasi untuk melakukan sesuatu? Entahlah!!
Menurut pemikiran saya, bukan rokok yang menginspirasi, tetapi ketergantungan anda terhadap rokok yang telah membuat anda tidak mampu berpikir bila tidak di dopping dengan nikotin. Lalu apa sebenarnya yang terjadi kepada mereka yang merasa tidak mampu ngobrol  atau berkomunikasi dengan orang lain secara lancar bila tidak ditemani rokok?. Pada kasus ini memang anda telah menggunakan rokok sebagai alat untuk menutupi rasa kurang percaya diri anda.  Salahkah ini? No coment!!

2 komentar:

  1. emang benar bu klu diindonesia orang tua hampir 80% klu melarang anaknya untuk tida meroko alasanya belum bisa cari duit..termasuk saya sendiri dulu waktu orang tuaku melarang aku untuk tidak meroko, terus seharunya disekolah semua guru gk boleh meroko biar muridnya gk ikut ikutan...jangan kaya saya dulu waktu sekolah di sma gara gara terlambat trus diskor suruh beliin roko buat pak guru

    BalasHapus
  2. Memang begitu yang terjadi di sekitar kita. Itulah yg menyebabkan orang -orang merasa harus merokok, supaya dikira banyak uang hehe

    BalasHapus

Unggulan

Cerita dari Masa Lalu #2

  Klik untuk membaca bagian sebelumnya Ekspresi kecewa, jelas terlukis di wajah Resti. Menelpon balik? Resti menghilangkan kemungkinan itu....