Minggu, 13 November 2011

Lingkaran Hitam (HURUF A)

Lingkaran Hitam (HURUF A)

                        RATNA
      Tok…tok…tok, samar suara  ketukan itu sampai ke telingan Ratna yang gelisah,  sepanjang malam ini belum sempat dia memejamkan matanya sekejap pun, pikirannya mengembara liar tak tentu pangkal dan ujungnya. “Ditajamkannya pendengarannya “Mengapa mang Samin belum juga membuka gerbang, kemana dia?”  dilliriknya jam besar yang berdiri anggun di sudut kamarnya yang besar dan lengkap itu,  “Sudah pukul 03.00,  Mang Samin tentu sedang tertidur lelap, kasian … hampir setiap malam tidurnya terganggu oleh mas Sanu yang selalu pulang dini hari ” bathinnya.
      Tok…tok…tok… kali ini suara itu terdengar lebih keras tak lama kemudian terdengar suara pintu gerbang yang bergeser dan diikuti  suara mobil memasuki halaman. “sepertinya Mas Sanu tidak sendiri, ada mobil lain yang mengikuti”.
      Tok…tok…tok…Kali ini ketukan itu persis di pintu kamarnya  “Bu..Bu.. bangun Bu, di luar ada tamu yang mencari Ibu, Bu…Bu…!!” suara Samin terdengar panik, “Dini hari begini?  Siapa tamu yang tidak sopan itu?, tapi Suara itu…ya Suara Samin begitu panik…ada apa ini”  Bergegas Ratna membuka pintu kamarnya.
“Ada apa Mang?”
“Itu  Bu…itu..” muka Samin pucat..dia hanya menunjuk-nunjuk ke arah pintu  utama yang terbuka sedikit, Ratna tidak melihat siapapun di sana, bergegas dia menuju pintu dan mendapati di balik pintu itu dua orang polisi berseragam lengkap telah menunggunya.
“Selamat Malam” serempak mereka menyapa dengan ramah
“Malam….e….ada apa ya?” Ratna tidak mampu menyembunyikan kepanikannya
“Maaf Bu, kami membawa kabar yang tidak baik malam-malam begini…”
“Ada apa?”
“Suami Ibu, tadi ditemukan telah meninggal di sebuah kamar hotel” dengan hati-hati salah seorang petugas itu memaparkan kabar yang mereka bawa.
“Apa pak, meninggal di kamar hotel!?”
Samar-samar dari ruang  keluarga  terdengar breaking news dari salah satu TV swasta  “Pemirsa, Sanu  Sito,  seorang pengusaha kaya dan terkenal  di Ibu kota, baru saja ditemukan tewas di kamar sebuah hotel dalam kondisi tanpa busana…”

Dam!!!!. Seperti dihantam badai, tubuh Ratna limbung hampir saja menghantam sebuah tiang besar yang penuh dengan ornament di teras rumahnya itu “Mang Samin, mana Lia?” hanya kata itu yang lirih terdengar  dari  mulutnya.

                    
LIA
      Lia seorang gadis cantik, kulitnya halus, seperti kulit artis sinetron yang sering muncul di TV mengiklakan produk –produk kecantikan, matanya yang bulat dilengkapi hidungnya yang mancung menambah pesona yang dimilikinya. Umurnya kira-kira 20  tahun. Dia mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta terkenal, punya prestasi baik di kampusnya. Dengan segala yang dia miliki, masa depannya pasti gemilang.Pukul 03.00 dini hari ini. Lia telah menghancurkan semua pesonanya.
      
       Sebulan yang lalu sahabatnya  Nia, telah diperdaya oleh seorang perempuan yang berwajah lembut tetapi berhati srigala, perkenalannya dengan perempuan itu hanya sebuah kebetulan, mereka bertemu di kantin dekat kampus, berbincang sesaat, lalu perempuan itu membayar semua makanan yang disantapnya. Itu berulang dua hari kemudian. Dalam sepekan mereka telah akrab, hingga Nia bersedia ketika perempuan itu memintanya menemaninya berbelanja.
Nia tidak mengerti apa yang telah dilakukan perempuan itu atas dirinya, sampai-sampai dia tidak menolak ketika diminta menunggu di sebuah kamar hotel sementara perempuan itu keluar dengan alasan akan menjemput anaknya di sekolah. Dan peristiwa itu terjadilah.
        
      Setelah meminum jus buah yang disediakan si Ibu itu sebelum pergi, Nia tidak tau lagi apa yang terjadi pada dirinya, yang dia tau, dia terjaga dalam keadaan berantakan, di atas tempat tidur hotel tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Tubuhya terasa sakit, terlebih harga dirinya lalu semua menjadi gelap, hitam, kelam, pikirannya terbang, melayang jauh…jauh….. jiwanya tergucang dan terpaksa di rawat di rumah sakit jiwa.
           
      Persahabatan Lia dan Nia, sudah cukup lama, sejak mereka masih di SMA, beberapa kali Lia berkunjung ke rumah Nia, Lia menjadi akrab dengan keluarga Nia, Nia pun sering berkunjung ke rumah Lia,berbeda dengan Lia,  Nia hanya mengenal ibu Lia, papa Lia hanya diketauhuiya melalui foto keluarga yang terpampang megah dengan figra ukiran jepara di dinding ruang keluarga.
“Nia…?” Lia menyapa Nia dengan pelahan, khawatir Nia akan mengamuk karena kaget
Nia tak bergeming, matanya kosong menatap ke luar jendela.
“Nia…?” sekali lagi Lia memanggilnya, kali ini Nia bereaksi, dipandanginya wajah Lia dengan tatapan aneh yang sulit ditebak. Tiba-tiba butiran –butiran bening menetes deras dari bola matanya.
“Nia, ada apa?” Lia bingung dengan sikap Nia
“Lia..?”
“Ya, aku Lia…., ada apa Nia?”
“Aku menemukan ini di tempat tidur!”
“Apa itu Nia?”  Nia menyodorkan sebuah benda berbentuk lingkaran, cincin tembaga “ini pasti milik orang yang telah menghancurkan hidupku” lanjutnya kemudian. Lia mengamati cincin itu ada inisial “A” di bagian dalamnya entah siapa pemiliknya…
“Ok, Nia…aku akan meminta bantuan polisi menyelidikinya”
“Jangan Lia, jangan ke polisi…aku gak mau namaku ada di koran-koran atau menjadi berita di televisi, aku malu Lia!”
“Baiklah Nia,kalau begitu,  aku akan coba cari tau siapa pemilik cincin ini, mungkin petugas hotel bisa memberi petunjuk.
      
      Sejak obrolan itu. Lama Lia tak mengunjungi Nia, setiap hari dia bolak-balik ke hotel untuk mencari tau siapa pemilik cincin tersebut, tetapi dia seperti berada di lorong gelap, semua petugas hotel tak satupun yang berbicara jujur kepadanya, mereka menyembunyikan sesuatu, pikir Lia.
Suatu hari ketika sarapan bersama mama dan papanya;
“Pa, cincinnya mana kok beberapa hari ini tidak pernah dipakai?’
“Itu dia ma, sudah beberapa hari ini papa cari-cari cincin itu tapi belum ketemu juga, mama tidak liat ada dimana?” mama Lia hanya menggeleng.
“kemana ya..padahal itu kan cincin kenang-kenangan dari Almarhumah Ibu papa, nanti tolong dicarikan di kamar ya ma!” mama mengangguk, menyetujui.
“bentuk cincinnnya seperti apa pa?”
“cincin tembaga biasaa, cinci murah, bentuknya seperti cincin kawin,  di bagian dalamnya ada inisial nama  nenekmu, huruf ‘A’ ”
Dam!!!! Jantungnya seakan meledak dengan keras, tubuh Lia tiba-tiba menjadi lemah, lunglai tanpa tenaga. “huruf ‘A’ “ desisnya

“Iya huruf ‘A’ “, kamu melihatnya Lia” Tanya mama. Lia menggeleng lemah, sangat lemah.


                      Sanu Sito
       Sanu Sito, adalah pekerja keras, kepahitan hidup di masa lalu telah memacu dirinya hingga sampai pada puncak kejayaan ketika umurnya baru menginjak 40 tahun. Sebagai pengusaha muda, kaya,  dan terkenal, Dia telah larut dalam euphoria kesuksesan, Dia telah menjadi bagian dari kusut masainya moral penghuni negeri ini.

       Dia hanya menjadikan istrinya sebuah prestise, istrinnya, Ratna, wanita cantik dan keturunan keluarga terhormat, Dia akan perkenalkan dengan bangga, istrinya, kepada kolega-koleganya dengan mengumbar segala kehebatannya. Tapi pada kenyataannya Sanu Sito, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan perempuan-perempua muda yang haus akan kemewahan dan fasilitas yang tidak mereka peroleh dari orang tua mereka.

       Sanu Sito, dengan harta yang dimilikinya  akan melakukan apa saja untuk mendapatkan daun muda yang segar dan ranum,  dan banyak penyedia jasa layanan seperti ini berkeliaran di sekitar kita, termasuk seorang ibu yag telah dikenal oleh Nia.

                       Akhirnya
       Sore itu, Lia pamit pada mamanya, hendak menjenguk Nia. Diciumnya kening Ratna, sudah lama dia tidak melakukan ini, Ratna bahagia karenany.
“Nia..?”
“Kamu sudah berhasil menemukan orang itu Lia?”  Lia mengangguk, tanpa mengangkat wajahnya. Bathinnya menangis.. pilu…
“Siapa orangnya Lia, saya akan bunuh orang itu!” memerah mata Nia, tubuhnya mejadi kaku “katakana Lia…orang itu tidak berhak hidup, sementara aku telah hancur seperti ini…” Tiba-tiba Nia mengamuk,dicengkeramnya wajah Lia,”ayo Lia, katakana padaku!!”\  untung saja seorang perawat berada di dekat mereka, dan Nia berhasil ditenangkan dengan suntikan obat penenang.

       Tak ada yang tau apa rencana Lia, ketika dia menelepon seorang laki-laki, dan mengaku akan menjual kegadisannya demi mengobati ayahnya yang sakit jiwa.

       Malam itu, dengan tenang Lia masuk ke dalam sebuah kamar hotel, masih kosong, laki-laki itu berjanji akan datang pukul 10 malam,  sebagaimana perjanjian mereka di telepon tadi.

       Gelisah Lia menunggu detik demi detik yang bergerak sangat lambat, beribu recana berkecamuk di pikiranya. Terbayang olehnya bagaimana dulu dia dan keluarga Nia, di kamar ini, ya di kamar ini!. Menemukan Nia yang tergeletak, pinsan, masih tanpa pakaian. Sementara air matanya terus mengalir deras.
Pukul. 21.30. Lia melepas satu persatu pakaiannya, lalu dia naik ke atas tempat tidur, menyelusup kebawah selimut tebal. Dadanya berguncag hebat, tak ada air mata…

       Tepat pukul 22.00 Sanu Sito memasuki kamar itu, Dada Lia semakin berdebar dia sembunyikan wajahnya dengan menghadap ke dinding disamping tempat tidur.
“Maaf, tolong matikan lampunya” ujarnya kemudian.
“Kenapa harus dimatikan?”
“saya malu, saya belum pernah “
Ruanganpun menjadi gelap, Sanu Sito menghampiri tubuh muda yang telah tersedia dihadapannya.
30 menit kemudian , semuanya usai, Lia tiba-tiba bangun dan menyalakan lampu kamar itu.
Ditatapnya wajah Sanu Sito dengan tajam.
“Semoga ini adalah obat untuk papa yang sakit jiwa, juga obat untuk Nia yang telah papa hancurkan masa depannya!” dan setelah itu Lia pun segera megenakan pakaiannya menghambur ke luar ruangan. Dia bawa semua luka hatinya jauh…jauh….sekali dan tak akan kembali lagi….. Dia akhiri hidupnya dengan membiarkan mobilnya meluncur ke dalam jurang.Sementara itu Santu Sito  merintih menahan sakit di dadanya, lalu dia tewas karena serangan jantung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Unggulan

Cerita dari Masa Lalu #2

  Klik untuk membaca bagian sebelumnya Ekspresi kecewa, jelas terlukis di wajah Resti. Menelpon balik? Resti menghilangkan kemungkinan itu....