Sabtu, 26 November 2011

Katakanlah Cinta Itu !!


Cerita ini cocok dengan lagu Kepastiannya Aurel, klik lagunya, nikmati ceritanya, rasakan sensasinya



Merindukanmu seolah terjebak dalam rengkuhan kabut malam, menanti dengan sabar saat sang surya segera meluruhkan cahayanya, menepis satu demi satu tetesan embun yang tersangkut di atas dedaunan. Namun mengapa tak kau sentuh juga jemari rinduku padahal kau begitu dekat.. teramat dekat sehingga tak ada sesuatupun yang berani tegak di antara kita?

  Kau selalu membuatku bertanya-tanya tentang arti tersebunyi dari semua sikapmu. Kau yang selalu baik padaku, selalu ada ketika aku inginkan seseorang mendengar semua keluh kesahku, kau bahkan rela mengorbankan banyak waktumu hanya untuk menemaniku, kau selalu ada dalam setiap langkahku. Tapi satu yang aku tak yakin apakah kau mencintaiku?

Menantikan kepastian tentang perasaanmu untukku membuatku seperti pengelana yang tersesat di padang tandus tanpa berbekal setetes airpun. Betapa dahaganya aku atas cintamu, cinta yang sesunguhnya yang kau wujudkan dalam sebuah ikrar yang nyata, biarlah orang mengatakan itu hanya retorika belaka, tak penting apa yang dikatakan orang, bagiku itu sangat bermakna, cinta yang tak pernah dinyatakan bukanlah cinta yang sesungguhnya, tetapi pertemanan dengan bumbu-bumbu asmara.

“Apa sebenarnya perasaanmu ke aku?” itu pertanyaan terberat yang pernah aku ucapkan kepadamu, sebagai wanita, aku tidaklah termasuk tipe agresif, tapi aku membutuhkan kepastianmu, maka pertanyaan itupun kupaksa untuk meluncur dari bibirku. Kau tak bergeming, kau juga tidak berkata sepatah katapun, kau hanya menatapku denga tatapan yang tak dapat kupahami, lalu kau  genggam tanganku, dan aku membiarkannya saja sambil terus berharap kau akan ucapkan tiga kata ajaib yang akan mengubah semua impianku menjadi sesuatu yang nyata, yang akan membebaskanku  dari kepekatan malam. Detik-demi detik pun berlalu, kau masih saja  mempermainkan tanganku dalam genggamanmu, dan akupun masih saja setia menunggu.
“so..?” desakku kemudian, aku mulai tidak sabar dengan semua ini, jiwaku resah.
“Mengapa kau tanyakan itu padaku ?” pertanyaan aneh, pikirku, 
“Karena aku butuh kejelasan” jawabku.
“Bukankah semuanya sudah sangat jelas ?”
“Mungkin iya dari sudut pandangmu tapi sangat tidak jelas menurut sudut pandangku“ tegasku kemudian.
“Apanya yang tidak jelas?”
“Semuanya!” semakin keras suaraku,  aku mulai tidak sabar dengan gayamu yang menurutku sangat mempermainkan perasaanku.
“Kau seharusya tau tanpa harus aku ucapkan, kau harusnya mampu merasakan tanpa harus aku katakan” kali ini justru suaramu yang mengeras.
“Aku ingin kau mengatakannya!”
“Artinya kau selama ini tidak menganggapku berbeda dari yang lain??”
“Aku hanya ingin mendengar semua itu dari mulutmu, semua orang bisa berbuat baik semua orang bisa selalu berada di dekatku, dalam kondisi apapun, tapi belum tentu dia mencintaiku”
Aku tak mampu lagi menahan kegusaranku, berapa lama lagi kau akan membiarkanku terombang ambing dalam lautan gelisah. Cinta butuh keyakinan, bukan tebak-tebakkan atau sekadar kira-kira dan aku tak berani meyakini sesuatu hanya karena secara logika sikapmu menunjukkan bahwa kau berbeda dari yang lain.

Merindukan kata-kata cinta darimu, adalah penantian tak berujung, bagimu pernyataan cinta bukanlah sesuatu yang penting tapi bagiku pernyataan cinta adalah sebuah ikrar tentang kesetiaan dan upaya untuk tetap saling menjaga. Kau menilaiku egois atas perbedaan prinsip kita ini  tapi siapa sebenarnya yang egois?

Aku lelah dalam pengharapan, mengapa dalam banyak hal kita bisa saling memahami, tapi  menjadi sulit dalam hal yang satu ini?. Perbedaan ini telah membuat semuanya menjadi kehilangan makna. Aku mulai menghindarimu  dan kau pun tak berusaha membuat semua menjadi lebih baik.
Ada yang hilang dari hari-hariku, semua mimpi-mimpi itu sekarang telah lumat di telan ketidak pastian, kujalani hidup dengan terseok karena tanpamu aku menjadi lemah…sangat lemah… yang tersisa hanya rasa hampa, aku tak hanya kehilangan cintamu, tapi aku juga kehilangan dirimu…

______________________****_____________________
Pagi ini, di acara temu kangen dengan kawan-kawan lama, kita kembali dipertemukan. Kau datang menghampiriku sambil cengengesan seperti gaya khasmu dahulu.
Di antara riuh rendah suara  musik dan gelak tawa penuh keakraban itu kau menghampiriku
“Apa kabar Dita?” sapamu, akhirnya kau ada lagi di hadapanku, tapi   semua pasti tak sama lagi seperti dulu, aku sadar semuanya pasti telah berubah.
“Baik, kabar kamu bagaimana?”  jawabku kemudian
Kau  tersenyum, membentangkan kedua tanganmu sambil sedikit mengangkat bahu
 "Ya, inilah aku!” Jawaban aneh menurutku, Kamu selalu saja menjadi sosok yang tidak jelas. Bagaimana mungkin aku tau tentang dirimu, keadaanmu, hanya dengan melihat sosok cengengesanmu? Gayamu tidak juga berubah, pasti egomupun masih sama seperti dulu.
Duduk berdua dengamu, melambungkanku pada kenangan-kenangan tentang kebersamaan kita, yang berakhir tanpa kata selamat berpisah. Aku dan kamu sama-sama diam, tanganku asyik mempermainkan sendok yang berada dalam gelas jus buahku , dentingan bunyinya adalah irama kegelisahanku, sementara kaupun hanya menepuk-nepuk  meja , entah apa yang kau rasakan saat itu, kita hanya asyik mengembara dalam pikiran masing-masing.
“Sudah tiga tahun ya, Dit” tiba-tiba suaramu membuyarkan kebekuan diantara kita. Aku hanya mengangguk menyetujui.
“Pasti sudah banyak yang berubah”  lagi-lagi aku hanya menangguk,  sementara  aku sebenarnya sedang sibuk meredam hatiku yang meronta-ronta, hidup tanpamu adalah kegetiran yang panjang, kedukaan yang demikian nestapa, kerinduan yang tak berujung, seandainya kau tau hal itu…
“Dita, seandainya kita mampu membalikkan waktu…” terdengar sangat jelas ditelingaku, helaan nafas panjangmu. Apakah kau juga memiliki rindu itu, rindu yang membelenggu, yang membuatmu tak mampu berpaling kepada hati yang lain?
Tiba-tiba kau menatapku sangat dekat, kau lepaskan sendok es dari tanganku, kau genggam lagi tanganku, seperti yang kau lakukan tiga tahun lalu, ketika kita tak mampu mengalahkan ego kita masing-masing, membiarkan diri kita terbenam dalam nelangsa yang teramat dalam.
“Dita, masih bisakah kita ulangi lagi semuanya di sini, sekarang ini?” mendengar apa yang kau tuturkan, hatiku berdesir , jiwaku melambung, sebongkah gunung es yang selama ini membelengguku seakan mencair dalam sesaat. Aku hanya menatapmu dengan segala kelembutan yang aku miliki, dengan segala rasa cinta dan kerinduan yang aku punya.
“Apakah, harus kuucapkan juga kata itu, Dita?” kali ini kamu menatapku dengan sangat serius Aku bingung bagaimana harus  menjelaskannya padamu, aku sudah tak butuh lagi kata-kata itu, yang aku mau kau selalu berada dekat  denganku membiarkan detak jantungku berdegup keras ketika berada dalam pelukanmu.
“Dita, Aku Sangat Mencintaimu, melewati hari tanpamu adalah kehampaan yang melukaiku," bisikmu dekat telingaku. 
Cinta memang membingungkan, Dalam harapan cinta, begitu sulit memisahkan antara bahagia dan nestapa, antara mimpi dan kenyataan, antara  perasaan dan logika.


Salam penuh cinta
yety






1 komentar:

Unggulan

Cerita dari Masa Lalu #2

  Klik untuk membaca bagian sebelumnya Ekspresi kecewa, jelas terlukis di wajah Resti. Menelpon balik? Resti menghilangkan kemungkinan itu....