Cerita ini cocok dengan lagu Kepastiannya Aurel, klik lagunya, nikmati ceritanya, rasakan sensasinya
Merindukanmu seolah terjebak dalam rengkuhan kabut malam, menanti
dengan sabar saat sang surya segera meluruhkan cahayanya, menepis satu
demi satu tetesan embun yang tersangkut di atas dedaunan. Namun
mengapa tak kau sentuh juga jemari rinduku padahal kau begitu dekat..
teramat dekat sehingga tak ada sesuatupun yang berani tegak di antara
kita?
Kau selalu membuatku bertanya-tanya tentang arti tersebunyi dari semua
sikapmu. Kau yang selalu baik padaku, selalu ada ketika aku inginkan
seseorang mendengar semua keluh kesahku, kau bahkan rela mengorbankan
banyak waktumu hanya untuk menemaniku, kau selalu ada dalam setiap
langkahku. Tapi satu yang aku tak yakin apakah kau mencintaiku?
Menantikan kepastian tentang perasaanmu untukku membuatku seperti
pengelana yang tersesat di padang tandus tanpa berbekal setetes airpun.
Betapa dahaganya aku atas cintamu, cinta yang sesunguhnya yang kau
wujudkan dalam sebuah ikrar yang nyata, biarlah orang mengatakan itu hanya
retorika belaka, tak penting apa yang dikatakan orang, bagiku itu sangat
bermakna, cinta yang tak pernah dinyatakan bukanlah cinta yang
sesungguhnya, tetapi pertemanan dengan bumbu-bumbu asmara.
“Apa sebenarnya perasaanmu ke aku?” itu pertanyaan terberat yang pernah
aku ucapkan kepadamu, sebagai wanita, aku tidaklah termasuk tipe agresif,
tapi aku membutuhkan kepastianmu, maka pertanyaan itupun kupaksa untuk
meluncur dari bibirku. Kau tak bergeming, kau juga tidak berkata sepatah
katapun, kau hanya menatapku denga tatapan yang tak dapat kupahami, lalu
kau genggam tanganku, dan aku membiarkannya saja sambil terus
berharap kau akan ucapkan tiga kata ajaib yang akan mengubah semua
impianku menjadi sesuatu yang nyata, yang akan membebaskanku dari
kepekatan malam. Detik-demi detik pun berlalu, kau masih saja
mempermainkan tanganku dalam genggamanmu, dan akupun masih saja setia
menunggu.
“so..?” desakku kemudian, aku mulai tidak sabar dengan semua ini, jiwaku
resah.
“Mengapa kau tanyakan itu padaku ?” pertanyaan aneh, pikirku,
“Karena aku butuh kejelasan” jawabku.
“Bukankah semuanya sudah sangat jelas ?”
“Mungkin iya dari sudut pandangmu tapi sangat tidak jelas menurut sudut
pandangku“ tegasku kemudian.
“Apanya yang tidak jelas?”
“Semuanya!” semakin keras suaraku, aku mulai tidak sabar dengan
gayamu yang menurutku sangat mempermainkan perasaanku.
“Kau seharusya tau tanpa harus aku ucapkan, kau harusnya mampu merasakan
tanpa harus aku katakan” kali ini justru suaramu yang mengeras.
“Aku ingin kau mengatakannya!”
“Artinya kau selama ini tidak menganggapku berbeda dari yang
lain??”
“Aku hanya ingin mendengar semua itu dari mulutmu, semua orang bisa
berbuat baik semua orang bisa selalu berada di dekatku, dalam kondisi
apapun, tapi belum tentu dia mencintaiku”
Aku tak mampu lagi menahan kegusaranku, berapa lama lagi kau akan
membiarkanku terombang ambing dalam lautan gelisah. Cinta butuh keyakinan,
bukan tebak-tebakkan atau sekadar kira-kira dan aku tak berani meyakini
sesuatu hanya karena secara logika sikapmu menunjukkan bahwa kau berbeda
dari yang lain.
Merindukan kata-kata cinta darimu, adalah penantian tak berujung,
bagimu pernyataan cinta bukanlah sesuatu yang penting tapi bagiku
pernyataan cinta adalah sebuah ikrar tentang kesetiaan dan upaya untuk
tetap saling menjaga. Kau menilaiku egois atas perbedaan prinsip kita
ini tapi siapa sebenarnya yang egois?.
Aku lelah dalam pengharapan, mengapa dalam banyak hal kita bisa saling
memahami, tapi menjadi sulit dalam hal yang satu ini?. Perbedaan ini
telah membuat semuanya menjadi kehilangan makna. Aku mulai menghindarimu
dan kau pun tak berusaha membuat semua menjadi lebih baik.
Ada yang hilang dari hari-hariku, semua mimpi-mimpi itu sekarang telah
lumat di telan ketidak pastian, kujalani hidup dengan terseok karena
tanpamu aku menjadi lemah…sangat lemah… yang tersisa hanya rasa hampa, aku
tak hanya kehilangan cintamu, tapi aku juga kehilangan dirimu…
______________________****_____________________
Pagi ini, di acara temu kangen dengan kawan-kawan lama, kita kembali
dipertemukan. Kau datang menghampiriku sambil cengengesan seperti gaya
khasmu dahulu.
Di antara riuh rendah suara musik dan gelak tawa penuh keakraban
itu kau menghampiriku
“Apa kabar Dita?” sapamu, akhirnya kau ada lagi di hadapanku, tapi
semua pasti tak sama lagi seperti dulu, aku sadar semuanya pasti
telah berubah.
“Baik, kabar kamu bagaimana?” jawabku kemudian
Kau tersenyum, membentangkan kedua tanganmu sambil sedikit
mengangkat bahu
"Ya, inilah aku!” Jawaban aneh menurutku, Kamu selalu saja menjadi
sosok yang tidak jelas. Bagaimana mungkin aku tau tentang dirimu,
keadaanmu, hanya dengan melihat sosok cengengesanmu? Gayamu tidak juga
berubah, pasti egomupun masih sama seperti dulu.
Duduk berdua dengamu, melambungkanku pada kenangan-kenangan tentang
kebersamaan kita, yang berakhir tanpa kata selamat berpisah. Aku dan kamu
sama-sama diam, tanganku asyik mempermainkan sendok yang berada dalam
gelas jus buahku , dentingan bunyinya adalah irama kegelisahanku,
sementara kaupun hanya menepuk-nepuk meja , entah apa yang kau
rasakan saat itu, kita hanya asyik mengembara dalam pikiran
masing-masing.
“Sudah tiga tahun ya, Dit” tiba-tiba suaramu membuyarkan kebekuan
diantara kita. Aku hanya mengangguk menyetujui.
“Pasti sudah banyak yang berubah” lagi-lagi aku hanya menangguk,
sementara aku sebenarnya sedang sibuk meredam hatiku yang
meronta-ronta, hidup tanpamu adalah kegetiran yang panjang, kedukaan yang
demikian nestapa, kerinduan yang tak berujung, seandainya kau tau hal
itu…
“Dita, seandainya kita mampu membalikkan waktu…” terdengar sangat jelas
ditelingaku, helaan nafas panjangmu. Apakah kau juga memiliki rindu itu,
rindu yang membelenggu, yang membuatmu tak mampu berpaling kepada hati
yang lain?
Tiba-tiba kau menatapku sangat dekat, kau lepaskan sendok es dari
tanganku, kau genggam lagi tanganku, seperti yang kau lakukan tiga tahun
lalu, ketika kita tak mampu mengalahkan ego kita masing-masing, membiarkan
diri kita terbenam dalam nelangsa yang teramat dalam.
“Dita, masih bisakah kita ulangi lagi semuanya di sini, sekarang ini?”
mendengar apa yang kau tuturkan, hatiku berdesir , jiwaku melambung,
sebongkah gunung es yang selama ini membelengguku seakan mencair dalam
sesaat. Aku hanya menatapmu dengan segala kelembutan yang aku miliki,
dengan segala rasa cinta dan kerinduan yang aku punya.
“Apakah, harus kuucapkan juga kata itu, Dita?” kali ini kamu menatapku
dengan sangat serius Aku bingung bagaimana harus menjelaskannya
padamu, aku sudah tak butuh lagi kata-kata itu, yang aku mau kau selalu
berada dekat denganku membiarkan detak jantungku berdegup keras
ketika berada dalam pelukanmu.
“Dita, Aku Sangat Mencintaimu, melewati hari tanpamu adalah kehampaan
yang melukaiku," bisikmu dekat telingaku.
Cinta memang membingungkan, Dalam harapan cinta, begitu sulit
memisahkan antara bahagia dan nestapa, antara mimpi dan kenyataan,
antara perasaan dan logika.
Salam penuh cinta
yety
Cerita yg bikin baper klo kata anak skrg...👍😍🤭🤭
BalasHapus